Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu kawasan konservasi paling megah dan mengesankan yang dimiliki oleh Indonesia, bahkan dunia. Terletak di Pulau Papua, taman nasional ini membentang luas melintasi tiga provinsi, yakni Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Dengan luas mencapai sekitar 2,4 juta hektare, Lorentz adalah taman nasional terbesar di Asia Tenggara dan menjadi salah satu dari sedikit tempat di bumi yang mencakup spektrum ekologis lengkap dari puncak bersalju hingga pantai tropis di Papua.
Kawasan ini tidak hanya memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya yang mendalam, di mana puluhan kelompok etnis asli tinggal di dalam dan sekitar wilayah taman ini, menjadikan Lorentz bukan sekadar kawasan alam yang dilindungi, melainkan juga rumah bagi kehidupan manusia yang telah beradaptasi secara harmonis dengan lingkungannya selama ribuan tahun.
Secara geografis, keberadaan Taman Nasional Lorentz yang membentang di tiga provinsi membuatnya menjadi kawasan strategis dalam pelestarian ekosistem Papua yang kompleks dan unik.
Di dalam kawasan ini terdapat Pegunungan Sudirman, yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Maoke, serta Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid yang menjulang setinggi lebih dari 4.800 meter di atas permukaan laut, menjadikannya puncak tertinggi di Indonesia dan satu-satunya kawasan tropis di dunia yang memiliki gletser.
Transisi dari zona pesisir, hutan rawa, hutan hujan tropis dataran rendah, hingga tundra pegunungan dan kawasan es abadi menciptakan keragaman hayati yang sangat tinggi dan jarang ditemukan di tempat lain. Habitat yang bervariasi ini memungkinkan berkembangnya spesies-spesies flora dan fauna yang khas, endemik, bahkan beberapa di antaranya belum sepenuhnya teridentifikasi oleh para ilmuwan.
Tak kurang dari 630 jenis burung dan lebih dari 120 mamalia telah diidentifikasi di dalam kawasan ini, termasuk burung cenderawasih, kasuari, kanguru pohon, hingga berbagai jenis anggrek liar yang menawan.
Namun demikian, kekayaan Taman Nasional Lorentz tidak hanya terletak pada keindahan dan keanekaragaman alamnya saja, melainkan juga pada nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Wow, Aksi Mengagumkan Salon Kambing Cilacap Jelang Idul Adha, Raup 600 Ribu per Hari
Kearifan Lokal
Taman ini merupakan rumah bagi sedikitnya delapan kelompok etnis asli seperti Suku Dani Barat, Suku Asmat, Suku Amungme, Suku Nduga, dan beberapa kelompok lainnya yang memiliki sistem kepercayaan, bahasa, serta tradisi yang berbeda-beda namun saling bersinggungan secara harmonis dengan alam.
Hubungan antara manusia dan lingkungannya di Lorentz merupakan contoh nyata dari keselarasan hidup antara budaya dan alam yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Kehidupan masyarakat adat di taman ini tidak bisa dipisahkan dari alam sekitarnya, baik dalam hal spiritualitas, sistem pertanian tradisional, hingga struktur sosial masyarakat.
Oleh karena itu, pelestarian Taman Nasional Lorentz juga menyangkut upaya menjaga kelangsungan budaya dan hak-hak masyarakat adat yang telah lama menjadi penjaga alami kawasan tersebut.
Taman Nasional Lorentz diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejak tahun 1999, sebuah pengakuan internasional yang menunjukkan pentingnya kawasan ini bagi dunia secara keseluruhan. Penetapan tersebut bukan hanya karena keanekaragaman hayati dan geologisnya, tetapi juga karena nilai universal luar biasa yang dimiliki taman ini dalam konteks ekologi dan budaya.
Kendati demikian, pengelolaan kawasan seluas ini bukanlah hal yang mudah. Ancaman datang dari berbagai arah, mulai dari aktivitas penambangan, perubahan iklim global yang mempengaruhi ekosistem gletser tropis, hingga pembangunan infrastruktur yang tidak berkelanjutan.
Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak—pemerintah, masyarakat lokal, ilmuwan, dan komunitas internasional—diperlukan untuk memastikan bahwa Taman Nasional Lorentz tetap terjaga sebagai warisan alam dan budaya yang tak ternilai.
Upaya konservasi yang bijaksana harus mampu menyelaraskan kepentingan ekologis dengan kebutuhan sosial masyarakat yang hidup di dalamnya agar keberlanjutan kawasan ini tetap terjamin bagi generasi yang akan datang.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Lorentz adalah mahkota hijau Nusantara di ujung timur Indonesia, tempat di mana alam, manusia, dan waktu membentuk simfoni kehidupan yang agung dan tak tergantikan.
Keberadaan taman ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga bumi dan isinya, serta menghormati kearifan lokal yang telah terbukti mampu merawat alam dengan cara-cara yang berkelanjutan. Dalam lorong waktu yang terus bergerak, Lorentz akan tetap menjadi saksi bisu dari keagungan alam Papua yang belum sepenuhnya terungkap dan selalu mengundang kekaguman siapa pun yang mengenalnya lebih dalam.
Penulis: Belvana Fasya Saad