32 Perusahaan Antre IPO, Ada BUMN?

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 32 perusahaan astra di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Divisi Peraturan dan Layanan Perusahaan Tercatat BEI Teuku Fahmi mengatakan, sebagian besar perusahaan dalam pipeline IPO berasal dari sektor consumer non-cyclical.

Sementara, Fahmi mengatakan saat ini belum ada badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di pipeline IPO. "Per hari ini dari pipeline yang sudah masuk memang belum ada dari BUMN maupun anak usaha BUMN," ungkap Fahmi dalam edukasi wartawan pasar modal, Selasa (29/4/2025).

13 Emiten Baru

Hingga 25 April 2025, BEI telah kedatangan 13 emiten baru dengan dana dihimpun sebesar Rp 6,94 triliun. Sementara, masih ada 32 perusahaan dalam pipeline IPO.

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 11 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 18 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Serta 3 perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:

  • 1 Perusahaan dari sektor basic materials
  • 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
  • 3 Perusahaan dari sektor energi
  • 4 Perusahaan dari sektor financials
  • 4 Perusahaan dari sektor healthcare
  • 3 Perusahaan dari sektor industrials
  • 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
  • 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
  • 2 Perusahaan dari sektor technology
  • 4 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Target 1.000 Emiten pada 2025, Bisakah?

BEI menegaskan komitmennya dalam mengejar target 1.000 emiten pada tahun 2025 tanpa mengesampingkan aspek kualitas. Expert Pengembangan Perusahaan Tercatat, Natal Naibaho menyatakan bahwa edukasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan penjamin emisi (underwriter), menjadi strategi utama dalam mendorong lebih banyak perusahaan masuk ke pasar modal.

"Kami tidak hanya fokus pada kuantitas, tapi juga kualitas. Emiten yang berkualitas menjadi pondasi penting bagi pasar karena akan menjadi konsumsi para investor," ujar dia dalam kesempatan yang sama.

Senada, Fahmi menambahkan bahwa pencapaian target tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Menurutnya, edukasi kepada para pengusaha mengenai manfaat dan konsekuensi IPO sangat penting untuk memperluas pemahaman dan meningkatkan kesiapan.

"Kami juga terus menjalin komunikasi aktif dengan lembaga-lembaga pemerintah serta mendorong BUMN agar lebih banyak memanfaatkan pasar modal. Kami optimistis target ini bisa tercapai dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Fahmi.

Kapan Waktu IPO Paling Ramai?

Biasanya, kuartal III dan kuartal IV cenderung menjadi periode paling ramai untuk IPO, baik di Indonesia maupun secara global.

Hal ini disebabkan oleh ketersediaan laporan keuangan tahunan yang menjadi dasar pengajuan IPO serta kondisi pasar yang lebih stabil pada pertengahan hingga akhir tahun.

Natal menambahkan bahwa faktor eksternal seperti kondisi geopolitik, ekonomi makro-mikro, dan sentimen pasar juga sangat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk IPO. “Jika kondisinya mendukung, animo IPO meningkat. Sebaliknya, di tengah ketidakpastian, banyak perusahaan memilih menunda prosesnya,” pungkasnya.

Foto Pilihan

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |