Liputan6.com, Jakarta - Di sudut tenggara Sulawesi, tepatnya di kota Baubau yang dulunya merupakan pusat kejayaan Kesultanan Buton, hidup sebuah tradisi sakral yang hingga kini masih dijaga dan dilaksanakan dengan khidmat yakni Uwena Kanakea.
Sebuah ritual yang mengakar kuat dalam budaya lokal, Uwena Kanakea tidak hanya berfungsi sebagai upacara adat, tetapi juga merupakan simbol transisi penting dalam kehidupan perempuan Buton. Kata uwena dalam bahasa Wolio merujuk pada proses pemandian atau penyucian, sementara Kanakea adalah nama sebuah sumber mata air yang dianggap suci dan penuh berkah oleh masyarakat setempat.
Ritual ini dilakukan khusus untuk anak perempuan yang telah melewati masa remaja atau memasuki fase akil balig, menandai bahwa dirinya telah sah sebagai perempuan dewasa dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat Buton.
Namun, lebih dari sekadar pemandian biasa, Uwena Kanakea adalah rangkaian upacara yang sarat makna, menyentuh sisi spiritual, sosial, dan kultural dari identitas perempuan Buton itu sendiri.
Ritual Uwena Kanakea biasanya dilakukan dengan penuh kekhusyukan di sekitar mata air Kanakea, sebuah tempat yang sejak dulu diyakini memiliki kekuatan spiritual dan berkhasiat untuk menyucikan diri.
Di tempat inilah, para perempuan muda akan dibawa oleh orang tua atau tetua adat untuk dimandikan, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara simbolik sebagai bentuk pembersihan diri dari masa kanak-kanak menuju fase kedewasaan.
Air dari Kanakea dipercaya memiliki energi positif yang mampu menyeimbangkan jiwa dan raga, menjauhkan dari marabahaya, dan membuka jalan bagi masa depan yang cerah. Dalam pelaksanaannya, si gadis akan mengenakan busana adat, biasanya dengan sentuhan kain tenun khas Buton yang penuh warna dan makna.
Dia akan duduk tenang di tepi mata air, lalu diperciki atau disiram air oleh tetua adat perempuan sembari melantunkan doa-doa dan mantera khas Wolio yang diwariskan secara turun-temurun.
Proses ini tidak hanya melibatkan keluarga inti, tetapi juga komunitas sekitar yang datang memberi restu dan menyaksikan momentum sakral ini. Atmosfer upacara begitu kuat dan emosional tak jarang air mata jatuh sebagai ungkapan haru, bangga, dan syukur.
Kearifan Lokal
Lebih dari sekadar prosesi adat, Uwena Kanakea mengandung pesan mendalam tentang posisi perempuan dalam masyarakat Buton. Ia adalah bentuk pengakuan publik bahwa seorang gadis telah tumbuh dan kini siap mengemban peran baru dalam keluarga dan komunitasnya.
Ritual ini juga mengajarkan nilai-nilai luhur seperti penghormatan terhadap leluhur, hubungan harmonis antara manusia dan alam, serta pentingnya menjaga kesucian diri baik lahir maupun batin. Dalam konteks ini, air Kanakea bukan hanya air biasa, ia adalah warisan, media komunikasi dengan yang ilahi, serta cermin dari kemurnian dan harapan.
Uwena Kanakea juga memperlihatkan bagaimana perempuan Buton diberi ruang yang penuh penghormatan dalam siklus kehidupan. Meski masyarakat Buton dikenal dengan sistem sosial yang kuat dan tertata, perempuan tetap diposisikan sebagai pilar penting dalam keluarga dan adat, yang kematangannya tidak hanya diukur dari usia biologis, tetapi juga dari kesiapan spiritual dan sosialnya yang telah diakui lewat prosesi seperti ini.
Oleh karena itu, ritual ini tak pernah dianggap remeh, melainkan dirayakan sebagai momentum penting yang mengikat individu dengan akar budaya dan komunitasnya. Namun, di tengah modernisasi yang begitu cepat, tradisi Ouwena Kanakea menghadapi tantangan besar untuk tetap lestari.
Generasi muda yang mulai terpapar budaya luar sering kali memandang ritual ini sebagai sesuatu yang kuno atau tidak relevan dengan kehidupan masa kini. Padahal, nilai-nilai yang terkandung dalam Ouwena Kanakea justru sangat penting untuk memperkuat jati diri dan memperdalam makna kedewasaan dalam konteks budaya sendiri.
Pemerintah daerah bersama para tokoh adat kini tengah berupaya untuk menghidupkan kembali semangat ritual ini dengan memasukkannya dalam festival budaya, dokumentasi warisan tak benda, dan pelibatan aktif generasi muda dalam proses pelaksanaannya.
Mereka menyadari bahwa Uwena Kanakea bukan hanya ritual, tetapi juga narasi hidup yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. Sebuah ritual yang tidak hanya memandikan tubuh, tetapi juga membasuh jiwa dengan kesadaran akan siapa diri kita dan dari mana kita berasal.
Ini adalah simbol kekayaan tak ternilai dari kearifan lokal yang seharusnya dirayakan, dijaga, dan diwariskan dengan penuh kebanggaan. Karena di setiap tetes air Kanakea yang jatuh ke tubuh gadis remaja itu, mengalir pula nilai, harapan, dan doa dari satu generasi ke generasi berikutnya menciptakan mata rantai budaya yang kuat dan tak terputus.
Penulis: Belvana Fasya Saad