Mengenal Tifa Lenso, Alat Musik Tradisional Menjadi Bagian Penting dari Pertunjukan Musik Ambon

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Tifa Lenso merupakan salah satu alat musik tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam budaya musik Ambon Maluku. Tifa sendiri adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan kulit binatang, bentuknya menyerupai gendang panjang dan ramping.

Dalam konteks pertunjukan tradisional Ambon, Tifa kerap dipadukan dengan elemen tarian Lenso, sebuah tarian rakyat yang kental dengan nuansa pergaulan, pertemanan, dan kegembiraan masyarakat pesisir.

Gabungan antara irama dinamis Tifa dan gerakan gemulai tarian Lenso menjadikan pertunjukan ini bukan hanya sebagai sarana hiburan semata, tetapi juga sebagai medium untuk mempererat hubungan sosial serta memperkokoh identitas budaya orang Maluku.

Dalam sejarahnya, penggunaan Tifa sudah dikenal jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, dan dalam perkembangannya, instrumen ini terus beradaptasi, menyerap pengaruh luar tanpa kehilangan karakter khasnya.

Bentuk Tifa di Ambon mungkin sedikit berbeda dari yang ditemukan di Papua atau wilayah Maluku lainnya, karena variasi bentuk, ukuran, serta teknik bermain Tifa menyesuaikan dengan fungsi-fungsi adat setempat, termasuk dalam upacara keagamaan, penyambutan tamu, atau pesta rakyat.

Secara khusus dalam pertunjukan musik yang melibatkan tarian Lenso, Tifa memainkan peran penting untuk menjaga tempo dan membangun atmosfer yang penuh semangat, membuatnya menjadi jiwa dari seluruh rangkaian pertunjukan.

Jika dilihat dari sisi teknis, Tifa Lenso memiliki karakteristik bunyi yang tajam namun tetap beresonansi hangat, sesuatu yang dihasilkan dari pemilihan bahan baku yang cermat dan teknik pembuatan yang diwariskan secara turun-temurun.

Kayu yang digunakan biasanya berasal dari pohon tertentu seperti kayu linggua atau kayu waru, yang selain ringan juga memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan cuaca tropis.

Simak Video Pilihan Ini:

Kejari Sambas Rayakan Hari Adhyaska di Balai Rehabilitasi Narkoba

Alat Musik Tradisional

Sementara kulit penutupnya umumnya diambil dari kulit rusa atau kambing, yang diolah melalui proses alami agar menghasilkan ketegangan yang pas untuk menciptakan suara optimal.

Proses pembuatan Tifa bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan; ia membutuhkan keahlian dan ketelitian tinggi, karena setiap ketidaksempurnaan kecil bisa mengubah kualitas suara yang dihasilkan.

Dalam penggunaannya pada pertunjukan Lenso, Tifa dimainkan dengan teknik pukulan yang berirama cepat namun tetap harmonis, mengiringi para penari yang melambaikan saputangan (lenso) sebagai simbol persahabatan dan cinta kasih. Gerakan dalam tarian Lenso tidak hanya mengikuti ketukan Tifa secara mekanis, tetapi benar-benar meresapi denyutnya, menciptakan hubungan emosional yang kuat antara pemusik, penari, dan para penonton. Dalam konteks sosial budaya, pertunjukan Tifa Lenso memiliki makna yang jauh lebih dalam dibanding sekadar tontonan seni.

Ia merupakan manifestasi dari nilai-nilai gotong royong, keakraban, serta penghormatan terhadap leluhur dan tanah air. Dalam pesta rakyat di Ambon, khususnya pada acara-acara seperti Cakalele (tarian perang), pementasan drama musikal rakyat, atau festival budaya, Tifa Lenso hampir selalu menjadi bagian tak terpisahkan.

Anak-anak muda diajarkan untuk memahami ritme Tifa dan gerak Lenso sejak dini, sebagai bentuk pelestarian budaya dan penanaman rasa bangga terhadap warisan nenek moyang mereka. Menariknya, meskipun zaman terus berubah dan modernisasi merambah hingga ke pelosok Maluku, Tifa Lenso tetap bertahan bahkan mengalami revitalisasi.

Generasi muda Maluku, lewat komunitas-komunitas seni, aktif menghidupkan kembali pertunjukan ini, seringkali memadukannya dengan unsur musik modern seperti gitar, bass, atau bahkan synthesizer, tanpa menghilangkan esensi tradisionalnya. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya budaya Ambon dalam beradaptasi, sambil tetap menjaga akarnya yang kuat.

Keistimewaan lain dari Tifa Lenso adalah kemampuannya dalam membangun rasa komunitas dan kebersamaan. Dalam setiap dentingan Tifa dan tiap ayunan saputangan Lenso, tersembunyi cerita-cerita tentang perjuangan, cinta, kesedihan, dan kebanggaan orang Maluku.

Tidak jarang, pertunjukan Tifa Lenso diselingi dengan syair-syair atau pantun berbahasa daerah yang penuh makna filosofis, mencerminkan kedalaman rasa dan kearifan lokal masyarakat Ambon.

Bahkan dalam konteks kekinian, pertunjukan Tifa Lenso digunakan sebagai simbol persatuan lintas etnis dan agama di Maluku, daerah yang pernah mengalami konflik sosial di masa lalu. Melalui denyut ritmenya yang menghentak namun harmonis, Tifa Lenso mengajarkan tentang pentingnya saling menghormati, berbagi kegembiraan, dan membangun masa depan bersama.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Tifa Lenso bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan sebuah jembatan budaya yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat.

Instrumen musik ini, bersama tarian Lenso, terus menegaskan eksistensinya di tengah gelombang globalisasi, menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya lokal tidak akan pernah lekang oleh waktu asalkan ada komitmen kuat untuk melestarikannya. Bagi masyarakat Ambon, Tifa Lenso adalah suara dari hati mereka, suara dari tanah air tercinta, yang selalu akan mereka bawa ke mana pun mereka pergi.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |