Liputan6.com, Jakarta - PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) bersama dengan PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) mengumumkan pendirian joint venture (JV) bernama PT Trans Bahtera Pioneer (TBP).
Perusahaan patunganini akan bergerak di bidang jasa pelayaran transportasi dan logistik batu bara di wilayah Kalimantan Timur yang pada 2023 menghasilkan 210 juta ton batu bara, setara dengan 30% produksi nasional.
Berdasarkan Perjanjian, kepemilikan KKGI dan TPMA di dalam PT Trans Bahtera Pioneer adalah 50:50. Dalam hal ini, KKGI dam TPMA masjng-masing melakukan penyertaan modal ke dalam PT Trans Bahtera Pioneer senilai Rp 25,75 miliar untuk mengambil bagian sebanyak 25.750 saham atau menguasai 50% dari total modal ditempatkan dan disetor dalam PT Trans Bahtera Pioneer.
Dengan demikian, total modal ditempatkan dan disetor dalam PT Trans Bahtera Pioneer adalah sebesar Rp 51,5 miliar yang terbagi atas 51.500 saham, di mana masing - masing saham bernilai nominal Rp 1 juta.
Dalam rencana pengembangannya, TBP akan melakukan investasi sebesar Rp200 M untuk pembelian 6 set tugboat & barge (tunda & tongkang) bekas maupun baru pada tahun pertama (2025). Diharapkan nantinya kerja sama ini bisa berkembang hingga mencapai 20 set di tahun-tahun mendatang.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (23/12/2024), pembiayaan investasi akan terdiri dari minimum 20% kas internal dan sisanya melalui pinjaman bank. Usaha patungan ini tentunya akan mendukung kelancaran kegiatan operasional KKGI maupun TPMA dan menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang.
Usaha patungan ini membuka revenue stream baru sehingga ke depan mampu memberikan potensi tambahan pendapatan dan laba kepada KKGI dan TPMA.
Trans Power Marine Bikin Perusahaan Patungan Baru, Modalnya Engga Main-Main
Sebelumnya, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) mengumumkan pembentukan perusahaan patungan (joint venture atau JV) baru. Corporate Secretary PT Trans Power Marine Tbk, Rudy Setiono mengatakan bahwa perseroan bersama PT Samudera Indonesia Maju (SIM) akan membentuk JV dengan nama PT Trans Ocean Permata
Total modal disetor dan ditempatkan dalam perusahaan patungan yakni sebesar Rp 20 miliar. Pembentukan perusahaan patungan ini merupakan langkah agresifTPMA di bidang jasa angkutan batu bara.
"Penyetoran modal awal oleh perseroan dan SIM senilai Rp 20 miliar dengan rincian perseroan Rp 10,2 miliar dan SIM senilai Rp 9,8 miliar," kata Rudy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/9/2024).
Dengan penyertaan modal tersebut, TPMA akan menguasai 51 persen saham Trans Ocean Permata. Adapun SMI akan memiliki 49 persen saham. TPMA melakukan penyetoran modal dari kas internal. Asal tahu saja, antara perseroan dan SIM bukan merupakan pihak yang memiliki hubungan afiliasi.
Nantinya, perusahaan patungan baru ini akan membeli 20 set kapal tunda dan kapal tongkang serta dua unit kapal floating crane dalam 2-3 tahun ke depan itu. Rencana tersebut diperkirakan membutuhkan modal hingga USD 90 juta.
Pembiayaan pembelian kapal berasal dari 20% dana internal JV, dan sisanya 80% dari pinjaman bank atau lembaga keuangan. Lebih lanjut, perseroan optimistis pembentukan JV baru ini akan memberikan tambahan pendapatan dan laba kepada TPMA selaku pemilik langsung.
Anak Usaha Trans Power Marine Beli Armada Rp1,2 Triliun
Sebelumnya, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) memperkuat posisinya di tengah persaingan bisnis pengangkutan barang curah dengan membeli 79 unit tugboat dan tongkang second senilai Rp1,2 triliun, melalui anak perusahaannya PT Trans Logistik Perkasa (TLP).
"Pembelian ini sebagian besar dibiayai oleh bank dan sisanya oleh dana internal. Ini merupakan bagian dari komitmen TPMA untuk terus berkembang dan meningkatkan daya saingnya di pasar global," kata Corporate Secretary TPMA Rudy Sutiono melansir Antara, Rabu (1/1/2023).
Rudy menjelaskan, serah terima 79 unit tugboat dan tongkang second ini telah selesai dilakukan pada November 2023.
Sebelumnya TLP juga telah memesan 30 unit tugboat dan tongkang baru yang sebagian masih dalam proses pembuatan dan diharapkan akan selesai pada 2024.
Dengan pembelian ini maka keseluruhan jumlah armada yang dimiliki oleh TLP adalah 109 unit tugboat dan tongkang.
PT Trans Logistik Perkasa merupakan perusahaan patungan dan PT Trans Power Marine Tbk memiliki 30 persen kepemilikan saham perusahaan.
Pengangkutan Barang Curah
Penambahan armada di TLP ini merupakan strategi yang diterapkan di tengah kebutuhan pasar yang mendesak akan tongkang sebagai sarana pengangkutan barang curah, khususnya batu bara dan nikel di Indonesia yang masih mengandalkan angkutan laut sebagai transportasi utama.
“Kami senantiasa melihat peluang yang ada untuk meningkatkan kapasitas, performance dan profitabilitas perusahaan. Proses pembelian armada ini memerlukan waktu yang cukup lama, namun kami bersyukur pada akhirnya dapat menyelesaikan sebelum akhir 2023," kata Rudy Sutiono.
Menurut Rudy, TPMA memiliki struktur permodalan yang kuat dengan current ratio lebih dari 200 persen serta saldo cash and cash equivalent lebih besar dari pinjaman bank.
“Kami senantiasa mengatur keuangan dengan sangat ketat dan menerapkan strategi jangka panjang untuk menjamin keberlangsungan usaha perusahaan. Investasi di anak perusahaan salah satu strategi jangka panjang dalam memanfaatkan cash flow yang ada.Optimalisasi armada dan hubungan yang terjalin dengan baik dengan pelanggan merupakan hal utama yang senantiasa kami pelihara,” kata Rudy.
Ke depannya dengan perkembangan yang pesat di TLP, katanya, maka secara langsung akan berkontribusi dan mendorong pertumbuhan laba bersih TPMA dan memperkuat struktur permodalan yang ada.