Indeks Nikkei di Jepang Menguat, Sejumlah Bursa Saham Asia Libur Peringati Hari Buruh

9 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Jepang dan Australia naik pada perdagangan Kamis (1/5/2025). Pergerakan bursa saham Jepang dan Australia terjadi setelah di wall street juga beragam. Hal ini seiring data yang menunjukkan ekonomi Amerika Serikat (AS) alami kontraksi pada kuartal pertama meningkatkan kekhawatiran investor akan resesi yang mengancam.

Mengutip CNBC, sejumlah bursa saham di Asia Pasifik termasuk Korea Selatan, Hong Kong, China dan India tutup untuk peringatan Hari Buruh.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,34% di tengah perdagangan yang bergejolak. Sementara itu, indeks Topix mendatar.

Bank Sentral Jepang juga diperkirakan mempertahankan suku bunga 0,5% dan memangkas perkiraan pertumbuhannya dalam pertemuan kebijakan moneter dua hari yang berakhir pada hari itu.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi Pemerintah Jepang (JGB) bertenor 10 tahun turun 0,01 basis poin menjadi 1,312% menjelang keputusan Bank Sentral Jepang. Sementara itu, imbal hasil JGB 20 tahun naik 0,11 basis poin menjadi 2,210%.

Di Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 naik 0,16% dalam perdagangan yang tidak menentu.

Surplus Australia pada barang dagangan melebar tajam menjadi 6,9 miliar dolar Australia (USD 4,42 miliar) pada bulan Maret, dari pembacaan yang direvisi sebesar 2,85 miliar dolar Australia pada bulan sebelumnya.

Angka terbaru ini jauh di atas perkiraan surplus 3,9 miliar dolar Australia dalam jajak pendapat Reuters dan muncul saat ekspor bijih besi pulih dari gangguan cuaca dan pengiriman emas meningkat, data yang dirilis oleh Biro Statistik Australia pada hari Kamis menunjukkan.

Pada saat ini, ekspor Australia melonjak 7,6% tahun-ke-tahun, sementara impor turun 2,2%. Harga berjangka AS melonjak setelah dua dari apa yang disebut saham "Magnificent Seven", Meta Platforms dan Microsoft, membukukan hasil kuartalan mereka.

Wall Street

Dalam perdagangan yang diperpanjang, saham Meta naik lebih dari 4% karena pendapatan yang lebih kuat dari yang diharapkan pada kuartal pertama. Sementara itu, saham Microsoft melonjak 8%, setelah memberikan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan pada laba atas dan laba bersih pada kuartal ketiga tahun fiskal, serta hasil yang kuat dari bisnis cloud Azure dan arahan yang optimis.

Bursa saham  Amerika Serikat atau wall street, S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average yang terdiri dari 30 saham mencatatkan hari kemenangan ketujuh berturut-turut meskipun terjadi volatilitas.

Indeks S&P 500 naik 0,15% hingga ditutup pada 5.569,06, sementara indeks Dow Jones naik 141,74 poin, atau 0,35%, dan berakhir pada 40.669,36. Sementara itu, Nasdaq Composite berakhir datar pada 17.446,34.

Penutupan IHSG pada 30 April 2025

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Rabu sore ini. Penguatan IHSG ini mengikuti kenaikan bursa saham kawasan Asia. Pada Rabu (30/4/2025), IHSG ditutup menguat 17,73 poin atau 0,26 persen ke posisi 6.766,80. Sementara indeks LQ45 naik 4,32 poin atau 0,57 persen ke posisi 761,51.

"Sentimen eksternal dan internal menopang penguatan indeks IHSG," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dikutip dari Antara.

Dari mancanegara, bursa regional Asia bergerak menguat dibayangi progres proses negosiasi tarif dagang dan juga aktivitas manufaktur dan nonmanufaktur China yang mengecewakan.

Pelaku pasar tetap berhati-hati di tengah sinyal yang saling bertentangan dari Amerika Serikat (AS) dan China tentang kemajuan yang telah dicapai dalam meredakan sengketa perdagangan yang mengancam pertumbuhan global.

Presiden AS Donald Trump telah menandatangani tarif otomotif dari tarif impor, sehingga mengurangi beban tarif secara keseluruhan. Produsen mobil yang sudah membayar tidak akan dikenakan tarif tambahan.

Trump bersama Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa AS telah berhasil mencapai kesepakatan dagang yang menguntungkan dengan berbagai negara di Asia.

Data Ekonomi China

Selain itu, pernyataan Scott Bessent tentang kemajuan substansial negosiasi tarif, dan kesepakatan akan segera terjadi untuk India dan Korea Selatan. Pelaku pasar berharap ini akan menjadi putaran baru perubahan kebijakan tarif dagang untuk meredakan ketegangan bilateral.

Dari China, PMI Manufaktur NBS resmi China turun menjadi 49,0 pada April 2025 dari 50,5 pada Maret 2025, atau lebih rendah dari konsensus 49,8 dan PMI Non-Manufaktur NBS resmi China merosot ke 50,4 pada April 2025 dari level tertinggi tiga bulan sebesar 50,8 pada Maret, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 50,7.

Data itu memperkuat kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang lebih luas dari ketegangan perdagangan, terutama karena masih belum jelas apakah Beijing dan Washington secara aktif terlibat dalam negosiasi.

Sejauh ini, otoritas China menahan diri untuk tidak meluncurkan langkah-langkah stimulus yang agresif, sebaliknya memilih pendekatan yang lebih terukur dalam menanggapi dampak tarif.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |