Liputan6.com, Jakarta - Mandiri Sekuritas optimistis terhadap prospek pasar modal Indonesia. Meskipun pasar saham sempat mengalami tekanan akibat dinamika geopolitik global, pergerakan indeks dinilai tetap dalam tren positif.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, menilai momentum pemulihan sudah mulai terlihat sejak awal April dan bisa terus berlanjut seiring penguatan faktor-faktor fundamental di dalam negeri.
"Saya sangat optimis. Memang sempat ada koreksi akibat situasi geopolitik, tetapi jika melihat tren dua tahun terakhir, selalu naik. Fundamental ekonomi dan korporasi Indonesia sangat kuat," kata Oki saat ditemui di Gedung Bursa, Selasa (6/5/2025).
Menurut Oki, kondisi makroekonomi Indonesia saat ini masih menunjukkan kestabilan dan bahkan pertumbuhan yang solid. Hal ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi yang tetap kuat, ditambah dengan kinerja emiten-emiten besar di Bursa Efek Indonesia yang tetap konsisten membukukan hasil positif.
Dia juga menekankan koreksi pasar yang terjadi belum lama ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, seperti ketegangan geopolitik, yang bersifat sementara.
"Harga saham saat ini relatif murah, bahkan setara dengan masa pandemi, padahal kondisi sekarang jauh lebih baik. Jadi, ini saat yang menarik untuk masuk ke pasar saham,” ujarnya.
Terkait target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Okky menyampaikan Mandiri Sekuritas masih melakukan revisi internal. Menurut dia, pergerakan pasar yang sangat dinamis membuat lembaga keuangan seperti Mandiri Sekuritas perlu berhati-hati dan fleksibel dalam menyesuaikan proyeksi.
Ketertarikan terhadap Investasi Pasar Modal Masih Tinggi
Namun demikian, sinyal positif sudah mulai terlihat sejak pasar menyentuh titik terendah pada awal April 2025, yang kemudian diikuti dengan tren pemulihan cukup signifikan. Dari sisi minat investor, Mandiri Sekuritas melihat tidak ada penurunan minat yang signifikan.
Justru sebaliknya, ketertarikan masyarakat terhadap investasi di pasar modal dinilai semakin tinggi. Salah satu alasan utamanya adalah valuasi saham-saham Indonesia yang saat ini dinilai sangat atraktif. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, seperti India, valuasi saham Indonesia masih jauh lebih murah.
"Valuasi pasar kita saat ini sangat murah dibandingkan negara lain, misalnya India punya P/E ratio 18–20 kali, sementara kita hanya 9–10 kali. Padahal historisnya pasar modal kita di P/E 15–17," beber Oki.
Di sisi lain, Oki mencermati fundamental perusahaan Indonesia sangat kuat. Bahkan lebih baik dari saat pandemi, tapi harga sahamnya masih seperti harga saat Covid-19. "Ini jadi peluang besar,” imbuh dia.
Oki juga menyoroti pentingnya dorongan dari sisi kebijakan. Menurut dia, pemerintah pusat, termasuk Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga presiden terpilih, telah menunjukkan komitmen kuat untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini tercermin dalam berbagai program strategis yang diarahkan untuk mempersiapkan Indonesia menghadapi target jangka panjang seperti visi “Indonesia Emas 2045”.
"Justru dari pemerintah, termasuk Presiden Prabowo, ada dorongan besar untuk pertumbuhan ekonomi. Semua pihak, termasuk korporasi, punya komitmen untuk bertumbuh agar bisa mencapai target besar seperti Indonesia Emas 2045," lanjut Oki.
Pasar Modal Indonesia Akan Terus Berkembang
Dalam jangka menengah, Mandiri Sekuritas juga menilai kondisi pasar modal Indonesia akan terus berkembang seiring peningkatan literasi keuangan, digitalisasi layanan investasi, serta keterlibatan investor retail yang makin besar.
Dengan kombinasi dari harga saham yang menarik, fundamental ekonomi yang kuat, dan dukungan kebijakan pemerintah, Mandiri Sekuritas meyakini pasar modal nasional memiliki landasan yang kokoh untuk bertumbuh secara berkelanjutan.
Mandiri Sekuritas berkomitmen untuk terus mendorong inklusi dan akses masyarakat terhadap pasar modal, sembari menjaga kepercayaan investor dengan menyuguhkan analisa dan layanan yang berbasis pada data dan riset yang solid. Menurut Oki, ini menjadi salah satu strategi utama untuk menjaga daya tarik investasi di tengah dinamika global yang tidak menentu.