Liputan6.com, Yogyakarta - Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan kehilangan yang mendalam atas meninggalnya Sheila Amelia Christanti yang ditemukan meninggal di Magetan, Jawa Timur pada Sabtu (12/4/2025). Sebelumnya Sheila dinyatakan hilang selama 19 hari saat dalam perjalanan menggunakan motor menuju Madiun pada Selasa (25/3/2025).
"Kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas berpulangnya almarhum Sheila Amelia Christanti. Semoga Almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah Swt serta diterima segala amal ibadahnya di dunia," kata Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jaka Widada, Senin (14/4/2025).
Dalam penjelasan tertulis, Jaka memaparkan peristiwa ini berawal dari kepulangan Sheila untuk mudik ke Madiun usai mengikuti kelas online pada 25 Maret 2025. Menurut pernyataan orang tuanya, hingga Rabu (26/3/2025) Sheila tidak kunjung sampai di rumahnya yang beralamatkan di Desa Rejosari, Kecamatan Kebonsari, Madiun hingga tiga hari usai keberangkatannya.
Pada 28 Maret, orang tua korban yang diwakili ayahnya melakukan pengecekkan ke pemilik kos dan diketahui kamera pengawas indekosnya merekam pukul 11.03 WIB, Sheila keluar ke Jalan Seturan, Sleman lalu melintasi Jalan Yogyakarta-Solo.
Usai melaporkan hilangnya orang pada Polres Klaten dan Polres Madiun, diketahui pada hari keberangkatannya, Sheila terekam melintasi jalan Klaten arah Solo pukul 14.09 WIB.
"Setelah mendapatkan laporan dari orang tua, kami dan pihak universitas kemudian melakukan upaya penyelidikan bersama dengan kepolisian mencari informasi keberadaan Sheila melalui jejaring mahasiswa. Pihak keluarga juga mengunggah berita kehilangan di media sosial, tapi tak kunjung membuahkan hasil," terang Jaka.
Dari berbagai informasi, didapatkan rekaman yang memperlihatkan Sheila mengendarai motor Honda Beat bernopol AE 3413 CA dan mengenakan jaket hijau serta helm hitam melintas di daerah Lawu, Tawangmangu, Jawa Tengah pada pukul 15.00 WIB di hari keberangkatannya.
Keluarga Melacak
Berdasarkan informasi ini, ayah dan keluarga Sheila melakukan pelacakan di sepanjang rute yang diperkirakan dilewati korban mulai dari Desa Bendosari, Kecamatan Sawit, Boyolali. Namun dari informasi warga tidak ada tanda-tanda keberadaan Sheila.
"Ayah dan keluarga Sheila pada Sabtu (29/3/2025) berjalan kaki menyisir daerah Sragen, namun juga belum membuahkan hasil. Demikian juga dengan pencarian yang dilakukan berdasarkan posisi terakhir handphone korban yang terlacak daerah Jalan Lawu, Tawangmangu, juga tidak membuahkan hasil," lanjut Jaka.
Bahkan juga dari upaya penerawangan, posisi Sheila dilaporkan berada di Pantai Indrayanti, Gunungkidul dan saat itu posisinya di jalan Baron-Tepus.
Jaka menyatakan Sheila dikenal dengan pribadinya yang tertutup, namun selalu gigih dan tekun dalam belajar. Diperoleh informasi, perjalanan mudik ke Madiun menggunakan motor merupakan yang pertama kalinya ditempuh Sheila. Sebelum-belumnya, Sheila selalu dijemput ayahnya dan bermotor berdua ke Madiun.
Usai dua minggu setelah dilaporkan hilang, informasi keberadaan Sheila diperoleh dari jajaran Polsek Plaosan, Magetan, Jawa Timur pada Sabtu (12/4/2025). Berawal dari memberi pertolongan pada seorang pengendara pria yang terjatuh ke dalam sebuah parit di Jalan Raya Taman Sari jalur atas Lawu Green Forest (LGF) daerah Kelurahan Sarangan.
"Tim penolong saat itu melihat ada sebuah sepeda motor dengan posisi terbalik di parit yang sama dan dibawahnya terdapat tubuh seseorang yang diperkirakan sudah meninggal," kata Kapolsek Plaosan, AKP Joko Yuhono dalam laporan tertulis ke tim UGM.
Hasil identifikasi yang dilakukan, ciri-ciri mayat yang ditemukan ini mirip dengan Sheila yang dilaporkan hilang. Dimana tidak membawa identitas apapun, motor Beat 2018 hitam bernopol AE 3413 CA, mengenakan jaket hijau, helm hitam, dan rambut pirang.
"Dari keterangan yang kami terima, Sheila merupakan korban kecelakaan tunggal. Kendaraannya menabrak rambu jalan dan masuk ke parit kecil," lanjut Kapolsek.
Keinginan Sang Ayah
Setelah dipastikan itu Sheila, keluarga menerima kejadian sebagai takdir dan tidak menuntut secara hukum. Keluarga juga memohon agar tidak dilakukan pemeriksaan dalam atau otopsi melalui surat pernyataan.
Jenazah Sheila sendiri dikebumikan pada Minggu (13/4/2025) dinihari pukul 02.00 WIB dan tim UGM turut hadir serta telah memberikan santunan.
Dalam keterangan lainnya, disebutkan ayahnya Suprapto, awalnya ia ingin agar Sheila berkuliah di Madiun saja agar dekat dengan rumah. Namun tiba-tiba putrinya tersebut menyampaikan bahwa dirinya lolos tes di UGM.
"Anaknya memang pendiam dan mandiri. Kami malah baru tahu setelah diterima baru bilang ingin pindah kuliah," kenangnya.
Meskipun jauh dari rumah, Sheila terus belajar dan menekuni bidang studi sosial-ekonomi di Fakultas Pertanian. Sejumlah kawan semasa kuliah juga mengenal Sheila sebagai pribadi yang aktif dalam pembelajaran.
Ia sering berpartisipasi dalam proyek kelompok dan kerap kali menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen. Jika teman sekelasnya mengalami kendala seputar materi perkuliahan, Sheila dengan senang hati membantu.