Liputan6.com, Solo - Sebanyak tujuh penari turut serta dalam acara 24 Jam Menari yang diselenggarakan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Solo untuk merayakan Hari Tari Sedunia yang jatuh pada hari ini, Selasa, 29 April 2025.
Kegiatan ini dimulai tepat pukul 06.00 WIB, ditandai dengan pemukulan gong sebagai simbol dimulainya rangkaian pertunjukan tari tanpa henti selama 24 jam. Setelah gong dibunyikan, ketujuh penari langsung memulai penampilan mereka di Pendhopo GPH Djojokusumo.
Tidak hanya melibatkan tujuh penari utama, acara ini juga menghadirkan puluhan sanggar tari dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka tampil secara bergiliran untuk mengisi waktu 24 jam penuh dengan berbagai bentuk tarian tradisional maupun kontemporer.
Ketua Umum 24 Jam Menari ISI Solo 2025, RM Pramutomo, mengungkapkan bahwa penyelenggaraan tahun ini merupakan kali ke-19 untuk merayakan Hari Tari Sedunia. "Selain 7 orang penari 24 jam, ada 2 orang musisi yang akan bermain instrumennya selama 24 jam," ujarnya di Kampus ISI Solo, Selasa (29/4/2025).
Pertama Kali Gelar 24 Jam Menari
Pramutomo menjelaskan bahwa 24 Jam Menari ISI Solo merupakan bagian dari kegiatan global yang dilaksanakan oleh aliansi tari dunia untuk memperingati Hari Tari Dunia. ISI Solo memilih untuk menampilkan sesuatu yang berbeda dan belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni pertunjukan tari tanpa henti selama sehari penuh.
“Kita membuat ini tidak untuk satu, dua kali karena ini even yang selalu official mesagge dari aliansi tari dunia itu setiap tahun pasti dikirim ke seluruh dunia. Sehingga pada tahun itu punya gagasan, setiap tahun harus merespon itu akhirnya kita pilih sesuai yang belum pernah ada, yakni 24 jam menari,” kata Pramutomo menjelaskan latar belakang konsep unik tersebut.
Demi menyemarakkan acara, pihak panitia menghadirkan banyak kelompok tari dari berbagai latar belakang. Tidak hanya sanggar dari Solo, tetapi juga dari daerah lain di Indonesia ikut ambil bagian dalam acara besar ini.
Libatkan Tarian Keraton
Pramutomo menambahkan bahwa tidak hanya kelompok tari umum, tetapi juga berbagai institusi budaya turut serta. “Kita mempunyai partisipan untuk tahun ini 89 kelompok (tari) dari berbagai komunitas, lalu berbagai sanggar, lalu keraton-keraton Jawa, lembaga pendidikan tari di luar kampus, mahasiswa. Ada juga penari dari luar negeri,” katanya.
Acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai keraton di Pulau Jawa, seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman. Kehadiran mereka memperkaya variasi pertunjukan tari dengan sentuhan budaya klasik yang khas.
Selama 24 jam, beberapa panggung pertunjukan akan diisi secara bergiliran tanpa jeda oleh para penari dan musisi. Acara ini diharapkan mampu mempererat komunitas seni tari serta memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia melalui momentum Hari Tari Sedunia.