Lingkungan Sehat, Produktivitas Meningkat: Pelajaran Berharga dari Pandemi COVID-19

1 day ago 12

Liputan6.com, Tangerang Selatan - Pandemi COVID-19 selain mendorong manusia hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan, ternyata juga menjadi titik balik untuk menerapkan gaya hidup sehat yang berkelanjutan. Kebiasaan ini sebenarnya terbentuk dari kehidupan pandemi yang dijalankan masyarakat selama kurang lebih 3 tahun. Gaya hidup menggunakan masker, mencuci tangan, jaga jarak, hingga membiasakan diri membersihkan badan sepulang ke rumah, jadi kebiasaan baik untuk menjaga kesehatan dari kuman dan virus di luar rumah.

Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati mengungkapkan, gaya hidup sehat berkembang dari sekadar kebiasaan, menjadi strategi hidup, inilah transformasi menuju hidup yang lebih tenang, produktif, dan bermakna. “Kesadaran tentang pentingnya bukan hanya hidup panjang umur, tapi hidup yang berkualitas, itu muncul jelas karena pandemi,” ujarnya, Minggu (1/6/2025).

Menurut Devie, hidup sehat kini tidak lagi dimaknai sekadar rajin berolahraga atau mengonsumsi makanan bergizi. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya keseimbangan menyeluruh, mulai dari kesehatan jiwa, kesadaran diri, hingga detoksifikasi digital. “Konsep sehat yang sebenarnya adalah kesehatan yang paripurna. Raganya, jiwanya, dan kesadarannya semua selaras,” kata Devie.

Pandemi COVID-19 juga mengajarkan satu hal penting, yakni rumah bukan lagi sekadar tempat tinggal, tapi pusat segala aktivitas dan sumber ketenangan. Tren hidup sehat tidak berhenti pada tubuh dan pikiran saja namun juga lingkungan tempat tinggal pun menjadi faktor krusial. "Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 65,25 persen rumah tangga di Indonesia kini menempati rumah yang memenuhi kriteria layak huni," ungkapnya.

Namun, angka ini juga menunjukkan bahwa hampir 35 persen lainnya masih tinggal di hunian yang belum memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan. Di daerah seperti Papua Pegunungan, angka ini hanya sekitar 4,44 persen, sedangkan di DI Yogyakarta sudah mencapai 86,68 persen. “Waktu itu, kita hidup dalam isolasi, di dalam kotak bernama rumah dan laptop. Kalau lingkungan ini tidak sehat, maka ujungnya adalah penyakit fisik dan mental,” jelas Devi.

Devie menambahkan bahwa, lingkungan yang sehat tidak hanya mendukung kesehatan fisik, tetapi juga memperkuat hubungan sosial. Taman dan ruang terbuka hijau, menurut Devie, menjadi tempat penting untuk berinteraksi, berekreasi, bahkan menurunkan konflik sosial. “Kalau kita saling mengenal, kita lebih percaya, dan kalau lebih percaya, konflik berkurang,” ungkapnya.

Terkenal sebagai kawasan yang terus berkembang, katanya, Serpong kini juga menjadi destinasi pilihan bagi mereka yang mendambakan gaya hidup lebih sehat. Salah satu area yang mencuri perhatian adalah The Springs, kawasan di Summarecon Serpong yang dirancang untuk mendukung kehidupan yang lebih aktif dan seimbang. "Dengan kehadiran taman-taman hijau, jalur pedestrian yang rapi dan rindang, serta fasilitas olahraga lengkap di The Springs Club, lingkungan ini mengajak penghuninya untuk lebih sering bergerak dan menikmati udara segar setiap hari," jelasnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan yang menunjukkan bahwa 70 persen masyarakat perkotaan kini rutin berolahraga minimal tiga kali seminggu. Angka ini naik drastis 40 persen dari 2020. “Ini menandakan pergeseran nyata dalam kesadaran gaya hidup aktif,” ungkap Pakar gizi dari Universitas Indonesia (UI), Diah Nurhayati.

Selain olahraga, pola makan sehat juga mengalami perubahan positif. Makanan cepat saji mulai ditinggalkan, digantikan dengan makanan organik dan menu berbasis sayuran. “Kami melihat perubahan signifikan dalam kebiasaan makan masyarakat. Kini, banyak orang memilih untuk memasak sendiri makanan sehat di rumah,” ujar Diah.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |