Awas! Biaya Perbaikan Kecelakaan Mobil Listrik Jauh Lebih Mahal, Risiko Langsung Write-Off Tinggi

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Malaysia (PIAM) mengungkapkan bahwa kerusakan akibat kecelakaan pada mobil listrik (EV) jauh lebih rumit dan mahal untuk diperbaiki dibanding kendaraan bermesin konvensional. Bahkan, tergantung lokasi kerusakan, mobil bisa saja tidak dapat diperbaiki dan harus dihapus total (write-off), seperti dilaporkan New Straits Times.

“Kalau kecelakaan terjadi di area yang salah pada mobil, kadang kendaraan itu sama sekali tidak bisa diperbaiki,” kata CEO PIAM, Chua Kim Soon, dalam konferensi pers mengenai kinerja industri asuransi semester pertama 2025 kemarin dikutip dari paultan, Minggu (12/10/2025).

PIAM mempelajari data dari pasar EV yang lebih matang, seperti China, untuk memahami tren jangka panjang. Hasilnya, seiring bertambahnya usia kendaraan listrik, kebiasaan mengemudi berubah, depresiasi meningkat, dan biaya perbaikan melonjak.

Menurut Chua, mobil listrik memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari kendaraan berbahan bakar bensin, mulai dari nilai jual kembali yang lebih cepat turun hingga kompleksitas sistem reparasi. Hal ini menciptakan profil risiko baru yang harus diantisipasi perusahaan asuransi, terutama karena nilai depresiasi yang curam memperumit klaim atas perbaikan yang biayanya semakin tinggi.

Temuan tersebut mencerminkan tantangan besar bagi sektor asuransi di tengah lonjakan adopsi kendaraan listrik. Penjualan EV di Malaysia melonjak 91,4% pada paruh pertama 2025, didorong oleh insentif pajak, dan kini mencakup 3,4% dari total penjualan mobil baru di Malaysia.

Perusahaan Asuransi Harus Beradaptasi

Meski insentif untuk EV CBU (Completely Built-Up) akan berakhir di akhir tahun, insentif bagi EV CKD (Completely Knocked Down) atau yang dirakit lokal akan berlangsung hingga 2027. Sejumlah merek besar pun sudah berkomitmen memproduksi EV di Malaysia.

Chua menegaskan, meningkatnya popularitas mobil listrik memang baik untuk keberlanjutan lingkungan, namun juga menuntut perusahaan asuransi untuk segera beradaptasi dengan risiko baru dan realitas operasional yang berbeda.

Salah satu tantangan utama adalah keterampilan teknis dalam memperbaiki baterai, yang merupakan komponen paling mahal dari kendaraan listrik.

“Kita perlu membangun ekosistem lengkap untuk jaringan perbaikan baterai di Malaysia, dan saat ini, ekosistem itu masih belum matang,” jelas Chua.

Sebagai langkah awal, PIAM bekerja sama dengan Departemen Transportasi Jalan (JPJ) untuk menetapkan standar dan persyaratan kepatuhan bagi bengkel EV. Bengkel semacam ini membutuhkan tenaga ahli bersertifikat dan protokol keselamatan yang ketat.

“Anda butuh insinyur listrik untuk memperbaiki mobil listrik,” tambah Chua. “Mekanik biasa tidak bisa melakukannya, dan sangat berbahaya jika dikerjakan secara tidak benar. Jadi seluruh ekosistem ini harus dibangun dengan tepat.”

Siap-siap Premi Naik

Saat ini, pemilik mobil listrik di Malaysia masih menikmati premi asuransi yang relatif rendah, karena tarif masih dikendalikan pemerintah dalam tahap liberalisasi bertahap sektor asuransi kendaraan bermotor.

Namun, kondisi ini berbeda dari pasar yang lebih terbuka seperti Eropa dan Amerika Serikat, di mana biaya asuransi EV jauh lebih tinggi karena risiko dan biaya perbaikan yang besar.

“Hal itu belum terjadi di Malaysia, dan kami berusaha mengelolanya agar tidak perlu menaikkan premi. Tapi kalau melihat pasar lain, itulah realitasnya,” pungkas Chua.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |