Baterai Natrium-Ion Siap Diproduksi Massal, Ini Kelebihannya

15 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Para pakar menilai baterai natrium-ion akan segera masuk tahap produksi skala besar pada 2026 mendatang. Teknologi ini dipandang unggul karena biaya yang makin murah, kinerja stabil di suhu rendah, serta tingkat keamanan tinggi.

Berdasarkan laporan CarNewsCina, Senin (29/9/2025), perkembangan baterai natrium-ion disebut sudah melampaui tahap uji coba dan mulai mengarah ke komersialisasi.

Dua hingga tiga tahun ke depan diperkirakan jadi masa krusial untuk menentukan pijakan mereka di pasar energi global.

Keunggulan tersebut membuatnya cocok untuk sektor berdaya besar seperti kendaraan komersial, mesin tambang, alat konstruksi, hingga mesin pertanian.

Bahkan, penerapannya juga bisa untuk sistem hibrida yang menggabungkan baterai dengan mesin berbahan bakar.

Profesor Li Jinghong dari Akademi Ilmu Pengetahuan China menyebut kombinasi material natrium vanadium fosfat dengan anoda karbon keras bisa jadi kunci untuk menciptakan baterai natrium berdaya tinggi dengan stabilitas lebih baik.

Raksasa Baterai Dunia Sudah Ambil Langkah

Tak hanya wacana, pabrikan besar seperti CATL sudah bergerak cepat. Pada April lalu, CATL meluncurkan baterai natrium-ion skala besar pertama yang diproduksi massal di dunia. Baterai ini sudah diterapkan di sistem tenaga mobil penumpang dan baterai starter truk berat.

CATL mengklaim, baterai natrium mereka mampu mencapai kepadatan energi 175 Wh/kg. Angka ini memungkinkan mobil listrik menempuh jarak lebih dari 500 kilometer dalam sekali isi daya.

Hasil tersebut bahkan disebut mampu menjawab lebih dari 40 persen kebutuhan kendaraan penumpang di pasar domestik.

Nilai tambah lainnya, baterai natrium jauh lebih tangguh di suhu dingin. Hal ini menjawab kelemahan utama baterai lithium-ion yang biasanya menurun drastis performanya di iklim ekstrem.

Biaya Bisa Turun Setengah, Standar Mulai Dibentuk

Salah satu faktor yang membuat teknologi ini menjanjikan adalah biaya produksinya.

Li Shujun, manajer umum Beijing Zhongke Haina Technology memprediksi biaya bisa turun hingga setengahnya dalam dua sampai tiga tahun mendatang.

Saat ini, biaya produksi massal ada di kisaran 0,4–0,5 yuan per Wh, tapi diproyeksikan bisa ditekan hingga 0,3 yuan per Wh, setara dengan baterai lithium-besi fosfat.

Baterai generasi terbaru juga sudah mencatatkan daya tahan hingga 10.000 kali siklus penggunaan dan mampu tetap bekerja stabil pada suhu ekstrem 40 °C hingga 45 °C.

Hal ini membuatnya sangat berpotensi menggantikan baterai timbal-asam yang masih banyak dipakai.

Dari sisi regulasi, pemerintah Tiongkok sudah bergerak cepat. Dua standar nasional untuk baterai natrium-ion sudah dirilis, sementara 11 lainnya sedang digodok.

Bahkan, Tiongkok juga memimpin penyusunan empat standar internasional, menandakan ambisi besar untuk menguasai pasar global.

2026 Jadi Tahun Penentuan

Para pakar sepakat, periode 2024–2026 adalah fase paling penting bagi teknologi ini. Dengan dukungan regulasi, peta jalan yang jelas, dan permintaan pasar yang makin spesifik, baterai natrium-ion diperkirakan bisa segera menancapkan posisi di pasar energi global.

Keunggulan biaya murah, kinerja di suhu rendah, daya tahan tinggi, dan tingkat keamanan menjadi modal utama.

Namun, peningkatan kepadatan energi tetap jadi pekerjaan rumah agar bisa bersaing lebih luas dengan lithium-ion di kendaraan listrik pribadi.

Jika target tersebut tercapai, maka tahun 2026 akan menjadi awal era baru komersialisasi besar-besaran baterai natrium-ion di dunia.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |