Liputan6.com, Jakarta Saham PT Avia Avian Tbk (AVIA) terpantau mengalami pergerakan beragam dalam sepekan. Hingga perdagangan sesi II, Jumat 18 oktober 2024 , saham AVIA parkir di kisaran 510 atau mengalami perubahan 0,00 persen dari penutupan sebelumnya. Merujuk data RTI, AVIA naik 5,37 persen saat berita ditulis.
Dari sisi fundamentalnya, Analis Mirae Asset, Christopher Rusli menilai perseroan berpotensi membukukan peningkatan kinerja di masa mendatang.
Untuk tahun fiskal 2024, perusahaan memproyeksikan pertumbuhan penjualan dengan nilai meningkat sebesar 6-10% dan volume naik sebesar 4-8%, mencerminkan inisiatif strategis dan keyakinan pasar mereka.
Tindakan yang direncanakan tahun ini dirancang untuk lebih meningkatkan posisi pasar dan efisiensi operasional. Avia juga akan meluncurkan produk baru di berbagai segmen, yang akan didukung oleh percepatan penyebaran mesin pewarnaan di gerai ritel, yang akan meningkatkan keterlibatan pelanggan dan kustomisasi produk.
Perluas Distribusi
Selain itu, AVIA berencana untuk memperluas pusat distribusi mereka, yang bertujuan untuk memperkuat penetrasi produk dan memperkuat kehadiran pasar mereka.
Peningkatan kualitas layanan juga menjadi agenda, karena mereka berusaha untuk memberikan nilai yang luar biasa dan membedakan diri dari pesaing.
"Dengan pulihnya daya beli dan berbagai strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan, kami mengantisipasi peningkatan kinerja untuk AVIA di masa mendatang," ulas Christopher dalam risetnya, dikutip Jumat (18/10/2024).
Di sisi lain, terdapat beberapa sentimen yang bisa mempengaruhi pandangan terhadap PT Avia Avian Tbk, meliputi naiknya harga bahan baku, depresiasi IDR, meningkatnya persaingan dalam industri cat dan pelapis, dan permintaan produk cat yang lebih lambat dari yang diantisipasi.
Prospek Industri Cat dan Pelapis
Indonesia merupakan pasar cat dan pelapis terbesar di Asia Tenggara, didorong oleh jumlah penduduknya yang besar. Pasar ini diperkirakan tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 6,47% dari tahun 2023 hingga 2032, mencapai USD 4,24 miliar pada tahun 2030, menurut Inkwood Research.
Pertumbuhan ini didorong oleh reformasi ekonomi, perluasan sektor konstruksi dan infrastruktur, serta permintaan yang kuat untuk produk kemasan dan rumah tangga.
Pasar pelapis arsitektur Indonesia diperkirakan mencapai USD 1,67 miliar pada tahun 2024 dan diperkirakan akan mencapai USD 1,91 miliar pada tahun 2028, tumbuh pada CAGR sebesar 3,41%. Sektor perumahan mendominasi pasar, didukung oleh inisiatif pemerintah untuk membangun perumahan bagi populasi yang berkembang pesat.
Tren utama di pasar pelapis di Indonesia adalah peralihan ke arah produksi produk yang lebih ramah lingkungan dan lebih sehat, seperti cat bebas timbal, bebas kromium, berbasis air, rendah bau, dan rendah VOC (senyawa organik yang mudah menguap).
Pelapis berbahan dasar air telah mendapatkan daya tarik karenauntuk meningkatkan kesadaran akan emisi VOC, meskipun kurangnya peraturan pemerintah yang ketat masih menghambat pertumbuhan lebih lanjut. Pelapis akrilik mendominasi aplikasi arsitektur, terutama di sektor perumahan, di mana rumah-rumah terutama dilapisi dengan akrilik pada permukaan eksterior.
"Namun, sektor ini menghadapi beberapa tantangan. Salah satu masalah utama adalah volatilitas harga bahan baku, yang meningkatkan biaya produksi," kata Christopher.
Tantangan Lainnya
Tantangan lainnya berasal dari gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Selain itu, ketidakpastian global yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung telah semakin memengaruhi harga minyak, yang menyebabkan biaya pengiriman yang lebih tinggi dan kenaikan harga pelarut dan bahan terkait.
"Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, pemerintah daerah diharapkan memperkenalkan peraturan yang mengamanatkan penggunaan cat bebas timbal, sejalan dengan peralihan industri menuju solusi yang lebih berkelanjutan," ujar Christopher.