Liputan6.com, Jakarta - Saham Meta melejit hingga 5% pada Rabu, 30 April 2025 waktu setempat, setelah raksasa teknologi tersebut melaporkan kinerja keuangan yang positif pada kuartal pertama 2025.
Melansir CNBC International, Kamis (1/5/2025) Meta mencatat pendapatan sebesar USD 42,31 miliar (Rp701,2 triliun) dari USD 41,40 miliar (Rp686,1 triliun) yang ditargetkan.
Perusahaan juga mencatat laba per saham sebesar USD 6,43. Penjualan Meta di kuartal pertama 2025 naik 16% secara tahunan sementara laba bersih melonjak 35% menjadi USD 16,64 miliar (Rp275,7 triliun), naik dari USD 12,37 miliar (Rp205 triliun) di tahun sebelumnya.
Kepala keuangan Meta, Susan Li membidik penjualan perusahaan pada kuartal kedua mencapai USD 42,5 miliar (Rp704,3 triliun) hingga USD 45,5 miliar (Rp754,1 triliun).
Namun, Li juga menambahkan, perusahaan telah mulai melihat beberapa pengurangan belanja iklan dari eksportir e-commercenya di kawasan Asia.
"Bisnis kami juga berkinerja sangat baik, dan saya pikir kami berada dalam posisi yang baik untuk menavigasi ketidakpastian ekonomi makro," kata CEO Meta, Mark Zuckerberg kepada para analis dalam panggilan pendapatan pada Rabu (30/4).
Meta mengatakan, pihaknya menurunkan kisaran total pengeluarannya pada tahun 2025, yang sekarang akan berada di antara USD 113 miliar hingga USD 118 miliar (Rp1,9 kuadriliun).
Angka itu sebelumnya adalah USD 114 miliar hingga USD 119 miliar.
Namun, Meta meningkatkan belanja modalnya pada 2025 menjadi di kisaran USD 64 miliar hingga USD 72 miliar, naik dari prospek sebelumnya sebesar USD 60 miliar hingga USD 65 miliar.
"Prospek yang diperbarui ini mencerminkan investasi pusat data tambahan untuk mendukung upaya kecerdasan buatan kami serta peningkatan biaya perangkat keras infrastruktur yang diharapkan," kata perusahaan itu dalam rilis pendapatan.
Wall Street Bergelombang, Indeks S&P 500 Cetak Penguatan Hari Kelima
Awal pekan ini, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat tipis pada penutupan perdagangan hari Senin. Pekan ini, Wall Street bersiap menghadapi minggu yang padat dengan laporan keuangan perusahaan dan data ekonomi.
Investor juga tengah menunggu kemajuan apa pun dalam negosiasi kesepakatan perdagangan antara AS dengan sejumlah negara terutama China.
Mengutip CNBC, Selasa (29/4/2025), indeks saham acuan S&P 500 naik 0,06% hingga ditutup pada 5.528,75, membukukan penguatan kelima berturut-turut. Indeks Nasdaq Composite turun 0,1% dan berakhir pada 17.366,13. Dow Jones Industrial Average naik 114,09 poin atau 0,28% hingga ditutup pada 40.227,59.
Empat dari perusahaan "Magnificent Seven" yaitu Amazon, Apple, Meta Platforms, dan Microsoft sempat tertekan selama sesi perdagangan Senin menjelang laporan triwulanan mereka.
Apple dan Meta Platforms mengakhiri sesi sedikit lebih tinggi, masing-masing naik sekitar 0,4%. Microsoft turun 0,2% sementara Amazon turun 0,7%.
Pada Senin, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memberikan sedikit kejelasan tentang arah mencapai kemungkinan perjanjian perdagangan dengan China, tetapi mengatakan bahwa tanggung jawabnya bukan pada AS.
Namun, di sisi positifnya, Bessent mengatakan bahwa mereka membuat kemajuan pada proposal perdagangan lainnya, yang menunjukkan kesepakatan dengan India akan menjadi salah satu yang pertama yang akan datang.
"Saya percaya bahwa terserah China untuk meredakannya, karena mereka menjual lima kali lebih banyak kepada kami daripada yang kami jual kepada mereka, jadi tarif 120%, 145% ini tidak berkelanjutan," kata Bessent di "Squawk Box" CNBC.
Kemajuan Pembicaraan Perang Dagang
Komentar Menkeu AS ini setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan minggu lalu bahwa diskusi dengan China sedang berlangsung, membantah klaim Beijing tentang tidak adanya pembicaraan perdagangan antara kedua negara.
"Beberapa hari terakhir telah menunjukkan adanya sedikit penurunan dalam ketegangan perdagangan AS-China, dengan kedua belah pihak mengurangi tarif yang tidak berkelanjutan yang diterapkan awal bulan ini dan AS mengisyaratkan beberapa niat untuk meredakan ketegangan," tulis ekonom Barclays Jonathan Millar dalam catatan terbarunya.
"Ini sebagian besar hanya omong kosong, untuk saat ini, dan kami tetap skeptis bahwa akan ada cukup momentum konkret dalam diskusi perdagangan untuk menghindari resesi AS." tambah dia.
Pekan ini merupakan akhir dari April, dimana Wall Street mengalami fluktiasi yang sangat tinggi setelah Trump mengungkap rencana tarif yang luas dan kemudian menarik kembali beberapa bea.