Liputan6.com, Semarang - Ada laporan kemunculan kasus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) di Arab Saudi, dengan sembilan kasus dan dua kematian tercatat antara 1 Maret hingga 21 April 2025, yang sebagian besar terpusat di Riyadh. Atas temuan ini, Anggota Tim Pengawas Haji dari Komisi VIII DPR RI, Dr. Abdul Fikri Faqih, meminta Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan untuk kesehatan jemaah haji Indonesia.
Fikri menekankan bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ikhtiar dan amanah Allah yang harus dijaga oleh setiap jemaah. "Bagi jemaah yang belum berangkat, pastikan kondisi kesehatan prima sebelum keberangkatan. Lakukan pemeriksaan kesehatan lengkap, lengkapi imunisasi, serta perbanyak istirahat dan konsumsi makanan bergizi," kata Fikri.
Sementara untuk jemaah haji yang sudah berada di Arab Saudi, diharapkan meningkatkan kewaspadaan dan disiplin diri dalam menjaga kebersihan. "Sering-seringlah mencuci tangan, gunakan masker di area keramaian seperti Masjidil Haram dan Nabawi, serta hindari kontak langsung dengan orang yang sakit dan hewan ternak, terutama unta," katanya.
Fikri menyoroti perlunya pengetatan pengawasan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah di Saudi. Ini mencakup ketersediaan tenaga medis yang memadai, obat-obatan, dan fasilitas penanganan jika ada jemaah yang sakit. "Skrining kesehatan jemaah perlu diperketat, baik saat di asrama haji maupun setibanya di Saudi, serta memperkuat tim gerak cepat di lapangan," katanya.
Apa Itu MERS-CoV?
Edukasi dan sosialisasi secara berkelanjutan kepada jemaah mengenai gejala MERS-CoV, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan spesifik harus digencarkan melalui berbagai kanal. Kemenag dan Kemenkes diharapkan rencana darurat yang jelas dan siap dijalankan jika ditemukan kasus suspek atau konfirmasi di kalangan jemaah haji Indonesia.
"Kami yakin Kemenag dan Kemenkes bekerja keras untuk melindungi jemaah kita. Kami di Timwas Haji akan terus mengawal dan memberikan masukan demi kelancaran dan keselamatan ibadah seluruh jemaah haji Indonesia," kata Fikri.
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) adalah virus pernapasan dari keluarga koronavirus. Pertama ditemukan di Arab Saudi pada 2012. Virus ini bersifat zoonotik, artinya bisa menular dari hewan (terutama unta) ke manusia melalui kontak langsung atau konsumsi produk unta yang tidak dimasak. Penularan antarmanusia juga terjadi, terutama di lingkungan rumah sakit atau kontak dekat, tapi tidak mudah menyebar di masyarakat luas.
Gejala MERS-CoV bervariasi, dari ringan hingga berat. Gejala umum adalah demam, batuk, sesak napas. Sementara gejala lain meliputi diare, mual, muntah, atau nyeri perut. Jika serangan sudah berat, mengakibatkan pneumonia, gagal pernapasan, hingga gagal ginjal, yang bisa memerlukan ventilator atau perawatan intensif.
Sekitar 35% kasus yang terdeteksi berujung kematian, terutama pada orang dengan penyakit bawaan seperti diabetes, penyakit paru kronis, atau sistem imun lemah. Namun, beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan seperti flu. Masa inkubasi virus ini selama sekitar 2-14 hari.