Harus Ditanamkan kepada Anak, Mengenal Tiga Makna Lebaran

1 day ago 9

Liputan6.com, Bandung - Idul Fitri atau lebaran telah tiba, seluruh umat muslim menyambutnya dengan gembira karena telah bertemu dengan hari raya.

Lebaran adalah hari yang tepat mengenalkan maknanya kepada seluruh anggota keluarga mengenai salah satu hari besar umat Islam ini.

Mengutip dari laman Yayasan Percikan Iman Bandung, Jawa Barat, terdapat tiga makna yang terkandung dalam lebaran. Berikut diantaranya:

1. Umat Islam Berhasil Menyelesaikan Ibadah Puasa

Hal itu menandakan sudah memenangkan perang melawan hawa nafsu. Karena itu mereka bergembira dan merayakannya. Mereka telah meningkatkan akhlak dan kepribadiannya dengan ibadah puasa tersebut.

2. Mempererat Ikatan Persaudaraan

Pada saat-saat ini ikatan persaudaraan terasa begitu kokoh. Terasa ada sesuatu yang mempersatukan jiwa kita. Pada hari-hari lain, mungkin karena sibuk, kita jarang berkesempatan mengadakan reuni keluarga.

Tapi di saat Lebaran ini, kita sengaja menyempatkan diri. dari kakek-nenek, ayah-ibu, anak, menantu, cucu, sampai cicit berkumpul pada hari itu. Saling memaafkan bisa dilakukan kapan saja . Namun maaf-memafkan di hari raya itu mempunyai nilai tersendiri. Penuh haru dan hati yang lega.

3. Rasa Sosial dan Kasih Terhadap Sesama

Tidaklah sempurna iman seorang muslim, bila tidak mengasihi orang lain seperti mencintai dirinya. Itulah, maka Islam mewajibkan membayar zakat. Di samping kita masih berjuta yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Berdasarkan hal tersebut, terasa bahwa lebaran ini tidak akan menumbuhkan penghayatan yang sama intensitasnya pada diri setiap orang.

Bagi mereka yang berpuasa sebulan penuh dengan dilandasi iman dan ikhlas sebagai upaya untuk memuliakan pribadi mereka masing-masing sebagai manusia, lebaran ini bisa dihayati dengan mendalam.

Selama bulan puasa, berusaha terus menerus mencoba mengenali diri sendiri dan instropeksi sehingga berusaha memperbaiki diri sendiri, dan mencoba menjadi lebih baik di hari yang fitri.

Namun ada juga yang tidak ada penghayatan sama sekali akan makna puasa dan idul fitri sama seperti bulan-bulan lainnya.

Tidak merasakan spesialnya bulan Ramadan hingga Idul Fitri datang hanyalah bermakna jabat tangan dan berkunjung-kunjungan, sebatas itu saja.

Simak Video Pilihan Ini:

Ada Sniper Polda Jateng di Titik Rawan pada Perayaan Tahun Baru

Promosi 1

Bukan Soal Barang Baru

Merayakan Idul Fitri atau lebaran sudah merupakan tradisi keagamaan yang membudaya. Lebaran adalah hari raya memperingati kembalinya manusia kepada fitrahnya.

Fitrah adalah watak dasar kemanusiaan. Fitrah ini membuat manusia secara kodrati cenderung kepada kebenaran. Dengan telah berakhirnya menjalankan ibadah puasa, berarti kita sudah memenangkan perang melawan hawa nafsu.

Minal ‘aidin wal faizin, selalu diucapkan di hari raya itu. Artinya, semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan yang menang.

Namun, apa yang kini biasanya ditanyakan anak kita atau adik-adik kita ketika lebaran menjelang, yaitu soal baju dan sepatu baru.

Sadarkah para orang tua, bahwa kita secara langsung atau tidak sudah membuat paradigma berfikir anak-anak kita bahwa lebaran itu adalah semua baru. Busana baru, sepatu baru dan segalanya serba baru.

Dan kadang berlebihan, rambut pun ditata dengan mode baru. Namun selama batas-batas kewajaan, hal tersebut merupakan materialisasi dari pada ekspresi jiwa atau manifestasi lahiriyah seorang yang kembali kepada fitrahnya dan berhasil menyelesaikan ibadahnya.

Kegembiraan dengan penampilan yang lain dari biasanya di hari lebaran ini merupakan suatu kesempatan berhibur diri bersama masyarakat yang merayakannya.

Tapi jangan sampai maknanya jadi berubah. Tidak boleh berlebihan dan memaksakan diri. Karena akan menjadikannya suatu kesulitan bagi dirinya.

Misalnya, sampai terpaksa harus berhutang ke sana ke mari untuk mengada-adakan kebutuhan secara berlebihan. Ini justru bertentangan dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Ada kalanya orang segan keluar rumah di hari besar itu dikarenakan tidak berpakaian baru. Bahkan ada seorang yang kebetulan nasibnya kurang beruntung dibandingkan dengan saudara-saudaranya, enggan datang bersilaturahmi, sungkem kepada orangtuanya.

Sehingga seseorang malu oleh saudara-saudaranya itu. Betapa terbelenggu oleh sikap dan interpretasi yang salah dari makna lebaran yang sesungguhnya.

Makna Idul Fitri yang sesungguhnya haruslah ditanamkan kepada anak sedari dini, agar tidak berubah maknanya dan hilang rasa spesialnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |