Menimbang Peluang Investasi Saham di Tengah Perang Tarif

6 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Konflik tarif perdagangan global berpotensi memberikan tekanan besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi dunia. Ketegangan ini telah menjadi perhatian serius dari lembaga-lembaga internasional seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia, yang telah merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi lebih rendah dari sebelumnya.

Dampak dari kenaikan tarif ini akan sangat bergantung pada seberapa besar tarif yang dikenakan dan berapa lama kebijakan tersebut diterapkan. Dalam skenario terburuk, tarif tinggi yang berkepanjangan dapat mendorong ekonomi global menuju risiko stagflasi gabungan dari stagnasi ekonomi dan inflasi tinggi hingga potensi terjadinya resesi.

"Risiko stagflasi, stagnasi, hingga resesi berpeluang meningkat saat tarif tinggi berlangsung cukup lama,” ujar Chief Investment Officer - Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, CFA, dikutip Sabtu (24/5/2025).

Sinyal Perbaikan: Negosiasi Tarif dan Respons Pasar Positif

Di tengah kekhawatiran tersebut, terdapat tanda-tanda perbaikan dari dinamika konflik tarif global. Pemerintah Amerika Serikat telah memulai proses negosiasi dengan sejumlah mitra dagangnya, dan bahkan telah tercapai kesepakatan antara AS dan Inggris, yang memberikan sinyal positif bagi pelaku pasar global.

Direspons Positif Pasar

Perkembangan ini disambut baik oleh investor, tercermin dari mulai meredanya tekanan jual investor asing di pasar saham domestik. Selain itu, nilai tukar rupiah juga mulai menunjukkan stabilitas, yang menjadi indikator meningkatnya kepercayaan terhadap pasar keuangan Indonesia.

“Dinamika yang terjadi direspons positif oleh pasar dan meningkatkan selera investasi,” ujar Samuel.

Suku Bunga dan Belanja Pemerintah Jadi Katalis Domestik

MAMI menilai di tengah proses pemulihan global, dukungan kebijakan domestik sangat krusial. Salah satu katalis utama yang dinanti pasar adalah pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia.

Mengingat Indonesia telah berada dalam rezim suku bunga tinggi sejak akhir 2022, pelonggaran kebijakan moneter dinilai akan meningkatkan likuiditas dan memberikan dorongan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, akselerasi belanja pemerintah menjadi kunci penting dalam menjaga momentum ekonomi. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih lemah, belanja negara diharapkan dapat berfungsi sebagai bantalan penyangga untuk memutar kembali roda ekonomi nasional.

"Di tengah risiko pelemahan ekonomi global, belanja pemerintah menjadi faktor kunci yang akan berperan sebagai bantalan pendukung ekonomi domestik,” ujar Samuel.

Pentingnya Strategi Jangka Panjang dan Diversifikasi Portofolio

Meski dinamika pasar masih tinggi, MAMI melihat valuasi pasar saham Indonesia masih berada pada level menarik, khususnya bagi investor dengan orientasi jangka panjang.

Namun, dalam situasi pasar yang penuh ketidakpastian, strategi pengelolaan risiko menjadi semakin penting untuk menjaga stabilitas portofolio. Diversifikasi menjadi pendekatan utama yang disarankan, agar investor tidak terlalu terpapar pada satu jenis aset atau sentimen tertentu.

Selain itu, investor juga dihimbau untuk terus mencermati perkembangan global maupun domestik yang dapat memengaruhi arah pasar. “Dinamika pasar saat ini masih tinggi, sehingga penting bagi investor untuk menjaga keseimbangan risiko portofolio melalui diversifikasi,” tutup Samuel.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |