BYD Alami Penurunan Laba di Q3, Namun Ekspansi Global Justru Dipercepat

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Dunia otomotif dikejutkan dengan laporan keuangan BYD untuk kuartal ketiga tahun 2025. Produsen kendaraan listrik asal Tiongkok itu melaporkan penurunan laba bersih yang cukup tajam dibandingkan periode yang sama seperti tahun lalu. Kondisi ini mencerminkan tekanan besar yang kini dihadapi oleh para pemain besar di pasar kendaraan listik (EV) terbesar dunia.

Persaingan yang semakin ketat, regulasi baru dari pemerintah Tiongkok, serta kejenuhan pasar terhadap model-model lama yang menjadi kombinasi tantangan yang harus di hadapi oleh BYD di tengah ambisinya menjadi merek EV nomor satu di dunia.

Alih-alih mengendur, BYD justru memilih untuk melangkah lebih cepat. Ketika pasar domestik mulai melemah, perusahaan ini memacu strategi ekspansi global secara agresif. Mulai dari pembangunan pabrik di luar negeri, memperkuat rantai logistik, hingga meluncurkan armada kapal kargo milik sendiri untuk mendistribusikan mobil listrik ke berbagai negara.

Langkah ini dianggap sebagai upaya BYD untuk menjaga momentun pertumbuhannya, sekaligus memperluas pengaruhnya di pasar global yang kini menjadi medan persaingan baru bagi industri otomotif listrik.

Situasi ini menjadi menarik karena BYD, yang sebelumnya dikenal sebagai raksasa domestik dengan penjualan tertinggi di Tiongkok, kini sedang mengalihkan fokusnya ke pasar internasional seperti Eropa, Amerika Latin, dan Asia Tenggara. Meski laporan keuangan Q3 menunjukan hasil yang kurang menggembirakan, arah strategi BYD justru semakin jelas untuk memperkuat pondasi globalnya dan memperluas jangkauan merek ke pasar-pasar baru.

Dalam konteks ini, penurunan laba bukan akhir dari perjalanan, melainkan bagian dari sebuah proses transformasi menuju tahap pertumbuhan berikutnya yang lebih luas dan berkelanjutan. 

Tekanan Domestik Vs Peluang Ekspor

Dilansir ArenaEV.com, BYD menghadapi penurunan laba yang cukup signifikan pada Q3 2025, sementara itu di sisi lain tentang ekspor kendaraan listriknya mencatat kenaikan yang menjadi penyelamat momentum. Di pasar luar negeri, BYD menyiapkan berbagai pabrik dan investasi logistik untuk menembus Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Eropa.

Satu langkah yang cukup mencolok adalah tentang pembangunan armada kapal pengangkut sendiri untuk mempercepat distribusi. Hal ini menunjukan walaupun sedang penurunan laba, BYD menyalakan lampu hijau di arah lainnya. 

Apa yang Terjadi di Pasar Tiongkok dan Mengapa BYD Bereaksi?

Persaingan di pasar EV Tiongkok yang semakin ketat dan dengan adanya merek-merek lokal yang baru bermunculan dengan harga agresif, model yang segar, dan teknologi terkini. 

Regulasi pemerintah Tiongkok mulai membatasi strategi harga ultra diskon dan praktik bisnis ini dianggap dapat merugikan rantai pasok, memberikan beban tambahan bagi pemain besar seperti BYD.

Model desain BYD yang relatif sudah bertahan cukup lama sekarang sudah mulai terlihat jenuh di mata para konsumen muda yang pasti menginginkan sesuatu yang berbeda, tetapi hal ini memaksa BYD untuk mempertimbangkan redesign produknya.

Sebagai respons, BYD mempercepat ekspor dan membangun fasilitas global untuk menyebarkan risiko dan mengakses pasar dengan potensi yang tinggi di luar Tiongkok, sebuah strategi terbaik yang BYD lakukan dengan jelas.

Strategi Peluncuran Internasional yang Dipercepat

BYD menargetkan ekspor 800.000 hingga 1.000.000 unit pada 2025, menunjukan ambisi yang jauh melampaui pasar domestik. Pabrik baru dan kalendar produksi global sedang dipersiapkan di berbagai lokasi termasuk Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Eropa. Teknologi baru seperti baterai semi-solid state dan proses manufaktur "gigacasting" juga menjadi bagian dari rencana BYD untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing global.

Implikasi bagi Industri dan Konsumen

Bagi industri otomotif global, kondisi BYD menjadi indikator penting tentang bagaimana pemain besar dari Tiongkok yang sempat tumbuh sangat cepat kini harus menghadapi fase stabilisasi dan transisi ke ekspor. Bagi para konsumen, langkah BYD memperkuat ekspor berarti pilihan EV dari merek Tiongkok bisa semakin banyak tersedia di pasar global, termasuk di Asia Tenggara dan Indonesia. Namun hal ini bagi para investor soal penurunan laba meningkatkan pertumbuhan tak bisa dijamin selamanya tanpa adaptasi cepat dan diversifikasi pasar.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |