Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM), Jemmy Paul Wawointana, memproyeksikan ada peluang tambahan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) hingga akhir tahun 2025.
Hal ini mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan anggaran negara dan potensi penguatan nilai tukar rupiah.
"Prediksi BI rate kami sampai akhir tahun turun 0,5%, 50 bps, ya sudah turun 25 bps ya kemarin ya," ujar Jemmy dalam acara Indonesia Insurance Summit 2025, Jumat (23/5/2025).
Ia menambahkan, penurunan lanjutan masih mungkin terjadi apabila rupiah mengalami penguatan signifikan.
"Kalau menguatnya lumayan, saya pikir ada room, chance untuk menurunkan lagi 25 bps, selain target kami yang 25 bps ya,” lanjutnya.
Dampaknya pada Pasar Saham dan Obligasi
Terkait dampaknya terhadap pasar keuangan, Jemmy menjelaskan bahwa penurunan suku bunga akan memberikan angin segar bagi pasar obligasi. Menurut dia, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang saat ini berada di kisaran 6,8%-6,9% berpotensi turun ke level 6,5%.
Sementara itu, untuk pasar saham, Jemmy menyampaikan bahwa pihaknya masih optimistis terhadap kinerja IHSG, terutama dengan adanya dukungan dari Danantara yang dialokasikan pemerintah ke BUMN.
"Target kami bahwa IHSG sampai di 7.400, which is masih sekitar 3-4% lagi dari level saat ini," ucapnya. Namun, ia menekankan pencapaian target tersebut sangat bergantung pada keberhasilan eksekusi dana antara oleh pemerintah.
Suku Bunga BI Turun, Saham-Saham Ini Siap Melesat di Tengah Arus Masuk Dana Asing
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur 20–21 Mei 2025. Langkah ini menjadi sinyal awal dimulainya siklus pelonggaran suku bunga setelah periode pengetatan sejak 2023. Pasar menyambut positif keputusan ini karena mencerminkan keyakinan BI terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Penurunan suku bunga ini dilakukan dengan pertimbangan inflasi 2025–2026 akan tetap terjaga di kisaran 2,5% ±1%. Di saat yang sama, nilai tukar rupiah stabil, sehingga memberikan ruang bagi BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran kebijakan moneter. Ini juga menjadi angin segar bagi pelaku pasar yang menantikan stimulus ekonomi.
"Penurunan ini mencerminkan kepercayaan BI terhadap prospek inflasi 2025–2026 yang terjaga di kisaran 2,5% ±1%, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran moneter,” ujar Pengamat Pasar Modal dan Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana kepada Liputan6.com, Rabu (21/5/2025).
Sektor Sensitif Bunga Jadi Pemenang, Saham-Saham Ini Direkomendasikan
Keputusan BI menurunkan suku bunga langsung menjadi katalis positif bagi saham-saham sektor perbankan, properti, konsumer, dan otomotif.
Sektor Saham Lainnya
Saham perbankan seperti BBRI dan BBTN dinilai akan mencetak kinerja lebih kuat karena turunnya biaya dana (cost of fund) dan meningkatnya permintaan kredit, terutama untuk segmen mikro dan KPR.
"BBRI direkomendasikan buy dengan target harga 4.530, sementara BBTN buy dengan target 1.400, didukung oleh potensi lonjakan penyaluran kredit perumahan," ulas Hendra.
Dari sektor properti, emiten seperti SMRA dan ASRI akan diuntungkan oleh penurunan bunga KPR yang mendorong permintaan hunian. SMRA direkomendasikan buy dengan target 515, dan ASRI buy dengan target 189, mengingat keduanya memiliki portofolio township strategis yang sensitif terhadap insentif bunga rendah.
Investor Asing Kembali Masuk, Tren IHSG Menguat
Dengan suku bunga riil Indonesia yang masih positif di kisaran 3%, pasar modal domestik kini semakin atraktif di mata investor asing. Kepastian dari kebijakan BI dan stabilitas nilai tukar rupiah membuat investor global lebih percaya diri untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini tercermin dari aksi beli bersih (net buy) asing yang mencapai Rp993 miliar di pasar saham pada hari pengumuman kebijakan BI.
Sisi Teknikal
Di sisi teknikal, IHSG berhasil menembus Moving Average 200 (MA200) di level 7.140, menjadi sinyal bahwa tren naik jangka menengah masih kuat dan valid.
"Terbukti, hari ini asing melakukan aksi net buy sebesar Rp993 miliar di pasar saham, mencerminkan respons positif terhadap kebijakan moneter BI,” ungkap Hendra.
Peluang Baru bagi Pasar Saham dan Sektor Riil
Penurunan suku bunga ini menjadi momen penting bagi kebangkitan pasar saham Indonesia. Selain menjadi penopang pemulihan konsumsi dan investasi, kebijakan ini juga membantu mengembalikan kepercayaan investor serta mendorong pertumbuhan sektor riil, khususnya perbankan, properti, dan konsumer.
IHSG kini punya peluang besar menguji level resistensi baru di 7.324 dan bahkan berpotensi menuju 7.530 dalam jangka menengah. Namun, investor juga perlu mewaspadai koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 sebelum tren bullish berlanjut dengan pondasi yang lebih kuat.
"Sektor perbankan, properti, dan konsumer menjadi medan utama penguatan, sementara IHSG punya peluang besar untuk bergerak menuju area resistensi psikologis baru, ditopang oleh optimisme domestik dan aliran dana asing yang mulai mengalir deras kembali ke lantai bursa,” pungkas Hendra.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.