Saham Amazon dan Meta Melonjak Usai AS-China Capai Kesepakatan Dagang

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan teknologi raksasa yang tergabung dalam "Magnificent Seven" mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan Senin sore, dipimpin oleh Amazon dan Meta, menyusul kesepakatan gencatan senjata sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Melansir Yahoo Finance, Selasa (13/5/2025), Amazon mencatat kenaikan saham sebesar 8,1%, sementara Meta melonjak 7,9%. Saham Tesla juga menguat tajam hingga 6,8%, mendorong kapitalisasi pasar perusahaan kendaraan listrik tersebut kembali menembus angka USD 1 triliun.

Saham Apple turut mengalami kenaikan sebesar 6,3%. Nvidia mencatat kenaikan 5,4%, yang membuat nilai kapitalisasi pasar perusahaan chip AI ini mendekati USD 3 triliun tertinggi sejak 28 Februari lalu.

Saham Google dan Microsoft juga mengalami penguatan meskipun tidak sebesar perusahaan lainnya, masing-masing naik sebesar 3,4% dan 2,4%. Microsoft bahkan mencatat rekor penutupan harga tertinggi sepanjang tahun 2025, yakni di atas USD 449 per saham.

Kesepakatan Tarif AS dan Tiongkok

Kenaikan tajam ini terjadi setelah AS dan Tiongkok mencapai kesepakatan untuk mengurangi tarif perdagangan sebagai hasil dari negosiasi intensif selama dua hari.

Menurut laporan Ben Werschkul dari Yahoo Finance, AS sepakat memangkas tarif atas barang dari China dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok menurunkan tarif balasannya atas barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Penangguhan tarif ini akan berlaku selama 90 hari ke depan.

Angin Segar

Analis Wedbush, Dan Ives, menilai kabar ini sebagai angin segar bagi sektor teknologi global.

“Ini adalah berita yang sangat menguntungkan bagi perdagangan teknologi karena kekhawatiran rantai pasokan sekarang akan berkurang secara signifikan,” tulis Dan Ives dalam catatan untuk investor.

Ives sebelumnya juga mencatat Tesla memperoleh sejumlah besar suku cadang dan baterai dari luar negeri, termasuk dari Tiongkok. Amazon disebut memiliki eksposur yang cukup besar terhadap China. Menurut analis dari Raymond James, sekitar 30% dari total nilai barang yang dijual di situs Amazon berasal dari Tiongkok.

Selain itu, pengiklan asal Tiongkok menyumbang 14% dari total belanja iklan di platform Amazon sepanjang 2024. Untuk Meta dan Google, pengiklan dari Tiongkok masing-masing menyumbang sekitar 11% dan 6% dari total pengeluaran iklan mereka.

Ketergantungan ke China

Apple juga sangat bergantung pada China, dengan sekitar 90% dari iPhone yang diproduksi di negara tersebut, dan kontribusi China terhadap total pendapatan Apple pada 2024 mencapai 17%.

Nvidia, yang juga ikut meroket, memiliki eksposur pelanggan besar dari Tiongkok. Analis dari DA Davidson, Gil Luria, memperkirakan bahwa 20% hingga 40% dari pelanggan akhir Nvidia adalah perusahaan asal Tiongkok.

Magnificent Seven Sempat Terpukul

Sebelumnya, saham-saham "Magnificent Seven" sempat terpukul setelah mantan Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tarif balasan (tarif timbal balik) pada 2 April lalu. Pengumuman ini menyebabkan kapitalisasi pasar gabungan mereka turun hingga USD 2 triliun.

Trump kemudian memberlakukan tarif global sebesar 10% pada 5 April. Sementara tarif khusus terhadap China yang mencapai 145% sempat direncanakan berlaku pada 9 April, namun kini ditangguhkan selama 90 hari. Pemerintah AS juga memberikan pengecualian tarif bagi produk elektronik, termasuk sebagian besar produk Apple.

Namun demikian, ketegangan belum sepenuhnya berakhir. Pemerintah AS masih memberlakukan larangan ekspor atas chip Nvidia H20 ke Tiongkok sebuah keputusan yang sempat membuat harga saham Nvidia anjlok dan berpotensi memicu penerapan tarif pada sektor semikonduktor.

Foto Pilihan

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |