Menilik Pabrik BioCNG Terbesar se-Asia Tenggara di Labusel Sumut, Kontribusi untuk Ekonomi Hijau

5 hours ago 6

Liputan6.com, Labuhanbatu Selatan - Pabrik BioCNG/Biometana terbesar se-Asia Tenggara dibangun di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), Sumatera Utara (Sumut). Pabrik ini memanfaatkan limbah cair kelapa sawit.

Berlokasi di Desa Bukit Tujuh, Kecamatan Torgamba, Labusel, Sumatera Utara (Sumut), Pabrik BioCNG ini beroperasi mulai Kamis, 24 April 2025.

Pabrik komersial kedua milik PT KIS Biofuels Indonesia itu dibangun melalui skema kerja sama PT Tasik Raja (Anglo Eastern Plantation/AEP Group).

Hasil produksi BioCNG dari proyek ini akan diserap PT Unilever Oleochemical Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.

Peresmian pabrik berkapasitas 500 MMTBU ini dilakukan Wakil Bupati Labusel, Syahdian Purba Siboro, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM, Riyatno, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Trois Dilisusendi, Head of Mills & Engineering AEP Group, Shashi Kumar Govindan, serta President Director & CEO KIS Group, K.R Raghunat.

Presiden Director & CEO KIS Group, K.R Raghunat mengatakan, pihaknya bangga meresmikan pabrik terbesar di Asia Tenggara ini.

Diharapkan dengan operasional pabrik ini mereka dapat berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau, dan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan.

"Langkah ini bukan hanya untuk perusahaan, juga untuk masa depan energi berkelanjutan Indonesia," kata Raghunat, Jumat (25/4/2025).

Simak Video Pilihan Ini:

Yayasan El Bayan Sayangkan Perusakan Masjid dalam Penyerangan SMK Komputama Jeruklegi

Manfaatkan Limbah Cair

Head Legal PT KIS Biofuels Indonesia, Yasmine Surachman mengatakan, proyek ini diproyeksikan menghasilkan 182.000 MMBtu BioCNG per tahun, dengan memanfaatkan limbah cair pabrik kelapa sawit.

BioCNG yang dihasilkan diangkut dengan menggunakan truk khusus yang juga menggunakan bahan bakar BioCNG, yang diproduksi dari pabrik tersebut.

"Kita menggunakan BioCNG pada truk sebagai pengganti diesel," ujarnya.

Disebutkan Yasmine, operasional pabrik ini sangat signifikan dalam mengurangi emisi gas metana (CH₄) dan diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO₂) hingga 52.000 ton per tahun, sekaligus menciptakan 30 lapangan kerja hijau.

"Menyusul keberhasilan proyek pertama, proyek kedua ini memperkuat posisi KIS Biofuels dalam pengembangan BioCNG di Indonesia," sebutnya.

Pabrik Komersial Kedua

Dijelaskan Yasmine, Pabrik BioCNG di Labusel ini merupakan pabrik komersial kedua PT KIS Biofuels Indonesia bekerja sama AEP Group.

Sebelumnya, KIS Biofuels Indonesia telah mengoperasikan Pabrik BioCNG komersial berkapasitas 300 MMBTU di Pabrik Kelapa Sawit milik PT United Kingdom Indonesian Plantation (AEP Group) di Blangkahan, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat.

Proyek ketiga sedang dibangun, ditargetkan beroperasi pada Desember 2025. Mereka juga telah berencana membangun 5 proyek lainnya pada 2025.

"KIS Biofuels menargetkan total 25 proyek BioCNG beroperasi pada 2027 dengan total investasi USD 125 juta, dan ambisi mencapai 100 proyek pada 2030 dengan estimasi investasi USD 500 juta," terangnya.

Dukung Pembangunan Pabrik

Wakil Bupati Labusel, Syahdian Purba Siboro, sangat mendukung Pembangunan pabrik BioCNG yang ada di Labusel. Pembangunan pabrik ini harus dapat memberikan penambahan tenaga kerja.

"Bahkan, idealnya seluruh karyawannya adalah penduduk asli Labusel," ujarnya.

Dikatakan Syahdian, potensi perkebunan di Labusel harus dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian daerah secara keseluruhan.

"Kami akan memberikan insentif dan segala kemudahan yang dibutuhkan pengusaha untuk mengikuti jejak proyek ini," bebernya.

Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Trois Dilisusendi, mengaku pemerintah telah menyiapkan peta jalan untuk bisnis pengolahan Biometana secara nasional.

Bahkan saat ini udah ada 4 perusahaan yang menyatakan ketertarikan untuk menjadi pemain di bisnis Biometana ini.

"Untuk KIS Group sejauh ini secara kualitas sangat baik. Standar Nasional Indonesia, Biometana dengan kualitas 91 persen. Produksi KIS Group dengan teknologinya mampu meningkatkan kualitas hingga 96 persen," paparnya.

Permudah Izin

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM, Riyatno, menyebut pemerintah akan memfasilitasi pelaku usaha yang ingin mengembangkan pengelolaan Biometana ini.

Salah satu fasilitas yang disediakan adalah dengan telah adanya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) khusus untuk Biometana di Sistem Perizinan Usaha (OSS) Pemerintah.

"Untuk pendaftaran izin usaha Biometana ini sekarang sudah bisa dilakukan secara online (daring) 24 jam. Ini salah satu kemudahan yang diberikan," tandasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |