Matahari Kantongi Pendapatan Rp 2,39 Triliun hingga Maret 2025

7 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - PT Matahari Department Store Tbk (LPFF) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sepanjang kuartal I 2025.

Matahari mencetak pendapatan Rp 2,39 triliun hingga kuartal I 2025. Pendapatan tersebut tumbuh 21,5% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,96 triliun.

Sementara itu, laba bersih tercatat Rp 643 miliar hingga kuartal I 2025, naik 97,3% dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 326 miliar. Hal tersebut didukung lebih rendahnya biaya pembiayaan.

Perseroan mencatat penjualan kotor Rp 4,64 triliun hingga kuartal I 2025, tumbuh 24,6% dari periode kuartal I 2024 sebesar Rp 3,73 triliun. Hal itu didorong oleh pergeseran waktu periode Lebaran. Same-Store Sales Growth (SSSG) selama musim Lebaran tercatat sebesar -4,3%.

Margin kotor meningkat menjadi 35,4%, naik dari 34,9% tahun lalu, didukung oleh berbagai macam produk yang lebih baru. EBITDA naik 66,1% menjadi Rp 863 miliar didorong oleh pergeseran Lebaran, sementara biaya operasional tetap stabil. Demikian seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (1/5/2025).

“Kinerja kuartal pertama kami mencerminkan tantangan pasar saat ini, terutama dampak dari lesunya belanja konsumen selama musim Lebaran,” ujar CEO Matahari, Monish Mansukhani seperti dikutip dari keterangan resmi.

Ia menambahkan, meskipun menghadapi tantangan ini, pihaknya tetap fokus memperkuat model operasi untuk menhadirkan ragam produk yang fokus pada pelanggan dan memastikan saluran penjualan terus diminati pelanggan.

Matahari terus menjalankan prioritas strategisnya yang bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas.

“Upaya tersebut meliputi optimalisasi gerai, yang difokuskan pada peningkatan produktivitas ruang dan efisiensi tenaga kerja, serta peningkatan pengadaan dengan merampingkan operasinya untuk menurunkan biaya produk,” demikian seperti dikutip.

Pengembangan berbagai macam barang juga tetap menjadi prioritas utama bagi Perseroan. Inisiatif tersebut meliputi kolaborasi dengan vendor konsinyasi untuk memperkuat koleksi dan merekrut merek-merek baru.

Aset Perseroan

Merek-merek eksklusif Perseroan, SUKO dan ZES, mendapatkan momentum dengan SUKO mencapai pertumbuhan 73% selama periode Lebaran, didukung oleh peluncuran SUKO GO. SUKO juga berencana untuk memasuki segmen anak-anak di akhir tahun. Ekspansi ke kategori-kategori baru, seperti kategori Home and Living juga sedang berlangsung.

Inisiatif omnichannel difokuskan pada perluasan keterjangkauan ragam produk dan peningkatan keterlibatan digital. Hal ini akan dicapai melalui program pelibatan vendor konsinyasi dan strategi pemenuhan pesanan dari gerai untuk marketplace pihak ketiga, serta meningkatkan keterlibatan pelanggan melalui inisiatif livestreaming dan program loyalitas.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan mencatat ekuitas Rp 1 triliun hingga Maret 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 325,78 miliar.

Liabilitas Perseroan tercatat Rp 6,49 triliun hingga Maret 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 4,81 triliun. Aset Perseroan naik menjadi Rp 7,50 triliun hingga kuartal I 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 5,14 triliun. Perseroan kantongi kas dan bank sebesar Rp 2,83 triliun hingga 31 Maret 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 398,78 miliar.

Kinerja 2024

Sebelumnya, emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 22,5% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 828 miliar pada 2024.

"Meskipun belanja konsumen kelas menengah melambat, pencapaian kami di 2024 menunjukkan dedikasi kami terhadap profitabilitas," kata CEO Matahari Department Store, Monish Mansukhani dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Minggu (9/3/2025).

"Sembari menyempurnakan strategi untuk 2025, kami terus memprioritaskan penguatan fundamental ekonomi perusahaan dan menyempurnakan produk kami guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan," tuturnya.

Perseroan mencatat penurunan total penjualan hingga 2,0% di tahun 2024 atau sebesar Rp 12,3 triliun, dengan SSSG menurun sebesar 1,7%. Hal ini mencerminkan tantangan yang terus berlanjut dalam belanja konsumen, terutama selama musim Lebaran dan pada kuartal keempat, ungkap Matahari.

Meskipun demikian, margin kotor LPPF membaik menjadi 34,6%, naik dari 34,2% di 2023. Capaian ini didorong oleh kehadiran produk-produk yang lebih baru.

Efisiensi 

Perbaikan ini, bersama dengan efisiensi dalam biaya operasional dan keuangan, membantu mengatasi perlambatan penjualan dan menghasilkan EBITDA sebesar Rp 1,4 triliun, turun tipis 0,9% dari tahun 2024 lalu.

"Sepanjang 2024, Matahari berfokus pada beberapa inisiatif strategis, termasuk pengembangan merek eksklusif untuk menarik konsumen muda dan modern," ungkap perseoan dalam keterangannya.

SUKO juga terus berkembang dengan jangkauan di 79 gerai, sementara ZES, merek eksklusif terbaru, resmi diluncurkan pada kuartal keempat 2024 untuk menyasar konsumen yang berminat pada tren fashion.

Foto Pilihan

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |