Liputan6.com, Jakarta PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML) membagikan strategi perseroan dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas seperti batubara dan nikel.
Direktur Bintang Samudera Mandiri Lines, Pramayari Hardian Doktrianto menjelaskan mengenai stabilitas kinerja keuangan di tengah fluktuasi harga komoditas, industri transportasi merupakan industri penyokong.
“Industri penyokong dari kegiatan industri utama. Salah satunya adalah komoditas atau tambang. Ya, kami sangat terpengaruh dengan fluktuasi harga tersebut. Tapi bukan tidak mungkin kita bisa tetap menjaga profitabilitas walaupun terjadi volatilitas atas harga,” kata Pramayari dilansir dari Keterbukaan Informasi, Senin (23/12/2024).
Pramayari menambahkan salah satu caranya itu menjaga produktivitas operasi. Perseroan harus bisa meminimalisir risiko operasi dan tetap mengoptimalkan utilisasi kapal. Sehingga utilisasi yang optimal akan menjaga nilai pendapatan perseroan. Baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Selanjutnya Perseroan juga akan menjaga kontinuitas kontrak-kontrak yang dimiliki, baik kontrak jangka menengah dan jangka panjang. Karena di dalam kontrak tersebut Perseroan dapat menjaga stabilitas harga angkutan kepada customer-customer.
“Yang terakhir tentu efisiensi dari operasi. Dengan kita menjaga efisiensi operasi, menyesuaikan lagi beban-beban dengan tarif pendapatan yang kita peroleh, tentu akan tetap menjaga rasio profitabilitas kita,” jelasnya.
Perseroan juga akan fokus pada angkutan jarak menengah dan jarak pendek. Karena saat ini merupakan rute-rute yang memiliki risiko perjalanan dan risiko atas waktu tunggu yang paling minimal.
“Sehingga utilitas atau produktivitas kapal kami masih bisa optimal, sehingga pendapatan akan terjaga. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia ini merupakan negara kelautan yang sangat dipengaruhi oleh iklim atau cuaca, dan untuk akhir tahun merupakan masa masa yang cukup krusial dari sisi cuaca,” pungkasnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
IHSG Merosot ke 6.983, Peluang Rebound atau Tekanan Berlanjut?
Sebelumnya, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan signifikan sebesar 4,65% selama sepekan terakhir, ditutup pada level 6.983.Pelemahan ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen eksternal dan domestik.
Dari sisi eksternal, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai pernyataan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Seriakt yang mengisyaratkan pendekatan lebih hati-hati untuk menurunkan suku bunga pada 2025 meningkatkan ketidakpastian di pasar global, termasuk Indonesia.
The Fed kemungkinan hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali. "Hal ini berdampak pada ekspektasi pelaku pasar yang sebelumnya mengharapkan pelonggaran moneter lebih agresif," kata Hendra dalam keterangan resmi, Minggu (22/12/2024).
Di sisi domestik, rencana kenaikan PPN menjadi 12% mendapatkan respons negatif dari pelaku pasar karena dinilai berisiko menekan daya beli masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih mencatatkan deflasi selama delapan bulan berturut-turut.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang melemah hingga level Rp 16.300 per USD menambah tekanan, khususnya pada sektor-sektor yang memiliki eksposur besar terhadap utang luar negeri.
"Sektor perbankan menjadi pemberat utama IHSG pekan ini, dengan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI terkoreksi signifikan akibat aksi jual investor asing yang terus berlanjut" ulas Hendra.
Untuk perdagangan Senin, 23 Desember 2024, IHSG diperkirakan masih dibayangi sentimen negatif, tetapi terdapat peluang teknikal rebound mengingat indeks telah berada di area oversold. Level support IHSG berada di 6.931, sementara resistance di 7.104.
"Pergerakan ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti potensi penguatan sementara rupiah, serta akumulasi saham-saham yang tertekan pekan lalu. Sentimen positif dari bursa regional juga dapat menjadi katalis pendukung jika pasar global menunjukkan perbaikan," kata Hendra.
Saham Pilihan
Dalam kondisi tersebut, terdapat peluang pada saham-saham tertentu, khususnya di sektor energi dan gas. PGEO (Pertamina Geothermal Energy) menjadi salah satu saham yang menarik, dengan rekomendasi BUY dan target harga 1.030, didukung oleh prospek jangka panjang energi terbarukan yang terus mendapatkan dukungan dari pemerintah.
Selain itu, RAJA (Rukun Raharja) juga direkomendasikan untuk BUY dengan target harga 2.700, mengingat peluang pertumbuhan dari kenaikan harga gas serta pengembangan infrastruktur energi strategis.
"Kedua saham ini cenderung lebih volatilitas terhadap pasar, sekaligus memiliki potensi upside yang menarik. Pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati, sambil memanfaatkan peluang akumulasi pada saham-saham unggulan di tengah volatilitas yang tinggi dan memanfaatkan momentum saja," pungkas Hendra.