Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat terbatas pada perdagangan Jumat (2/5/2025). IHSG akan kembali menguji 6.795-6.840.
IHSG melesat 0,26% ke posisi 6.766 disertai oleh peningkatan volume pembelian pada Rabu, 30 April 2025.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, pihaknya memperkirakan posisi IHSG sedang berada pada akhir wave (a) dari wave B, sehingga penguatan IHSG akan relatif terbatas.
“Adapun area penguatan kami perkirakan akan menguji kembali 6.785-6.840,” kata dia.
Ia mengingatkan untuk mewaspadai ada potensi pembalikan arah dari IHSG untuk membentuk wave (b), dan diperkirakan akan menguji 6.364-6.618.
Ia prediksi, IHSG akan berada di level support 6.708,6.585 dan level resistance 6.818,6.877 pada perdagangan Jumat pekan ini.
Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan level resistance di 6.740-6.835.
Selain itu, PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti kinerja IHSG pada Mei. Mei merupakan salah satu bulan paling mencatatkan kinerja buruk bagi IHSG. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, IHSG hanya catat kenaikan 32%, di mana 13 tahun terakhir, IHSG mengalami pelemahan, satu tahun tidak berubah dan enam tahun mengalami penurunan.
“Meskipun begitu, IHSG juga sudah mengalami penguatan dalam beberapa pekan terakhir, dan potensi terkoreksi itu ada dan terbuka. Hati-hati, cermati setiap sentimen yang ada,” demikian seperti dikutip.
Sementara itu, Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman menuturkan, IHSG rentan ditutup koreksi setelah gagal menembus level resistance kuat di 6.800. Ia prediksi, IHSG akan berada di level support 6.680-6.730 dan level resistance 6.800-6.830.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, Herditya memilih saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), dan PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA).
Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Panin Financial Tbk (PNLF), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Vale Indonesia Tbk (INCO) - Spec Buy
Saham INCO terkoreksi 0,80% ke 2.490 disertai dengan adanya peningkatan tekanan jual. "Kami perkirakan, selama INCO masih mampu berada di atas 2.420 sebagai stoplossnya, maka posisi INCO saat ini diperkirakan berada pada bagian akhir dari wave (a) dari wave [iv]," ujar Herditya.
Spec Buy: 2.460-2.480
Target Price: 2.650, 2.810
Stoploss: below 2.420
2.PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) - Buy on Weakness
Saham MAPI menguat 0,74% ke 1.365 dan disertai dengan munculnya tekanan jual, tetapi koreksinya masih tertahan oleh MA60. "Kami perkirakan, posisi MAPI sedang berada pada bagian awal dari wave [c] dari wave B," ujar dia.
Buy on Weakness: 1.320-1.360
Target Price: 1.455, 1.485
Stoploss: below 1.285
3.PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) - Buy on Weakness
Saham MIDI menguat 14,04% ke 390 disertai dengan tingginya volume pembelian. "Saat ini, kami perkirakan posisi MIDI berada pada bagian dari wave 3 dari wave (C), sehingga MIDI diperkirakan masih berpeluang melanjutkan penguatannya," kata dia.
Buy on Weakness: 364-386
Target Price: 404, 432
Stoploss: below 342
4.PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) - Sell on Strength
Saham ESSA terkoreksi 2,42% ke 605 dan masih didominasi oleh tekanan jual, koreksinya pun masih mampu tertahan oleh MA20. Herditya menuturkan, saat ini, pihaknya perkirakan posisi ESSA berada pada bagian awal dari wave [v] dari wave C, sehingga ESSA rawan melanjutkan koreksinya ke rentang 446-530.
Sell on Strength: 615-625
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Penutupan IHSG pada 30 April 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Rabu sore ini. Penguatan IHSG ini mengikuti kenaikan bursa saham kawasan Asia. Pada Rabu (30/4/2025), IHSG ditutup menguat 17,73 poin atau 0,26 persen ke posisi 6.766,80. Sementara indeks LQ45 naik 4,32 poin atau 0,57 persen ke posisi 761,51.
"Sentimen eksternal dan internal menopang penguatan indeks IHSG," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dikutip dari Antara.
Dari mancanegara, bursa regional Asia bergerak menguat dibayangi progres proses negosiasi tarif dagang dan juga aktivitas manufaktur dan nonmanufaktur China yang mengecewakan.
Pelaku pasar tetap berhati-hati di tengah sinyal yang saling bertentangan dari Amerika Serikat (AS) dan China tentang kemajuan yang telah dicapai dalam meredakan sengketa perdagangan yang mengancam pertumbuhan global.
Presiden AS Donald Trump telah menandatangani tarif otomotif dari tarif impor, sehingga mengurangi beban tarif secara keseluruhan. Produsen mobil yang sudah membayar tidak akan dikenakan tarif tambahan.
Trump bersama Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa AS telah berhasil mencapai kesepakatan dagang yang menguntungkan dengan berbagai negara di Asia.
Data China
Selain itu, pernyataan Scott Bessent tentang kemajuan substansial negosiasi tarif, dan kesepakatan akan segera terjadi untuk India dan Korea Selatan. Pelaku pasar berharap ini akan menjadi putaran baru perubahan kebijakan tarif dagang untuk meredakan ketegangan bilateral.
Dari China, PMI Manufaktur NBS resmi China turun menjadi 49,0 pada April 2025 dari 50,5 pada Maret 2025, atau lebih rendah dari konsensus 49,8 dan PMI Non-Manufaktur NBS resmi China merosot ke 50,4 pada April 2025 dari level tertinggi tiga bulan sebesar 50,8 pada Maret, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 50,7.
Data itu memperkuat kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang lebih luas dari ketegangan perdagangan, terutama karena masih belum jelas apakah Beijing dan Washington secara aktif terlibat dalam negosiasi.
Sejauh ini, otoritas China menahan diri untuk tidak meluncurkan langkah-langkah stimulus yang agresif, sebaliknya memilih pendekatan yang lebih terukur dalam menanggapi dampak tarif.