Liputan6.com, Sikka - Menjalani masa pidana di balik jeruji besi, bukanlah penghalang bagi warga binaan di Rutan Klas II B Maumere, Kabupaten Sikka, NTT untuk berkarya dan berkreasi.
Sebanyak 191 warga binaan di Rutan Maumere rupanya menciptakan produk kerajinan tangan bernilai seni tinggi. Salah satunya adalah bingkai foto yang terbuat dari anyaman bambu.
Tak hanya itu, kerajinan tangan lain seperti gelang tangan berbahan dasar sarung tenun dan bingkai foto dari kain perca juga menjadi karya andalan warga binaan.
Kepala Rutan Maumere, Wachid Kurniawan Budi Santoso mengatakan hasil karya warga binaan itu dihasilkan berkat pelatihan dan pendampingan dari komunitas Aku Sikka.
Menurutnya, selain pelatihan kerajinan tangan, warga binaan juga mendapat pelatihan pembuatan bakso dan tempe dari komunitas Aku Sikka.
"Warga binaan diberi pelatihan dan diberi diberi bahan baku untuk pembuatan," katanya.
Hasil kerajinan tangan atau masakan warga binaan itu biasanya dijual ke para pengunjung yang datang ke Rutan Maumere.
"Biasanya laris saat momen Idul Fitri atau Natal. Banyak pengunjung yang datang dan beli kerajinan tangan warga binaan," ujarnya.
Ia mengatakan tujuan pelatihan dan pendampingan itu guna memberikan bekal keahlian bagi warga binaan saat kembali ke masyarakat.
"Dengan skil yang mereka miliki selama jadi warga binaan, mereka bisa membuka usaha di luar saat di luar nanti," tandasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pesona Batik Nusakambangan Berpewarna Alami dari Laguna Segara Anakan Cilacap
Tahanan Pendamping
Bagi warga binaan yang dinilai berkelakuan baik dan memiliki skil khusus, akan diangkat menjadi tahanan pendamping atau tamping.
"Ada tamping kebersihan ada juga tamping kesehatan yang warga binaan memang punya latar belakang pendidikannya S1 keperawatan. Meraka akan membantu melayani warga binaan yang sakit," pungkas Wachid.
Selain mendapatkan pelatihan kerajinan tangan, warga binaan juga mempunyai kelompok tarian tradisional.
Kelompok tarian tradisional ini biasanya tampil saat Rutan Maumere dikunjungi pejabat dari daerah maupun nasional.
Sedangkan untuk pendampingan rohani, Rutan Maumere biasanya dilakukan kantor agama Sikka dan rohaniawan dari Ledalero.
"Semua warga binaan diperlakukan sama, tidak boleh diskriminasi. Mereka diberi hak yang sama," katanya.
Salah satu warga binaan, Rolli mengaku senang dengan proses pembinaan di Rutan Maumere. Para petugas menurutnya, memperlakukan mereka sangat humanis.
"Kami seperti berada di rumah sendiri. Disini kami diberi tempat yang nyaman. Pak kepala Rutan sangat dekat dengan kami. Saat ada masalah, beliau jadi teman curhat," bebernya.
Sebagai warga binaan yang berkompetisi di bidang kesehatan, ia pun kini diangkat menjadi tamping kesehatan.
"Saya biasa membantu kerja dokter di klinik pratama saat warga binaan melakukan cek kesehatan berkala," tutup Rolli.