Fakta Unik Lapis Tidore, Kuliner Dengan Cita Rasa Tersendiri

9 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Kue lapis merupakan salah satu jenis jajanan tradisional yang banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, namun masing-masing wilayah sering kali memiliki varian khasnya tersendiri yang dipengaruhi oleh budaya, bahan baku lokal, maupun selera masyarakat setempat.

Salah satu yang cukup unik dan belum banyak dikenal secara luas adalah kue Lapis Tidore, kue lapis khas Ternate yang berasal dari pulau Tidore, Maluku Utara. Sekilas, tampilannya mungkin tampak mirip dengan kue lapis pada umumnya, dengan lapisan-lapisan warna yang cantik dan menggoda, namun jika ditelusuri lebih dalam, Lapis Tidore menyimpan kekhasan rasa, tekstur, dan filosofi budaya yang membedakannya dari varian kue lapis dari daerah lain di Indonesia.

Keunikan Lapis Tidore terletak pertama-tama pada rasa dan aromanya yang sangat khas. Tidak seperti kebanyakan kue lapis yang hanya mengandalkan tepung beras, santan, dan pewarna makanan, Lapis Tidore menggunakan bahan-bahan lokal pilihan yang sangat dipengaruhi oleh kekayaan rempah Maluku Utara.

Misalnya, penggunaan kayu manis, cengkeh, dan pala dalam adonan memberikan aroma yang harum tajam sekaligus hangat yang langsung mengingatkan pada nuansa kepulauan rempah. Rempah-rempah ini tidak hanya dijadikan pelengkap, melainkan merupakan bagian utama dari identitas rasa Lapis Tidore.

Tak heran bila rasa manisnya tidak terasa monoton, melainkan memiliki lapisan kehangatan dan kekayaan rasa yang mendalam. Selain itu, kue ini juga biasanya dimaniskan dengan gula aren atau gula kelapa lokal, bukan gula pasir biasa, sehingga memberikan sensasi rasa manis yang lebih alami dan karamelik, berbeda dengan rasa manis menyengat pada kue lapis di daerah lain.

Dari sisi tekstur, Lapis Tidore menawarkan kelembutan yang tidak mudah ditemui pada varian lapis lainnya. Kue ini terasa sangat lembut di mulut, hampir meleleh, namun tetap memiliki kekenyalan yang pas di setiap lapisan.

Proses pembuatannya juga tidak sembarangan, karena memerlukan ketelitian dalam menyusun setiap lapisan agar tidak saling tercampur serta menjaga agar tekstur tetap konsisten.

Simak Video Pilihan Ini:

Begal Watukumpul Pemalang Tertangkap, Ini Motifnya

Warisan Budaya

Masyarakat Tidore sangat memperhatikan kualitas uap dan waktu pengukusan pada setiap lapisan, dan bahkan dalam beberapa keluarga, resep serta teknik pengukusan diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari warisan budaya keluarga.

Hal ini menjadikan Lapis Tidore tidak hanya sekadar kue, melainkan sebuah produk budaya yang menyimpan nilai-nilai tradisional dalam proses pembuatannya.Perbedaan mencolok lainnya adalah tampilan visual Lapis Tidore yang lebih kalem dan alami.

Jika banyak kue lapis di daerah lain menggunakan warna-warna mencolok seperti hijau terang, merah muda, atau ungu dari pewarna sintetis, Lapis Tidore justru lebih menampilkan warna-warna hangat dan alami seperti cokelat tua dari gula aren, kuning pucat dari santan, atau bahkan sedikit semburat kehitaman dari cengkeh dan pala.

Kesan visual ini memberikan nuansa yang lebih tradisional, eksotis, dan berkelas, serta mencerminkan prinsip masyarakat Tidore yang lebih mengutamakan cita rasa dan keaslian bahan dibanding sekadar tampilan.

Kue ini sering dihidangkan dalam acara-acara penting, seperti hajatan keluarga, pesta adat, atau sebagai hantaran bagi tamu terhormat, yang menunjukkan betapa Lapis Tidore memiliki tempat istimewa dalam kehidupan sosial masyarakat setempat.

Lebih jauh lagi, keberadaan Lapis Tidore juga menjadi simbol identitas kuliner yang memperkaya keragaman makanan tradisional Indonesia. Di tengah gempuran makanan modern dan globalisasi kuliner, kue seperti Lapis Tidore tetap bertahan dan bahkan kini mulai mendapatkan perhatian di luar Maluku Utara berkat promosi dari komunitas pecinta kuliner tradisional.

Beberapa pelaku UMKM di Ternate dan Tidore bahkan mulai memodifikasi Lapis Tidore agar lebih tahan lama dan dapat dijadikan oleh-oleh, tanpa mengurangi keaslian rasa dan proses pembuatannya.

Hal ini menjadi contoh nyata bagaimana kekayaan kuliner lokal bisa bertahan dan bersaing, sekaligus menjadi warisan budaya yang terus hidup dan berkembang.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |