Liputan6.com, Jakarta - Subaru resmi menghentikan produksi sedan legendaris Legacy setelah 36 tahun menemani pasar otomotif global. Unit terakhir keluar dari pabrik Subaru of Indiana Automotive (SIA) di Lafayette, Indiana, menandai berakhirnya perjalanan panjang salah satu model paling ikonik dalam sejarah Subaru.
Berdasarkan laporan Autoevolution, Selasa (23/9/2025), unit terakhir yang diproduksi adalah Subaru Legacy Limited 2025 berwarna Magnetite Gray. Sedan ini dibekali mesin 2.5 liter boxer empat silinder dengan sistem penggerak semua roda (AWD), serta interior berlapis kulit. Ciri khas inilah yang selama puluhan tahun membuat Legacy dikenal sebagai mobil fungsional, tangguh, sekaligus nyaman digunakan sehari-hari.
Tidak ada edisi perpisahan khusus untuk model pamungkas ini. Legacy terakhir hanya akan dipasarkan ke diler seperti biasa, tanpa embel-embel kolektor atau produksi terbatas. Keputusan tersebut dianggap sesuai dengan karakter Legacy yang sejak awal lebih menekankan fungsi, keandalan, dan daya tahan, ketimbang tampil mewah dan glamor.
"Ini adalah momen penuh rasa haru bagi perusahaan dan para karyawan. Satu babak penting dalam sejarah Subaru telah berakhir, tetapi kami juga siap membuka lembaran baru," ujar Scott Brand, Presiden sekaligus COO SIA.
Dari Debut hingga Jadi Ikon Sedan Menengah
Legacy pertama kali meluncur pada 11 September 1989 dan menjadi tonggak sejarah Subaru. Mobil ini adalah model pertama yang diproduksi di Amerika Serikat sekaligus langkah besar merek asal Jepang tersebut untuk masuk ke segmen sedan menengah yang sangat kompetitif.
Selama 36 tahun, hampir 1,4 juta unit Legacy diproduksi di pabrik Indiana. Tujuh generasi lahir silih berganti, masing-masing membawa penyempurnaan desain sederhana, tingkat keselamatan tinggi, hingga performa andal di berbagai medan. Kombinasi inilah yang membuat Legacy bertahan lama meski pasar sedan semakin terhimpit oleh tren SUV dan crossover.
Ciri khas Subaru berupa mesin boxer dan penggerak AWD tetap dipertahankan, namun dikemas lebih elegan sehingga menarik minat pembeli arus utama. Legacy menjadi salah satu bukti keberhasilan Subaru dalam memadukan identitas teknis dengan kebutuhan konsumen global.
Warisan Prestasi dan Sejarah Reli
Di balik citranya yang fungsional, Legacy juga punya catatan prestasi membanggakan. Pada 1989, Subaru mengirim empat unit Legacy RS ke Amerika Serikat dan berhasil mencatat rekor ketahanan FIA dengan menempuh jarak 100.000 kilometer pada kecepatan rata-rata 222 km/jam. Rekor ini masih bertahan di kategori mesinnya hingga saat ini.
Legacy juga menjadi fondasi kesuksesan Subaru di dunia reli. Varian RS memberi kesempatan bagi Colin McRae meraih kemenangan perdananya di ajang World Rally Championship (WRC) pada 1993, yang kemudian melambungkan nama Subaru di kancah motorsport internasional.
Selain itu, Outback salah satu model paling populer Subaru awalnya hanyalah varian Legacy dengan tambahan cladding dan ground clearance lebih tinggi. Dalam beberapa tahun, Outback berkembang menjadi model mandiri yang sukses besar di pasar global.
Fokus Baru Subaru: SUV & Elektrifikasi
Berakhirnya produksi Legacy sekaligus mencerminkan perubahan besar di industri otomotif. Tren global menunjukkan penurunan minat terhadap sedan, sementara permintaan SUV dan crossover terus meningkat. Subaru pun beradaptasi dengan mengalihkan fokus produksinya.
Di pabrik Indiana, Subaru akan memulai produksi Forester dan Forester Hybrid. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk menghadirkan lebih banyak model elektrifikasi, sekaligus menjawab kebutuhan konsumen terhadap kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan.
Dengan demikian, meski Subaru Legacy resmi berpamitan, warisannya tetap hidup melalui model-model Subaru selanjutnya yang mengedepankan nilai praktis, ketangguhan, serta inovasi di era elektrifikasi.