DOID Serap Belanja Modal USD 133 Juta hingga Kuartal III 2024, untuk Apa Saja?

2 days ago 5

Liputan6.com, Jakarta - PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) telah merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai USD 133,1 juta hingga kuartal III 2024, naik 79% yoy.

Belanja modal itu utamanya difokuskan pada ekspansi strategis dan diversifikasi. Investasi ini meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong pertumbuhan melalui ekspansi di site yang sudah ada. Serta, biaya Repair and Maintenance (R&M) yang memastikan umur panjang dan efisiensi aset Grup. Hal itu sejalan dengan panduan capex sepanjang tahun yang dicanangkan sebesar USD 150 juta-USD 190 juta.

"Secara bersamaan, pengelolaan modal kerja yang lebih baik menghasilkan peningkatan arus kas operasional sebesar 2%, mencapai sekitar USD 232 juta. Free cash flow (FCF) tercatat sebesar USD 80,2 juta," ungkap Direktur Delta Dunia Group, Iwan Fuad Salim dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (20/12/2024).

Namun, setelah akuisisi, FCF menurun menjadi USD -35,6 juta akibat investasi strategis, terutama di ACG dan belanja modal yang berkaitan dengan kontrak. Investasi ini mencerminkan komitmen Grup terhadap pertumbuhan dan membangun legacy yang berkelanjutan.

Untuk memperkokoh posisinya sebagai pemilik tambang, Grup telah menandatangani perjanjian mengikat untuk mengakuisisi 51% saham di Dawson Complex, salah satu tambang batu bara metalurgi terbesar di Australia.

Operasional Dawson Complex memiliki kapasitas produksi tahunan lebih dari 8 juta bcm, cadangan lebih dari 20 tahun, dan sumber daya hingga 50 tahun, serta Coal Handling and Preparation Plant (CHPP) berkapasitas lebih dari 12 juta ton per tahun. Beroperasi selama lebih dari 60 tahun, Dawson Complex telah menjalin hubungan kuat dengan pasar utama di Asia, termasuk India dan Jepang.

Strategi Perseroan

"Selain itu, Grup juga meningkatkan kepemilikan sahamnya di 29Metals Limited, perusahaan tambang logam dasar dan logam mulia berbasis tembaga di Australia, sebagai bagian dari upaya mendorong diversifikasi ke logam dasar dan logam mulia serta mengurangi ketergantungan pada batu bara termal," kata Iwan.

Grup telah mencatatkan sejumlah tonggak penting yang signifikan untuk mendorong pertumbuhannya di masa depan. Pencapaian ini mencakup perpanjangan kontrak 11 tahun senilai USD 7,8 miliar dengan PT Indonesia Pratama (IPR), anak perusahaan Bayan Group, perpanjangan kontrak dua tahun senilai AUD 200 juta untuk Tambang Meandu di Australia dengan TEC Coal Pty Ltd, serta kontrak baru sepanjang usia tambang senilai USD 755 juta dengan PT Persada Kapuas Prima (PKP) di Kalimantan Tengah.

 Perjanjian-perjanjian ini tidak hanya mendistribusikan risiko tetapi juga memperkuat sebaran geografis Grup, serta secara efektif melipatgandakan order book hingga tiga kali lipat menjadi lebih dari USD 12,7 miliar, sekaligus memperkuat kepercayaan klien terhadap kapabilitas operasional Grup dan komitmennya terhadap kemitraan jangka panjang.

Grup juga mengambil langkah signifikan untuk memperkuat fondasi pertumbuhan berkelanjutan melalui berbagai akuisisi strategis.

Aksi Korporasi

 Akuisisi saham mayoritas di Atlantic Carbon Group, Inc. (ACG) menandai ekspansi Grup ke pasar Amerika Serikat sekaligus memperluas bisnis menjadi pemilik tambang.

Hasil keuangan dan kinerja ACG, yang berbasis dalam mata uang USD sehingga bebas dari risiko nilai tukar dan fluktuasi mata uang, telah dikonsolidasikan ke laporan kinerja Grup untuk kuartal III 2024.

"Dengan kontribusi antrasit ultra-high-grade dari ACG, pendapatan batu bara non-termal kini menyumbang 26% dari total pendapatan Grup, mengurangi proporsi yang berasal dari batu bara termal yang saat ini berkontribusi 74%. Pendapatan dari batu bara non-termal diproyeksikan meningkat menjadi 28% pada akhir 2024," imbuh Iwan.

Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2024

Sebelumnya, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengumumkan kinerja periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan sebesar USD 1,35 miliar atau sekitar Rp 22 triliun (kurs Rp 16.304,52 per USD).

Pendapatan itu turun 1,05 persen dibanding pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,36 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 1,22 miliar dari USD 1,18 miliar pada September 2023. Alhasil, laba kotor perseroan tergerus menjadi USD 130,88 juta pada September 2024 dibanding USD 181,69 juta pada September tahun lalu.

Pada periode ini, perseroan membukukan pendapatan keuangan sebesar USD 8,93 juta dan pendapatan lain-lain USD 7,02 juta. Bersamaan dengan itu, beban usaha tercatat sebesar USD 73,82 juta, beban keuangan USD 79,6 juta, dan beban lain-lain USD 8,54 juta.

Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 13,96 juta atau sekitar Rp 227,63 miliar. Kondisi itu berbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan masih membukukan laba USD 21,66 juta.

Meski begitu, rugi bersih pada kuartal III 2024 membaik signifikan menjadi dibanding rugi yang dicatatkan pada kuartal sebelumnya yang tercatat mencapai USD 26,6 juta.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 September 2024 turun menjadi USD 1,66 miliar dari USD 1,87 miliar yang dicatatkan pada akhir tahun lalu.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (20/12/2024), liabilitas sampai dengan 30 September 2024 turun menjadi USD 1,42 miliar dari USD 1,6 miliar pada Desember 2023. Sementara ekuitas turun menjadi USD 245,08 juta pada September 2024 dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar USD 272,6 juta.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |