Fakta Unik Clorot, Kuliner Tradisional Purworejo Bertahan di Tengah Gempuran Modernisasi

8 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Clorot adalah salah satu kuliner tradisional Purworejo Jawa Tengah yang semakin jarang ditemui di tengah gempuran makanan-makanan modern. Kue ini memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi bahan baku, proses pembuatan, hingga penyajiannya yang memikat.

Dibuat dari perpaduan tepung beras, tepung sagu, gula aren, dan santan, clorot memiliki rasa manis gurih yang khas, dengan tekstur yang lembut dan kenyal. Keistimewaan lainnya terletak pada bungkusnya yang unik, yaitu menggunakan janur (daun kelapa muda) yang dibentuk menyerupai corong kecil.

Bungkus janur ini tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus biasa, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas visual dan cita rasa clorot, karena aroma daun kelapa muda yang berpadu dengan adonan menciptakan sensasi kuliner tradisional yang sulit ditiru oleh makanan modern.

Pembuatan clorot juga melibatkan proses yang cukup rumit dan membutuhkan keterampilan tersendiri, terutama dalam menggulung janur menjadi bentuk kerucut yang rapi dan kokoh agar bisa menampung adonan dengan sempurna. Tidak heran jika clorot menjadi salah satu warisan kuliner yang menunjukkan kearifan lokal dan keterampilan tangan para ibu-ibu di kampung-kampung Purworejo.

Dari segi sejarah, clorot dipercaya telah ada sejak zaman nenek moyang, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kehadirannya sangat lekat dengan suasana pedesaan dan berbagai perayaan tradisional, seperti selamatan, kenduri, dan hajatan pernikahan.

Clorot seringkali menjadi pelengkap tumpeng atau disajikan dalam tampah bersama jajanan pasar lainnya seperti klepon, kue lapis, dan getuk. Keberadaan clorot di tengah masyarakat bukan hanya sebagai makanan, melainkan juga sebagai simbol budaya dan kebersamaan.

Pada masa lalu, pembuatan clorot dilakukan secara gotong royong oleh para perempuan di desa, terutama menjelang acara besar, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat. Sayangnya, seiring berjalannya waktu dan semakin berkurangnya minat generasi muda terhadap makanan tradisional, clorot pun mulai jarang ditemukan.

Banyak anak muda yang lebih memilih jajanan modern yang praktis dan instan, tanpa menyadari bahwa di balik clorot tersimpan nilai sejarah, budaya, dan cinta dari para leluhur terhadap bumi yang mereka pijak.

Simak Video Pilihan Ini:

Hasil Melimpah, Tanam Sayuran di Sungai Kering

Tradisional

Secara rasa, clorot menawarkan perpaduan yang begitu harmonis antara manisnya gula aren dan gurihnya santan, berpadu dengan tekstur kenyal dari tepung sagu dan tepung beras. Saat dikukus, aroma wangi dari janur semakin memperkaya pengalaman menyantap clorot.

Tidak seperti makanan manis yang seringkali terlalu kuat atau menyengat, rasa manis pada clorot bersifat lembut dan tidak berlebihan, sehingga cocok dinikmati oleh semua kalangan usia, dari anak-anak hingga lansia. Bahkan, karena tidak mengandung bahan pengawet, clorot menjadi pilihan yang sehat bagi mereka yang ingin menikmati jajanan tanpa rasa bersalah.

Proses pengukusan pun menjadikannya lebih alami, bebas dari penggorengan dan minyak berlebih. Biasanya, clorot dinikmati langsung dari bungkusnya. Untuk menikmatinya, seseorang tinggal mendorong bagian bawah janur, dan adonan clorot akan keluar sedikit demi sedikit seperti es krim.

Cara makan yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak yang menyukai makanan dengan pengalaman interaktif. Hal ini juga menjadikan clorot sebagai jajanan yang tidak hanya enak, tetapi juga menyenangkan untuk disantap.

Melestarikan clorot sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia bukanlah hal yang mudah, tetapi sangat penting dilakukan. Upaya pelestarian bisa dimulai dari mengenalkan clorot kepada generasi muda melalui pendidikan dan promosi makanan lokal, baik lewat sekolah, media sosial, maupun acara-acara budaya.

Para pelaku UMKM pun bisa berperan besar dalam menjaga eksistensi clorot, misalnya dengan memodifikasi penyajiannya agar lebih menarik tanpa mengubah keaslian rasanya.

Di beberapa daerah, sudah mulai muncul inovasi clorot dengan berbagai variasi rasa seperti pandan, cokelat, hingga durian, yang tentunya bisa menarik perhatian pasar milenial.

Namun demikian, esensi tradisional dari clorot sebaiknya tetap dijaga, terutama teknik pengolahan dan bahan-bahan alaminya. Selain itu, pemerintah daerah seperti Kabupaten Purworejo juga bisa menjadikan clorot sebagai ikon kuliner yang diangkat dalam festival atau promosi pariwisata, sehingga semakin dikenal luas baik oleh masyarakat Indonesia sendiri maupun wisatawan mancanegara.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |