Liputan6.com, Jakarta PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mengumumkan telah melunasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Seri A senilai Rp1,28 triliun, salah satu yang on time diantara BUMN Karya Tbk di tahun ini. Pelunasan ini menjadi sinyal positif yang memperkuat fondasi keuangan perusahaan, khususnya menjelang rencana pembentukan holding BUMN Karya yang digagas pemerintah.
Corporate Secretary Adhi Karya, Rozi Sparta, mengatakan bahwa keberhasilan pelunasan obligasi ini secara signifikan menurunkan beban utang perusahaan, sekaligus memperkuat posisi tawar ADHI di mata investor maupun pemegang saham.
“Langkah ini mempertegas komitmen ADHI dalam pengelolaan risiko keuangan dan akuntabilitas perusahaan. Kami optimistis, dengan kondisi finansial yang makin solid ini, ADHI akan mampu menjalankan peran strategisnya secara optimal dalam holding BUMN Karya,” kata Rozi, Selasa (16/9/2025).
Rozi juga menjelaskan bahwa status ADHI sebagai perusahaan terbuka menjadi modal utama dalam menghadapi proses konsolidasi ini. Menurutnya, transparansi dan kepatuhan terhadap tata kelola korporasi bukan beban, melainkan keunggulan strategis.
“ADHI selalu menempatkan prinsip good corporate governance sebagai fondasi bisnis kami. Pelunasan obligasi tepat waktu menjadi bukti komitmen kami menjaga kepercayaan investor sekaligus memperkuat profil likuiditas secara disiplin,” tambahnya.
Proyek Strategis Nasional
Lebih lanjut, Rozi menegaskan kapasitas teknis dan portofolio berkelanjutan ADHI dalam proyek-proyek strategis nasional. Di perkeretaapian, ADHI memperlihatkan kompetensi teknisnya dalam pembangunan LRT Jabodebek dengan membawa inovasi struktur U-shape girder dan kontruksi bentang panjang yang meraih rekor MURI di koridor padat lalu lintas. Jaringan kereta sepanjang ±44 km dengan 18 stasiun ini juga baru mencatat rekor 118.114 penumpang dalam satu hari (1 Juli 2025).
Pada sisi keberlanjutan, ADHI memperkuat ekonomi sirkular kota melalui RDF Plant Bantargebang dan FPLT Medan. Hal tersebut memperluas portofolio hijau ADHI, mengubah limbah menjadi nilai ekonomi dan mengurangi beban TPA.
“Kami memiliki kompetensi dan pengalaman teruji puluhan tahun, dari proyek rel skala besar, landmark nasional, hingga infrastruktur sirkular berkelanjutan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat. Kami yakin kapasitas ini menjadi nilai tambah bagi integrasi BUMN Karya yang sedang dikoordinasikan Danantara,” pungkas Rozi.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran), Ki Darmaningtyas, menilai kesehatan finansial BUMN Karya sangat krusial dalam memastikan keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur nasional.
“Jika keuangan perusahaan tidak sehat, risiko proyek terhenti di tengah jalan semakin tinggi. Investor pun akan ragu mengucurkan dana untuk proyek-proyek besar,” jelas Darmaningtyas ketika diminta pendapatnya.
Penurunan Harga Saham
Ia menambahkan bahwa penurunan harga saham sejumlah BUMN Karya mencerminkan munculnya keraguan di pasar. Menurutnya, langkah nyata untuk mengatasi hal ini adalah dengan menunjukkan tata kelola perusahaan yang baik dan transparan, serta memastikan adanya dukungan kuat pemerintah.
“Penurunan harga saham merupakan tanda hilangnya kepercayaan investor. BUMN Karya harus menunjukkan komitmen tata kelola yang jelas, laporan keuangan yang bersih, serta diiringi political will pemerintah yang kuat agar investor kembali yakin,” tegasnya.
Sementara itu, pengamat transportasi dan perkotaan, Yayat Supriatna, menegaskan bahwa pengelolaan finansial yang sehat bukan hanya persoalan internal perusahaan, tetapi juga berdampak luas terhadap kualitas layanan publik.
“Proyek infrastruktur besar, khususnya transportasi publik, sangat bergantung pada tata kelola keuangan yang solid. Kesehatan arus kas perusahaan akan menentukan apakah layanan publik ini bisa beroperasi secara berkelanjutan atau tidak,” ujar Yayat.
Kinerja keuangan ADHI sendiri memperlihatkan ketahanan yang cukup baik pada semester pertama 2025 ini. Di tengah perlambatan industri, ADHI mencatat pertumbuhan laba kotor sekitar 10%.
Kemudian liabilitas yang sudah turun 18,8% di 2024, kembali turun 8% YoY per kuartal II 2025. Penurunan liabilitas yang berkelanjutan ini menegaskan komitmen ADHI dalam pemenuhan kewajiban, serta menguatkan kredibilitas ADHI di mata mitra perbankan.