Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan kinerja periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, penjualan bersih perseroan tercatat sebesar Rp 27,4 triliun, turun 10,1 persen yoy.
Pendapatan domestik menurun sebesar 9,9 persen yoy disebabkan Underlying Price Growth (UPG) negatif 4,1% dan Underlying Volume Growth (UVG) negatif 5,8%. Penurunan dalam UVG karena ada ketidakstabilan harga dan adanya penurunan stok pelanggan pada kuartal III 2024.
"Dari hasil kinerja tahun berjalan ini terlihat bahwa kami sedang menavigasi situasi penuh tantangan, dan kami memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya. Sembari terus beradaptasi pada lanskap pasar yang terus berkembang pesat, kami tetap fokus menghasilkan inovasi yang berkualitas dan konsisten untuk konsumen kami," kata Direktur Utama Unilever Indonesia, Benjie Yap dalam paparan kinerja perseroan, Rabu (23/10/2024).
Sejalan dengan susutnya pendapatan, perseroan membukukan laba Rp 3 triliun, turun 28,1 persen yoy. Meskipun menghadapi tantangan, Perseroan masih terus mempertahankan pangsa pasar yang cukup kuat dengan tetap menjadi market leader di 13 kategori, menunjukan bahwa produknya tetap menjadi pilihan konsumen.
Pangsa pasar relatif stabil pada tahun 2024, tetapi masih di bawah level YTD Oktober 2023. Perseroan saat ini sedang dalam tahap melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Mulai dari menyempurnakan ragam produk untuk konsumen, hingga memperkuat efisiensi operasional dengan menggunakan perspektif jangka panjang sebagai panduan.
"Meskipun diperlukan waktu untuk melihat dampak dari penyesuaian ini, saya yakin dengan kemampuan yang kami miliki untuk memulihkan dan menumbuhkan kinerja. Perseroan berkomitmen untuk bangkit lebih kuat, lebih tangguh, dan siap untuk meraih peluang masa depan," kata Benjie.
Strategi Unilever Kerek Kinerja
Beberapa aksi utama yang ditempuh perseroan untuk sisa tahun ini, antara lain, memperkuat merek dan portofolio utama Unilever dengan meluncurkan produk dengan format yang baru. Misalnya Tresemme Serum, Ponds Sun Serum dan Royco Saus Tiram yang sejak diluncurkan mendapatkan respon positif dari konsumen. Melakukan transformasi pada distributive trade (DT) dan manajemen stok yang efektif.
Mengoptimalkan promosi agar tetap kompetitif saat berinvestasi di merek dan portofolio. Serta memperkuat kehadiran dan kinerja di media sosial karena merupakan tempat belanja yang disukai oleh semakin banyak konsumen.
"Dari sisi biaya, perseroan akan menelaah kembali dan mengatur ulang biaya, memperbaiki alokasi sumber daya, dan memfokuskan investasi pada prioritas strategis yang akan mendorong pertumbuhan kinerja dan inovasi," beber Benjie.
Bersamaan dengan itu, perseroan akan terus memperkuat organisasi agar lebih efisien dan akuntabel melalui transformasi berkelanjutan, termasuk perubahan di tingkat kepemimpinan.
Perseroan percaya bahwa transformasi organisasi akan membawa energi baru, budaya perbaikan berkelanjutan, dan inovasi. Dengan demikian, bisnis selalu siap untuk tantangan dan peluang di masa depan.
"Kami sedang menjalankan transformasi menyeluruh dan mendorong perbaikan operasional yang akan membutuhkan waktu setidaknya hingga paruh pertama tahun depan. Kami sepenuhnya percaya bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk dilakukan. Kami juga percaya akan kemampuan kami untuk membalikkan kinerja. Sekali lagi, kami berkomitmen untuk bangkit lebih kuat, tangguh, dan sigap untuk meraih peluang di masa depan," pungkas Benjie.
Unilever Indonesia Kantongi Penjualan Rp 19,04 Triliun pada Semester I 2024
Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan kinerja paruh pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan marjin laba kotor yang tangguh di tengah demand yang fluktuatif dan upaya perseroan mendorong transformasi organisasi secara menyeluruh.
Dari sisi penjualan perseroan sampai dengan Juni 2024 tercatat sebesar Rp 19,04 triliun. Penjualan itu turun 6,15 persen dibandingkan penjualan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 20,29 triliun.
"Pendapatan domestik bertumbuh sebesar 4,1 persen dibandingkan semester II 2023, menurun sebesar 5,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) terutama dikarenakan Pertumbuhan Harga Dasar (UPG) yang melemah," ungkap Presiden Direktur Unilever Indonesia Tbk, Benjie Yap dalam konferensi pers, Rabu (24/7/2024).
Seiring turunnya penjualan, perseroan berhasil menekan harga pokok penjualan pada semester I 2024 menjadi Rp 9,58 triliun dari Rp 10,17 triliun pada semester I tahun lalu. Sehingga, perseroan masih mengantongi laba kotor Rp 9,47 triliun.
"Marjin laba kotor meningkat 17 basis poin dari semester II 2023 menjadi 49,7 persen, namun menurun 14 basis poin secara yoy," imbuh Benjie.
Pada paruh pertama 2024, perseroan membukukan beban pemasaran dan penjualan sebesar Rp 4,59 triliun, beban umum dan administrasi Rp 1,69 triliun, serta beban lain-lain RP 823 juta. Dari rincian tersebut, perseroan membukukan laba usaha Rp 3,19 triliun, turun 12,04 persen dari laba usaha semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 3,63 triliun.
Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan penghasilan keuangan sebesar Rp 12,2 miliar, dan biaya keuangan Rp 33,71 miliar. Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba Rp 2,47 triliun pada semester I 2024. Laba itu turun 10,60 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 2,76 triliun.
Aset Perseroan
"Pada paruh pertama 2024 ini kami menangani beberapa tantangan jangka pendek sembari terus mencatatkan kemajuan di bagian-bagian yang penting bagi masa depan Perseroan. Kami tetap teguh pada upaya untuk membangun bisnis dengan cara memperkuat fundamental, mengutamakan peningkatan daya saing brand kami, serta mendorong efisiensi biaya untuk mendongkrak profitabilitas," kata Benjie.
Secara bersamaan, lanjut Benjie, perusahaan menjalankan program transformasi untuk mempertajam fokus dan mendorong pertumbuhan melalui organisasi yang lebih ramping dan akuntabel. Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2024 tercatat sebesar Rp 19,72 triliun, naik dari Rp 16,66 triliun yang dicatatkan pada akhir tahun lalu.
Liabilitas hingga Juni 2024 naik menjadi Rp 16,87 triliun dari Rp 13,28 triliun pada Desember 2024. Sementara ekuitas hingga Juni 2024 turun menjadi Rp 2,86 triliun dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 16,66 triliun.