Liputan6.com, Jakarta - Perjuangan yang telah dimulai oleh Raden Ajeng (RA) Kartini memang belum berakhir. Dengan melihat jasa Kartini kala itu, tentunya harus introspeksi diri dan mengasah kepekaan juga kesadaran kritis sebagai Kartini masa kini.
Ia hadir sebagai inspirasi pergerakan perempuan, serta pelopor kesadaran kritis perempuan Indonesia. Hal itulah yang menggerakan Heni Mustikaningati (45), salah satu sosok Kartini masa kini asal Kabupaten Kudus.
Perempuan pegiat sosial kemanusian Kota Kretek ini, dengan suka rela mendedikasikan diri merawat dan mengurus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di jalanan.
Bertepatan dengan Hari Kartini yang diperingati 21 April, Heni pun tak ingin peringatan menandai kelahiran pahwalan emansipasi wanita itu hanya sekedar seremonial saja. Namun disertai langkah nyata, bahwa perempuan bisa bermanfaat positif bagi banyak orang.
Membincangkan Kartini masa kini dengan kesehatan mental, Heni kembali teringat isi surat Kartini yang bangkit mengutuk keadaannya.
“Kartini selalu berupaya mensyukuri tiap hidup yang dinikmatinya, dan mengupayakan pengetahuan yang dimiliki untuk kaumnnya,” ujar Heni mengutip kata bijak pahlawan wanita kelahiran Kabupaten Jepara ini.
Selain merawat ODGJ jalanan khususnya ODGJ wanita, Heni yang tinggal di lingkungan Sumur Kotak, Desa Singocandi Kecamatan Kudus Kota ini, juga kerap diminta membantu penanganan ODGJ yang dirawat di rumah.
Tak jarang, Heni dia juga mendampingi ODGJ yang terpaksa dipasung. Bahkan adapula membantu membawanya berobat.
Berkat perjuangannya itu, Heni yang dibantu sang suami, Sukaryo Adi Putra, diganjar penghargaan dari Presiden Republik Indonesia. Yakni penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial pada tahun 2021. Penghargaan itu diberikan Pemerintah di Bangka Belitung.
“Awalnya kami kira guyonan. Kami tidak menyangka orang dari desa seperti kami mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Pernah juga diberi hadiah mobil L 300 dari seorang dokter, padahal tidak kenal. Kenalnya dari konten,” ucap Heny.
Simak Video Pilihan Ini:
Viral Bupati Banjarnegara Pakaikan Baju ke Orang Gangguan Jiwa
Dirikan Lembaga Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Penghargaan dari Presiden Joko Widodo kala itu, sebab apa yang dilakukan Heni tidak menyalahi kaidah keilmuan dalam penanganan ODGJ. Selain itu, dalam memperlakukan dan menangani ODGJ, selalu menggunakan pendekatan humanis.
Dulunya Heni bersama suami pernah memiliki harapan ingin membuat panti. Bahkan sempat dua kali mencoba membangun, hingga ada donatur yang siap membayar tanahnya. Hanya saja, hingga kini keinginannya itu belum juga terlaksana.
“Sekarang mimpinya sederhana. Kami sangat berharap jika ODGJ sakit bisa mendapat perawatan rumah sakit tanpa ditanya KTP, KIS atau yang lainnya. Harapan itu sangat sederhana, meskipun kami tahu hal itu tidak sesederhana itu,” tukas perempuan penyandang gelar Magister Psikologi ini dengan focus
Tak hanya itu saja, Heni bersama teman-temannya, juga mendirikan yayasan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Kudus. Yayasan ini diberi nama Darul Fatonah, yang hingga saat ini mendampingi 80 siswa ABK.
Motivasi Heni mengurus ODGJ, yakni menguatkan segala teori kehidupan yang selama ini dipelajari. Teori yang dimaksud adalah memanusiakan manusia dan mengedukasi masyarakat, bahwa ODGJ adalah manusia yang mempunyai hak yang sama.
“Wong iku rasane ora mati meski gangguan jiwa (manusia itu sebenarnya tidak mati meskipun mengidap gangguan jiwa),” ucap perempuan yang memiliki tiga orang anak tersebut.
Selain itu, kepedulian Heni merawat warga ODGJ, berawal dari banyaknya warga yang mengalami gangguan jiwa. Dari kondisi itu, ia kemudian melakukan kegiatan sosial untuk merawat dan mengobati mereka.
Heni cukup menguasai ilmu psikologi. Secara pengalaman, ia lebih sering berinteraksi dengan ODGJ khususnya wanita. Serta secara knowledge, dia memiliki pengetahuan dan pemahaman terkait hal itu.
Bagi Heni bersama suaminya yang juga berlatar belakang pengajar, melayani ODGJ yang telantar adalah panggilan hidup. Sejak tahun 2007, pasutri pemilik kanal Youtube Sinau Hurip ini, turun ke jalan untuk merawat para ODGJ.
“Pertama kali saya menemui ODGJ itu di alun-alun Tayu, Pati, pada 2007. Pada saat itu saya ajak mereka mengobrol dan memberi makan, tapi dia gak mau diajak ngobrol. Nah itu pertama kalinya,” ucap Heni.
Heni bersama suaminya memberi makan, membersihkan, merapikan rambut, mengganti pakaian hingga memberi makan para ODGJ yang ada di jalanan. Meski penuh dinamika, namun hal itu dilakukan dengan iklas.
Memulangkan Ratusan ODGJ ke Keluarganya
Dalam menangani ODGJ, Heni mengaku berupaya menyamakan frekuensi dengan sok kenal sok dekat (SKSD). Langkah itu untuk memberi ruang kenyamanan, sehingga ODGJ tersebut bisa terbuka.
“Karena kami ingin yang bersangkutan dikenali sehingga bisa dipulangkan. Maka dari itu, harus terbuka terutama identitasnya. Kalau kami biasanya diawali mengucap salam, mengajak salaman, senyum, kadang dipeluk,” paparnya.
Meski demikian, tidak jarang ada dinamika yang harus dilaluinya. Heni dan suiaminya bercerita juga pernah juga dicakar, ditendang, dipukul hingga diludahi ODGJ.
“Bagi kami itu bukan tantangan, namun dinamika dan konsekuensi yang harus ditanggung saat merawat ODGJ,” imbuh Heni.
Heni memang mengabadikan aktifitas sosialnya untuk konten media sosial Youtube dan Facebook milik mereka. Namun konten itu tak semata untuk mencari pendapatan saja. Lebih jauh dari itu, dengan membuatnya sebagai konten mereka berharap keluarga dari ODGJ itu akan mengenalinya.
“Kami sangat senang kalau keluarganya tahu,dan kami bisa mengantarkannya pulang. Itu menjaditujuan kami. Mempertemukan bersama keluarganya adalah kebahagiaan bagi kami. Saat ini sudah ada ratusan ODGH yang telah kami pulangkan,” papar Heni.
Bagi Heni, Kartini masa kini adalah sosok yang multitalenta. Karena itu, wanita harus bisa mandiri menguasai berbagai bidang, namun tidak melupakan kodratnya.Yakni sebagai seorang wanita dan menjalankan peran dan tugas sebagai seorang ibu untuk keluarga.
Terkadang sebagai manusia, Heni juga sering merasa lelah. Namun ia memiliki tips agar bisa terus semangat dan bermanfaat bagi orang lain.
“Yang paling utama adalah semangat yang harus dijaga. Karena dengan semangat akan mengalahkan segalanya," tukas Heni.
Heni juga menyebut, prinsip lain yang ia pegang adalah membantu itu ibadah agar punya kartu menuju surga (KMS). Dan yang tak kalah pentingnya, menerapkan prinsip berbuat baik pasti akan kembali ke diri kita sendiri.
(Arief Pramono)