Laba Bersih Unilever Indonesia Lampaui Ekspektasi, Gimana Prospek Saham UNVR?

19 hours ago 13

Liputan6.com, Jakarta Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat laba bersih sebesar Rp 1,24 triliun pada kuartal I 2025. Angka ini turun 15% dibandingkan tahun lalu, tetapi melonjak 245% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pencapaian Unilever Indonesia tersebut melampaui perkiraan analis, mencapai 32% dari target laba sepanjang 2025.

Menyusul pengumuman kinerja tersebut, saham UNVR tampak berlayar di zona hijau pada perdagangan Jumat, 25 April 2025. Saham UNVR naiak 17,06% ke posisi 1.750 saat berita ditulis. Dalam sepekan, UNVR naik 32,58% meski masih mencatatkan penurunan 7,43% sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).

Program pembenahan yang dilakukan mulai menunjukkan hasil positif dari sisi efisiensi biaya. Margin laba kotor meningkat ke 48,2% setelah sebelumnya sempat tertekan pada dua kuartal terakhir di kisaran 45%. Sementara itu, margin laba usaha naik signifikan ke 17,1%, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya sekitar 7–9%.

Peningkatan ini didorong oleh penurunan biaya gaji yang turun 45% dibandingkan tahun lalu akibat tidak adanya lagi biaya terkait pengurangan karyawan. Biaya iklan relatif stabil di level 9,2% dari pendapatan.

Pendapatan Masih Tertekan

Di sisi lain, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp9,47 triliun, turun 6% secara tahunan meski naik 23% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya volume penjualan domestik sebesar 8% YoY, sementara rata-rata harga jual justru naik tipis 1,3% YoY.

Secara segmen, produk perawatan rumah tangga dan personal care mengalami penurunan pendapatan paling besar, yakni 9% YoY. Sementara itu, segmen makanan dan minuman lebih tahan dengan penurunan hanya 1% YoY. Meski pendapatan melemah, margin laba kotor segmen perawatan rumah tangga dan personal care berhasil pulih ke 50,2%, menunjukkan efisiensi biaya paling terasa pada segmen ini.F

"Kinerja terburuk UNVR kemungkinan telah terlewati," kata Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren dalam risetnya, dikutip Jumat (25/4/2025). Edi menjabarkan tren pertumbuhan laba bersih UNVR pada 2024. Pada kuartal I tahun lalu, laba perseroan naik 3% YoY. Pada kuartal II turun 25% YoY.

Penurunan berlanjut pada kuartal III 2024 sebesar 62% YoY, dan penurunan di kauartal IV 2024 tercatat sebesar 41% YoY. Sedangan pada kuartal I 2025, penurunannya lebih kecil yakni 15% YoY. Manajemen UNVR dalam earnings call pada Kamis (24/4) juga masih mempertahankan guidance bahwa hasil positif dari pembenahan akan terlihat lebih signifikan pada 2H25.

"Setelah pembenahan pada sisi biaya, kami menilai UNVR perlu menunjukkan progres pada sisi pendapatan, yang kami nilai berpotensi mendorong pemulihan harga saham secara lebih signifikan. Dalam 1 bulan terakhir, UNVR telah pulih dengan kenaikan 19,6%, lebih tinggi dibandingkan pemulihan IHSG yang sebesar 7,3%," ulas Edi.

Unilever Indonesia Janji Bagikan Seluruh Laba 2025 untuk Dividen

Perseroan menegaskan komitmennya untuk mempertahankan pembagian dividen sebesar 100 persen dari laba tahun buku 2025. Direktur Keuangan Unilever Indonesia, Neeraj Lal menyatakan, strategi perusahaan tetap konsisten, dengan fokus pada kepentingan seluruh pemangku kepentingan, termasuk konsumen dan pemegang saham.

"Apa yang telah kami lakukan sebelumnya terkait distribusi dividen, akan tetap kami lanjutkan. Jadi, Anda bisa mengharapkan kebijakan 100 persen dividend payout berlanjut hingga tahun 2025," ujar Neeraj Lal dalam konferensi pers kinerja Unilever Indonesia Tbk Kuartal I 2025.

Di tengah komitmen tersebut, investor tampaknya juga menyoroti lesunya kinerja harga saham Unilever. Neeraj Lal mengatakan, satu-satunya cara untuk memperbaiki harga saham adalah dengan meningkatkan kinerja pendapatan dan laba secara konsisten.

"Pada akhirnya, satu-satunya cara agar harga saham bisa naik adalah melalui kinerja penjualan (top line) dan laba (bottom line) yang konsisten," ungkap Neeraj Lal. Mereka juga mengakui bahwa tantangan ini telah berlangsung selama lima tahun terakhir, bukan hanya di tahun berjalan.

Untuk itu, berbagai langkah berat telah diambil, seperti penyesuaian harga di tingkat grosir dan penurunan inventaris, yang berdampak pada penjualan primer dalam jangka pendek. Meski menyakitkan, keputusan tersebut diambil secara sadar sebagai bagian dari strategi untuk membangun fondasi pertumbuhan jangka menengah hingga panjang yang berkelanjutan.

"Jika semua 'pil pahit' ini bisa dikonversi menjadi perbaikan berkelanjutan dalam 4, 8, hingga 12 kuartal ke depan, itulah satu-satunya jalan untuk meningkatkan harga saham," kata Neeraj Lal, seraya menambahkan bahwa perseroan tetap berkomitmen kepada para pemegang saham yang telah mempercayai perusahaan selama bertahun-tahun.

Dengan langkah-langkah tersebut, Unilever Indonesia berharap dapat memulihkan performa saham secara bertahap dan memperkuat kepercayaan pasar di masa depan.

Pada perdagangan hari ini, Kamis 24 April 2025, saham UNVR naik 4,91 persen ke posisi 1.495. Dalam lima hari perdagangan terakhir, saham UNVR naik 12,41 persen. Namun sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), saham UNVR mencatatkan penurunan 18,53 persen.

Unilever Indonesia Raup Laba Rp 1,2 Triliun pada Kuartal I 2025

Perseroan membukukan penjualan bersih mencapai Rp 9,5 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun, masing-masing turun 6,10 persen dan 14,59 persen dibandingkan kuartal I 2024.

“Meskipun hasil kuartal pertama kami masih terkoreksi dibandingkan tahun sebelumnya, kami berhasil mencatatkan peningkatan kuartal ke kuartal (QoQ) dalam hal pertumbuhan dan profitabilitas," kata Presiden Direktur Unilever Indonesia Tbk, Benjie Yap dalam kesempatan yang sama.

Secara kuartalan, Benjie Yap mencatat penjualan domestik meningkat sebesar 21,6 persen dibanding kuartal IV 2024. Sedangkan laba bersih meningkat 244,7 persen dibandingkan kuartal IV 2024. Marjin laba sebelum pajak sebesar 16,8 persen, peningkatan 1.054 basis poin dibandingkan kuartal IV 2024.

"Kami telah membuat kemajuan dalam mengurangi stok pelanggan, menstabilkan harga pada kanal penjualan kami dan meningkatkan profitabilitas mitra distributor kami, serta memberikan tingkat layanan pelanggan yang lebih baik. Kemajuan ini memberikan fondasi yang kokoh untuk mendorong pertumbuhan di masa depan,” imbuh dia.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) penjualan perseroan pada kuartal I 2024 mengalami penurunan 6,10 persen dibandingkan penjualan pada kuartal I 2024 yang tercatat sebesar Rp 10,08 triliun.

Bersamaan dengan turunnya penjualan, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp 4,91 triliun pada kuartal I 2025 dari Rp 5,05 triliun yang dicatatkan pada kuartal I tahun lalu. Meski begitu, laba kotor perseroan tetap turun menjadi Rp 4,56 triliun pada kuartal I 2025 dibanding Rp 5,03 triliun pada kuartal I 2024.

Pada kuartal I 2025, perseroan membukukan beban pemasaran dan penjualan sebesar RP 2,18 triliun. Bersamaan dengan itu, beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp 758,92 miliar, dan beban lain-lain Rp 787 juta. Pada periode yang sama, perseroan membukukan penghasilan keuangan sebesar Rp 2,2 miliar dan biaya keuangan Rp 19,56 miliar.

Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba Rp 1,24 triliun pada kuartal I 2025. Raihan laba itu turun 14,59 persen dibandingkan laba yang diperoleh perseroan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,45 triliun. Sehingga laba per saham dasar susut menjadi Rp 32 dari sebelumnya Rp 38 per lembar.

Aset perseroan sampai dengan 31 Maret 2025 naik menjadi Rp 17,81 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 16,05 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 6,81 triliun dan aset tidak lancar Rp 11 triliun.

Liabilitas perseroan sampai dengan 31 Maret 2025 naik menjadi Rp 14,43 triliun dibanding posisi kahir 2024 yang tercatat sebesar RP 13,9 triliun. Sebesar Rp 12,34 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka pendek. Sisanya sekitar Rp 2,09 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka panjang.

Sementara ekuitas sampai dengan 31 Maret 2025 tercatat sebesar Rp 3,38 triliun. Angka ini naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu, di mana ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 2,15 triliun.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |