Liputan6.com, Jakarta - Musim pembagian dividen kembali menggairahkan dinamika pasar modal Indonesia. Teranyar, sejumlah emiten, mulai dari Triputra Agro Persada (TAPG), Elang Perdana Tyre Industry (ELPI), Astra Agro Lestari (AALI), AKR Corporindo (AKRA), Prodia Widyahusada (PRDA), hingga Surya Citra Media (SCMA), telah resmi mengumumkan rencana pembagian dividen.
Momentum ini membuka ruang tambahan untuk memperkuat likuiditas dan menarik kembali minat investor domestik yang sempat menahan diri. Dengan mengacu pada harga penutupan 28 April 2025, TAPG tercatat menawarkan yield 12,1%, SCMA 8,8%, AKRA 8,3%, PRDA 6,2%, dan ELPI 3,6%, menciptakan daya tarik tambahan di tengah tekanan pasar.
Namun demikian, penguatan IHSG dari efek musim dividen diperkirakan hanya akan bersifat sementara dan selektif. Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, secara historis pembagian dividen memang kerap menjadi katalis positif, meningkatkan likuiditas dan mendorong technical rebound.
“Akan tetapi, daya dorong tersebut diprediksi terbatas mengingat tekanan global belum menunjukkan tanda-tanda mereda,” ujar Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana kepada Liputan6.com, Selasa (29/4/2025).
Tekanan Global Membayangi Pemulihan IHSG
Hingga 25 April 2025, IHSG masih tercatat melemah 5,66% secara year-to-date (YTD). Dengan kinerja ini, IHSG hanya menempati peringkat keempat dari enam indeks utama di kawasan ASEAN, dan kesembilan dari 13 indeks Asia Pasifik. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pasar domestik tidak sepenuhnya terisolasi dari dinamika eksternal.
Sejumlah faktor eksternal menekan sentimen, mulai dari berlarut-larutnya perang dagang AS–China, perlambatan ekonomi global, hingga ketidakpastian pertumbuhan di Tiongkok. Ditambah lagi, suku bunga tinggi di Amerika Serikat terus menahan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menghadapi realitas tersebut, Hendra menekankan agar investor perlu tetap waspada terhadap dinamika global. Menurut dia, momentum dividen memang menarik, tapi risiko eksternal bisa membuat sentimen cepat berubah. Strategi selektif dan berbasis fundamental menjadi semakin penting saat ini.
Saham Dividen Tinggi dan Fundamental Kuat Jadi Buruan
Di tengah pasar yang berhati-hati, kombinasi antara dividen tinggi dan fundamental solid menjadi kunci seleksi portofolio. TAPG dan AALI, misalnya, menawarkan estimasi yield sekitar 3%, didukung oleh prospek stabil berkat harga CPO yang tetap tinggi. Sementara itu, AKRA yang bergerak di bidang logistik dan energi, mencatatkan yield sebesar 8,3%, dengan rekomendasi buy dan target harga Rp1.320.
Sektor kesehatan juga menawarkan daya tarik tersendiri melalui Prodia Widyahusada (PRDA), sementara sektor media diwakili oleh Surya Citra Media (SCMA), yang direkomendasikan buy dengan target harga Rp230. Kedua sektor ini dinilai lebih defensif dalam menghadapi risiko perlambatan ekonomi global.
Di tengah ketidakpastian global, sektor defensif seperti konsumer primer, kesehatan, dan energi menjadi pilihan rasional untuk mempertahankan kinerja portofolio. "Selektivitas tetap menjadi kata kunci, sebab yield tinggi tanpa dukungan kinerja fundamental justru bisa menjadi jebakan bagi investor," tutur Hendra.
Danantara Bawa Harapan Baru untuk Likuiditas Pasar
Selain musim dividen, pasar domestik kini menaruh perhatian besar terhadap langkah Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Lembaga ini berencana berperan sebagai penyedia likuiditas, dengan mengalokasikan sebagian dana dividen BUMN untuk berinvestasi di saham di pasar modal Indonesia.
Kehadiran Danantara dinilai Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat memperkuat likuiditas dan stabilitas pasar, seiring rencana Danantara untuk mengalokasikan sebagian dana dividen BUMN ke investasi di saham.
"Meskipun Danantara tidak diwajibkan berizin formal sebagai liquidity provider, partisipasi aktif mereka, layaknya BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen, dinilai dapat menjadi penopang penting pasar domestik," kata Hendra.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir sebelumnya menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi penguatan portofolio dan peningkatan imbal hasil BUMN. "Meski disambut positif, beberapa ekonom mengingatkan bahwa peran Danantara sebaiknya bersifat sementara dan lebih fokus pada mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara luas.
Sektor Energi dan Perbankan Jadi Andalan Rotasi Portofolio
Sentimen investor domestik pun mulai menunjukkan sinyal selektif optimistis. Minat akumulasi tampak pada saham-saham dividen tinggi dengan fundamental solid, serta sektor-sektor defensif seperti energi, konsumer primer, kesehatan, dan perbankan besar. Emiten seperti AKRA, AALI, PRDA, serta bank papan atas seperti BBCA dan BBRI mulai memperlihatkan tanda-tanda akumulasi di tengah volatilitas.
Saham-saham berbasis peluang teknikal seperti Petrosea (PTRO) dengan target harga Rp3.000, Mineral Batu Bara Makmur (MBMA) target Rp350, Rukun Raharja (RAJA) target Rp2.500, dan Japfa Comfeed (JPFA) target Rp2.030, juga mencuri perhatian pelaku pasar yang memburu peluang di tengah mulai membaiknya sentimen. Melihat ke depan, pasca musim dividen, peluang rotasi sektor di IHSG terbuka semakin lebar.
"Sektor energi, yang sudah mencatat penguatan 1,30% pada perdagangan 28 April 2025, diperkirakan tetap menjadi sektor primadona seiring stabilnya harga minyak dan gas," ungkap Hendra.
Sektor perbankan besar berpotensi kembali menjadi motor penggerak utama, didukung stabilisasi pasar keuangan domestik. Sementara itu, sektor konsumer primer dan kesehatan, yang cenderung defensif terhadap ketidakpastian global, diprediksi menjadi tujuan utama akumulasi selanjutnya.
Konstruksi dan Infrastruktur
Tidak ketinggalan, sektor konstruksi dan infrastruktur mulai mendapat perhatian lebih, seiring ekspektasi stimulus besar dari pemerintahan baru yang ingin mempercepat pembangunan nasional.
"Dengan peta pasar yang masih sangat dinamis, musim dividen tahun ini diharapkan bukan sekadar menjadi pelipur lara di tengah tekanan, tetapi juga menjadi momentum awal menuju pemulihan IHSG yang lebih berkelanjutan,"
Disiplin dalam memilih saham, memanfaatkan peluang dari momentum dividen, dan kesiapan menghadapi tantangan global akan menjadi kunci utama bagi investor untuk bertahan, bahkan meraih peluang besar di tengah pasar yang penuh dinamika ini.