Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Ribuan warga di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terancam terisolasi, lantaran akses jalan utamanya terus mengalami pergerakan tanah sejak Senin (12/5/2025). Warga menyebut retakan kecil awal yang muncul kini kian melebar, dan mengkhawatirkan karena jalan tersebut menjadi jalur utama menuju kawasan industri.
“Awalnya hanya terlihat retakan kecil. Tiga hari ini terus bergerak dan melebar,” ungkap Ketua RT 03 Kelurahan Pendingin, Sandi saat dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025).
Sandi menyebut, jalan ini merupakan akses utama warga menghubungkan wilayah permukiman dengan kawasan industri, termasuk lokasi pabrik nikel. Meski secara administratif berada di luar Kelurahan Pendingin, jalur tersebut digunakan oleh ribuan warga setempat. Data mencatat sekitar 2.500 penduduk yang bermukim di kelurahan Pendingin, belum termasuk karyawan dari sektor industri sekitar.
“Kalau akses ini terganggu, banyak warga yang terdampak,” tambah Sandi.
Menurut Sandi, jalan ini merupakan jalan pengganti yang dibangun oleh perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tersebut dua tahun lalu.
“Dulu akses jalan kami bukan di sini, tapi karena akses jalan kami ditambang oleh perusahaan dipindahkanlah di sini. Tapi ternyata di sini juga ditambang, jaraknya dekat sekali hanya sekitar 20 meter dari jalan, hingga akhirnya jalan longsor begini,” ungkap Sandi.
Bahkan, Sandi bersama warga lainnya juga sudah tiga kali menyuarakan permintaan perbaikan ke perusahaan PT Indomining, sebelum jalan ini benar-benar tidak bisa dilalui seperti saat ini.
“Sudah kami sampaikan juga ke pihak kecamatan dan kabupaten. Kami berharap ada penanganan cepat,” harap Sandi.
Total panjang jalan yang rusak akibat adanya aktivitas pertambangan di lokasi tersebut mencapai 50 meter. Warga berharap agar adanya segera upaya dalam mengatasi permasalahan jalan rusak ini. Karena perbaikan sebelumnya dinilai belum optimal.
PT Indomining: Jalan Tersebut Aset Pemkab Kukar
Sementara itu, saat dikonfirmasi PT Indomining, perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar lokasi jalan yang rusak memberikan klarifikasi melalui, Kepala Departemen External PT Indomining, Banu menyebut Jalan tersebut merupakan aset dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) bukan aset PT Indominig.
“Jadi tanggung jawab perbaikan menunggu anggaran dari Dinas PU Kukar dan tahun ini PU Kukar akan melakukan peningkatan jalan semenisasi,” papar Banu saat dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025).
Dia menyebut, PT Indomining sendiri sudah sering melakukan penambalan dengan pengecoran untuk jalan yang kondisi rusak parah sebagai bentuk CSR perusahaan ke masyarakat. Dia pun berkelit bahwa kerusakan jalan tersebut bukan karena aktivitas tambang yang dilakukan PT Indomining.
“Kerusakan jalan selama ini bukan karena aktivitas PT Indomining, melainkan perusahaan lain yang melewati jalan tersebut dengan angkutan-angkutan tonase besar, yaitu PT Masbro, dan PT Kaltim Feronikel Indonesia, serta PT Ranji,” ucapnya.
Banu menambahkan, saat ini jalan tidak putus, tidak rebah dan tetap bisa dilewati walaupun dengan pembatasan tonase.
Diketahui, pada Selasa (13/5/2025) pagi peninjauan ke lokasi longsor dilakukan oleh pihak terkait seperti Dinas ESDM Kaltim, Dinas Lingkungan Hidup Kaltim, Dinas Perhubungan Kaltim, Dinas PU Kabupaten Kukar, Lurah Pendingin, LPM serta perusahaan terkait.
Dari hasil peninjauan lapangan di wilayah kerja IUP PT Indomining Blok 16 tersebut dibuatkan berita acara yang berisi bahwa longsoran tersebut terjadi lantaran curah hujan yang tinggi pada Senin (12/5/2025) pagi hingga siang.
Pihak perusahaan siap bertanggung jawab akan menyelesaikan perbaikan jalan serta mengalihkan ke jalan alternatif sementara dengan dimensi panjang 100 meter dan lebar 6 meter di sisi kanan jalan yang retak dan longsor.
Selain itu pihak perusahaan juga diminta untuk memindahkan tiang listrik dan pipa PDAM yang terdampak. Perusahaan juga diminta untuk membuat bundwall elevasi. Pihak perusahaan juga diminta mengecek kembali kesesuaian dokumen dan studi kelayakan dengan kondisi aktual di lapangan.
Pihaknya juga meminta perusahaan agar melakukan rekayasa lalu lintas dan serta melakukan pembatasan kendaraan yang melintas selama proses pembuatan jalan alternatif.
Dari hasil tersebut warga masih menunggu tindak lanjut dari pihak terkait. Mereka berharap agar kondisi jalan yang menjadi nadi aktivitas warga dan kawasan industri bisa segera diperbaiki dan dinyatakan aman saat digunakan.