Kondisi Tak Layak, Rumah Balita Keluarkan Cacing dari Mulut Akan Diperbaiki Pemprov Bengkulu

Liputan6.com, Jakarta - Kasus balita Khaira Nur Sabrina (1 tahun 8 bulan) yang mengeluarkan belasan cacing dari mulutnya mendapat perhatian serius Pemerintah Provinsi Bengkulu. Balita asal Kabupaten Seluma itu diketahui mengidap gizi buruk dan cacingan berat.

Gubernur Bengkulu Helmi Hasan mengaku sangat prihatin dengan kondisi warganya tersebut. Dia menegaskan penanganan medis Khaira sepenuhnya ditangani tim dokter.

"Ini menyedihkan, penanganan medis kita percayakan kepada tim dokter," ujar Helmi di Balai Raya Semarak Bengkulu, Selasa (16/9/2025).

Selain kondisi kesehatan, gubernur menyoroti lingkungan tempat tinggal Khaira yang dinilai tidak layak huni. Ia berjanji akan memperbaiki rumah balita tersebut melalui program bedah rumah.

"Kita lihat dulu status kepemilikan lahannya. Jika bukan milik orang tua bayi itu, kita akan carikan lahan yang baru supaya dia memiliki tempat tinggal yang aman dan nyaman," tambah Helmi Hasan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Bengkulu Tejo Suroso menegaskan pihaknya segera turun tangan.

Dia mengatakan tim sudah diberangkatkan ke lokasi tempat tinggal Khaira untuk menindaklanjuti instruksi gubernur.

"Kita sudah berangkatkan tim ke sana dan segera melakukan eksekusi program," tegas Tejo.

Sungguh ironi, seorang bocah berusia 3 tahun di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia dengan kondisi tubuh yang dipenuhi cacing. Penanganan kesehatan bocah yang terkendala birokrasi membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi buka suara.

Sebelumnya, kondisi memilukan dialami Khaira Nur Sabrina, bocah asal Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Balita ini harus mendapatkan penanganan medis serius karena dari rongga mulutnya keluar belasan cacing gelang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma Rudi Syawaludin mengatakan, saat ini balita tersebut dirawat secara intensif dengan analisis awal mengalami gejala gizi buruk serta penyakit cacing.

"Perlu penanganan khusus, selama ini kita intervensi gizi buruknya saja l, ternyata ada gejala cacingan," ujar Rudi, Senin.

Dinkes setempat sudah melakukan koordinasi lintas program dengan Puskesmas, dan dinas Sosial untuk membuat klasterisasi penanganan. Sebab setelah ditelusuri ternyata orang tua pasien ini merupakan keluarga miskin dan tinggal di tempat yang tidak layak huni.

Dinkes Kabupaten Seluma dalam koordinasi juga berusaha melakukan gerak cepat guna mengupayakan klaster Integrasi Layanan Primer, terkait pemberian obat cacing dan juga dengan pemberian makanan tambahan kepada keluarga.

"Ada indikasi kakaknya juga berkemungkinan terkena penyakit serupa. Berumur empat tahun dan juga dirawat," lanjutnya.

Ini merupakan kasus yang pertama kali terjadi di kabupaten Seluma. "Saat ini masih ditangani tim medis RSUD Seluma dan akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap," pungkasnya.