Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pesatnya arus modernisasi dan globalisasi yang kian menggerus nilai-nilai tradisional, masyarakat Ambon masih teguh mempertahankan berbagai adat istiadat yang sarat makna dan filosofi kehidupan.
Salah satunya adalah Upacara Cuci Negeri, atau yang lebih dikenal secara lokal sebagai Nyuci Baileo. Tradisi ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebuah bentuk ikhtiar kolektif masyarakat untuk membersihkan bukan hanya ruang fisik, tetapi juga jiwa sosial dan spiritual seluruh komunitas negeri (desa adat).
Dilaksanakan secara gotong royong, upacara ini menjadi perwujudan nyata dari semangat kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, serta kesadaran ekologis dan moral dalam satu tarikan nafas budaya yang sangat dalam.
Nyuci Baileo mengandung makna simbolik tentang bagaimana sebuah masyarakat memelihara keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta dalam satu harmoni yang utuh.
Rangkaian prosesi Cuci Negeri dimulai dengan pembersihan menyeluruh terhadap berbagai ruang yang dianggap sakral dan sentral dalam kehidupan masyarakat negeri, terutama Baileo, rumah adat yang menjadi pusat kegiatan spiritual, adat, dan sosial.
Pembersihan ini dilakukan dengan semangat kolektif oleh warga negeri, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Mereka membersihkan lantai, dinding, halaman, bahkan setiap sudut Baileo dengan penuh ketekunan dan kesungguhan.
Namun lebih dari sekadar aktivitas fisik, tindakan ini melambangkan upaya untuk menyucikan hubungan sosial dan spiritual yang mungkin telah tercemar oleh konflik, iri hati, dendam, atau kesalahan kolektif yang tidak disadari.
Dalam banyak kasus, ritual ini menjadi momentum mawas diri dan refleksi bersama, di mana warga negeri menyatukan hati untuk memulai lembaran baru dengan semangat persaudaraan dan kasih sayang.
Turun Temurun
Setelah Baileo, proses pembersihan meluas ke seluruh rumah warga, pekarangan, bahkan lorong-lorong negeri. Semua orang berpartisipasi dalam membersihkan lingkungannya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan penghormatan terhadap semangat upacara.
Setelah seluruh proses pembersihan selesai, tibalah saatnya masyarakat berkumpul dalam satu momen yang sangat sakral dan hangat, yakni makan dan minum bersama. Inilah puncak dari perayaan Cuci Negeri yang menyimbolkan rekonsiliasi dan kebersamaan sejati.
Hidangan khas Ambon yang disiapkan bersama-sama disuguhkan di halaman negeri atau di sekitar Baileo. Proses makan bersama ini tidak hanya menyiratkan rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur atas keberkahan yang diberikan, tetapi juga menjadi ruang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Tidak ada sekat sosial, tidak ada hirarki dalam momen ini—semua duduk sejajar, berbagi makanan dari nampan yang sama, berbicara, tertawa, bahkan meminta maaf atas segala kesalahan masa lalu. Tradisi ini mengajarkan bahwa kesejahteraan suatu komunitas tidak hanya ditentukan oleh materi, melainkan juga oleh kualitas hubungan antarmanusia yang saling menghargai dan mendukung.
Makna filosofis dari Cuci Negeri sangatlah dalam. Pembersihan fisik hanyalah satu sisi dari ritual ini sisi lainnya adalah pembersihan batin, pelepasan energi negatif, dan penyatuan kembali nilai-nilai hidup bersama yang selama ini mungkin terkikis oleh konflik kecil maupun besar.
Dalam konteks ini, Cuci Negeri menjadi semacam reseter sosial yang memungkinkan masyarakat Ambon untuk kembali ke titik nol—ke kondisi sosial yang bersih, harmonis, dan siap menyongsong masa depan bersama.
Tradisi ini juga menegaskan posisi penting Baileo dalam struktur sosial masyarakat Ambon bukan hanya sebagai bangunan, tetapi sebagai roh kolektif negeri, tempat di mana nilai-nilai adat, spiritualitas, dan demokrasi komunitas dijaga dan diwariskan.
Di zaman ketika masyarakat global semakin kehilangan akar budayanya, Cuci Negeri adalah contoh nyata bagaimana warisan leluhur bisa tetap relevan, bahkan menjadi solusi atas berbagai tantangan kehidupan modern.
Nilai-nilai gotong royong, kesederhanaan, toleransi, dan rasa tanggung jawab sosial yang terkandung dalam upacara ini menjadi pelajaran berharga yang bisa diadopsi oleh siapa saja, di mana saja.
Tradisi ini bukan hanya milik masyarakat Ambon, melainkan warisan budaya Nusantara yang pantas untuk dijaga, dirayakan, dan dikenalkan ke generasi masa depan.
Maka, setiap kali upacara Cuci Negeri digelar, yang dibersihkan bukan hanya lantai dan dinding Baileo, tetapi juga hati, pikiran, dan semangat seluruh masyarakat negeri sebuah pembersihan yang utuh dan menyeluruh, dari luar ke dalam, dari dunia ke jiwa.
Penulis: Belvana Fasya Saad