Cerita Siswa dan Guru di Sukabumi Terpaksa Terjang Arus Sungai Demi Sampai ke Sekolah

7 hours ago 8

Liputan6.com, Sukabumi - Dampak banjir yang melanda Kabupaten Sukabumi pada Desember 2024 lalu, menyebabkan putusnya jembatan penghubung dua Kecamatan Jampangtengah dan Lengkong. Warga dan pelajar pun terpaksa menyebrangi arus sungai Cikaso untuk beraktivitas. 

Akibat jembatan putus tersebut guru dan siswa di SD Negeri Cibadak, di Kampung Cibadak, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, terpaksa para pelajar seberangi Sungai Cikaso untuk sampai ke sekolah. 

Hal itu salah satunya diungkapkan Leni Sumarni (41), seorang guru yang tengah mengandung tujuh bulan. Ia tinggal di Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, setiap harinya harus melawan rasa sakit di perut saat menyeberangi sungai yang memiliki lebar 80 meter.

Sejak jembatan darurat yang sempat dibangun relawan Jampang Peduli hanyut akibat banjir pada Desember 2024, dan kembali diterjang banjir pada 4 Maret 2025, Leni tidak punya pilihan lain selain menyeberangi sungai dengan alat pengikat perut untuk menopang kandungannya.

“Iya, barusan perut ini agak turun, kaki juga sedikit bengkak karena harus menahan arus air,” kata Leni saat ditemui Minggu (27/4/2025). 

Menurutnya, jika memilih jalan alternatif akan membutuhkan waktu tempuh selama 2 jam dengan kondisi jalan sempit dikelilingi tebing. Terlebih saat cuaca hujan, jalan licin beresiko membahayakan. 

“Selama saya masih bisa berjalan, saya tetap berangkat mengajar. Kecuali kalau kondisi saya benar-benar drop. Segala risiko sudah saya perhitungkan sejak awal. Ini demi anak-anak didik saya yang menunggu di sekolah,” jelasnya.

Leni berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan jembatan permanen. Jika belum memungkinkan, setidaknya jembatan darurat yang layak perlu segera dibangun. 

“Harapan saya, pemerintah bisa memperhatikan kami yang setiap hari bertaruh nyawa melintasi sungai ini,” ujarnya.

Siswa Diliburkan Saat Arus Sungai Deras

Saat kondisi air sungai membesar, lanjut Leni, pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa. Namun, jika air surut, siswa tetap berangkat sekolah diantar dan dijemput oleh orang tuanya.

“Pihak sekolah juga mengimbau kepada para siswa yang tinggal di Kampung Cigirang dan Cibadak, Desa Neglasari, belajar di Madrasah Miftahul Falah yang lokasinya berada di Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah,” ungkapnya.

Jika arus sungai terlalu deras, dirinya terpaksa memilih jalur alternatif yang lebih jauh. Selain jalan sempit dikelilingi tebing, ia juga harus menghadapi ancaman longsor di sepanjang jalan dan sungai Cikaso mengalir deras di bawah.

“Pernah longsor beberapa kali, bahkan jalan alternatif itu sering diperbaiki tapi longsor lagi. Kalau lewat jalan lebih jauh lagi, ke Bojonghaur melalui Tagog, bisa sampai lebih dari 4-5 jam perjalanan,” ungkapnya.

Untuk mengurangi risiko, Leni memilih menyimpan barang-barang keperluan mengajar seperti laptop di sekolah atau menitipkannya kepada rekan kerja.

Di tengah keterbatasan dan bahaya yang mengancam, semangat Leni untuk tetap mengajar menjadi potret nyata perjuangan seorang guru di pelosok Kabupaten Sukabumi. Ia bertaruh dengan keselamatan diri dan calon bayinya demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.

“Semoga pemerintah bisa meninjau secara langsung ke lapangan dan segera membuatkan jembatan permanen di sini,” tuturnya.

Pembangunan Jembatan Jadi Prioritas

Pemerintah Daerah (Pemda) Sukabumi melalui Camat Jampangtengah, Chaerul Ichwan menjelaskan bahwa jembatan utama yang menghubungkan Desa Bantar Panjang dengan Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, hanyut terbawa arus pada tahun 2024. 

Sebagai respons cepat, masyarakat secara swadaya membangun jembatan sementara di dua titik dengan bantuan dari organisasi non-pemerintah (NGO).

Namun, bencana Sukabumi kembali terjadi pada Maret 2025. Hujan deras menyebabkan air Sungai Cikaso meluap, menghanyutkan kembali jembatan darurat yang telah dibangun.

Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kecamatan Jampangtengah berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Sukabumi. 

Chaerul menyampaikan, bahwa pembangunan kembali jembatan penghubung tersebut akan menjadi prioritas pada tahun anggaran 2025.

"Setelah kejadian di bulan Maret itu, kita berkoordinasi dengan dinas teknis terkait, dalam hal ini dengan Perkim. Kemarin informasi dari Dinas Perkim, insyaallah untuk jembatan penghubung antara Desa Bantar Panjang, Kecamatan Jampang Tengah dengan Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong itu akan menjadi prioritas kembali di tahun 2025," jelasnya.

Dia menekankan bahwa proses pembangunan jembatan menggunakan anggaran negara dan harus mengikuti prosedur serta mekanisme yang berlaku, termasuk melalui proses lelang barang dan jasa. 

Pihaknya berharap proses lelang dapat segera dilaksanakan sehingga pembangunan jembatan dapat terealisasi dalam waktu dekat.

"Mudah-mudahan secepatnya dapat terealisasi setelah semua prosedur pengadaan barang dan jasa nanti muncul untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan itu hadir untuk lelang," imbuhnya.

Imbauan Pemerintah

Terkait kondisi warga dan pelajar yang terpaksa menyeberangi sungai, Pemerintah Kecamatan Jampangtengah telah berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi.

Himbauan telah disampaikan agar kegiatan menyeberangi sungai dihentikan apabila kondisi arus dianggap membahayakan keselamatan. Sebagai alternatif, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara daring.

"Kita sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, termasuk dengan Dinas Pendidikan, apabila kondisi arus itu membahayakan keselamatan baik tenaga pengajar maupun pelajar dan masyarakat sekitar, maka diimbau agar tidak menyeberang tapi bisa memberikan tugas secara daring dari rumah," tegasnya.

Pihaknya berharap agar jembatan baru dapat segera dibangun, sambil menunggu proses dan aturan yang berlaku di Pemda Sukabumi. Meskipun terdapat jalan alternatif yang sedikit memutar, keselamatan warga dan pelajar tetap menjadi prioritas utama.

"Tapi kalau siswa maupun guru misal ingin belajar langsung di sekolah, selama debit air dirasa cukup aman tidak membahayakan, sebenarnya kita tidak menyarankan juga, kita sebenarnya sudah mengimbau," tutupnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |