Tren Pencurian Jelang Lebaran era Kolonial Belanda, Bodo Syawal Udan Maling

2 days ago 11

Liputan6.com, Malang - Umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia bersuka cita menyambut Idulfitri 2025. Merayakan dengan berbagai tradisi lebaran seperti berpenampilan khusus dengan baju baru sampai hidangan makanan istimewa.

Diperkirakan tradisi lebaran Idulfitri sudah ada sejak masa lampau, pada masa kesultanan Islam di Nusantara. Era kolonial Belanda tak menyurutkan budaya merayakan lebaran seperti baju baru, berkunjung ke rumah kerabat, pesta atau syukuran dan lainnya.

Orang-eropa dan pejabat kolonial sampai menyebut Idul Fitri sebagai Inlands Niujar atau Tahun Baru Pribumi. Sebutan salah kaprah itu berasal dari pandangan mereka tentang kemeriahan perayaan lebaran menyerupai cara orang Eropa merayakan tahun baru di benua asalnya.

Kaum priyayi mengenakan pakaian terbaiknya disertai berbagai atribut yang melambangkan status kebangsawanannya. Rakyat jelata pun tak mau ketinggalan turut berusaha memakai busana baru meski dengan cara menjahit sendiri.

Kemeriahan Idul Fitri bagi umat muslim di Hindia Belanda itu digambarkan Snouck Hurgronje, Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Dituliskannya dalam Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1939 Jilid IV.

Selain kemeriahan, lebaran pada tempo dulu juga lekat dengan isu keamanan berupa meningkatnya tren kejahatan. Aksi pencurian selalu marak menjelang lebaran, isu itu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah kolonial.

Koran-koran berbahasa Belanda sejak akhir abad ke-19 sering menuliskan tren pencurian jelang lebaran. Maling tak hanya menyasar rumah para juragan kaya raya dan pejabat, toko dan permukiman warga pun tak luput jadi target pencurian.

Aksi pencurian jelang lebaran masa kolonial dianggap tak lepas dari tradisi perayaan lebaran. Kaum kolonial memandang keinginan merayakan lebaran secara mewah menjadi salah satu penyebab tren pencurian meningkat menjelang 1 Syawal.

Simak Video Pilihan Ini:

Maling Kambing Apes di Kebumen, Mobil Ditinggal karena Kepater Lumpur

Promosi 1

Tren Pencurian Jelang Lebaran Tempo Dulu

Saban tahun menjelang lebaran, berita kriminal seperti pencurian selalu menghiasi sejumlah koran-koran berbahasa Belanda. Berikut ini adalah berita pencurian jelang lebaran di sejumlah daerah pada masa Kolonial Belanda.

Koran De Locomotief, terbitan 30 Oktober 1874 memberitakan terjadi upaya pencurian selama enam hari berturut-turut di Kampung Tawang Bugisan, Semarang, Jawa Tengah. Petugas keamanan sigap menggagalkan pencurian meski pelakunya tak berhasil ditangkap.

Surat kabar berkantor di Semarang itu menggambarkan maraknya pencurian jelang lebaran dengan mengutip pepatah Bodo Syawal Udan Maling, kira-kira berarti Lebaran Jadi Musim Maling. Kepala desa setempat diimbau aktif menjaga keamanan kampung guna mencegah pencurian.

Koran De Indische Courant pada edisi 18 November 1937 menuliskan, pemerintah perlu melakukan upaya pencegahan meningkatnya kasus kejahatan jelang lebaran di Surabaya. Kepolisian bahkan menangkap gelandangan yang dianggap dapat membuat suasana kota tidak aman saat lebaran yang jatuh pada 5 Desember.

De Locomotief pada 30 November 1937 mengabarkan jelang lebaran aksi pencurian marak terjadi di kampung-kampung di Nganjuk, Jawa Timur. Maling menggasak peralatan pertanian, hasil panen, pakaian, vas sampai lukisan. Barang-barang tersebut dinilai mudah dijual sehingga pencurinya bisa cepat mendapat uang.

Pemberitaan sejumlah koran-koran Belanda itu menggambarkan bahwa meningkatnya angka kriminalitas jelang lebaran telah terjadi sejak masa lalu. Pasca kemerdekaan, isu keamanan berupa maraknya peristiwa kejahatan jelang momen Idul Fitri pun terus berlanjut.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |