Cari Solusi Masalah Sampah di Kota, Pemkot Yogyakarta Gandeng UGM

7 hours ago 4

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta yang masih memiliki PR besar masalah sampah, menggandeng UGM dalam menyelesaikan masalah ini. Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo mengatakan tantangan utama pengelolaan masalah sampah di Kota Yogyakarta meliputi peningkatan volume sampah, keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumbernya.

“Jika bicara industrialisasi dalam tata kelola sampah maka skalanya harus besar. Itu yang saya kira penting dan menarik karena dalam satu hari Kota Jogja menghasilkan minimal 300 ton sampah dan meningkat ketika musim liburan, dan ini bisa menjadi input. Jadi inginnya 46 depo Sampah yang ada di Kota Jogja harus bersih di 100 hari kerja saya,” jelas Hasto saat melakukan audiensi dengan Rektor UGM, Ova Emilia di Gedung Pusat UGM Kamis 6 Maret 2025.

Hasto mengaku sudah melakukan beberapa upaya penanganan sampah di Kota Yogyakarta, seperti pengalihan anggaran untuk pengadaan gerobak sampah. Selain itu mendorong pengelolaan sampah secara mandiri oleh pelaku usaha supaya mereka hanya menghasilkan sampah residu yang nantinya tidak membebani depo sampah warga.

Hasto mengatakan beberapa upaya penanganan masalah sampah di Kota Yogyakarta ini belum maksimal. Sehingga membutuhkan bantuan universitas, baik dalam hal teknologi tepat guna, penyusunan kebijakan, dan pengedukasian masyarakat terutama dalam hal pemilahan.

“Tiga poin utama yang kami kira perlu detailkan nanti dalam kerja sama ini, mungkin dari substansi keilmuan, tata kelola, hingga ke industrialisasinya seperti apa,” ujar Walikota.

Dlam pertemuan itu Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, sebagai institusi pendidikan tinggi, UGM memiliki sumber daya riset dan teknologi. Sehingga dapat bermanfaat dalam mendukung pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Jadi sebetulnya kami mempunyai satu showcase untuk pengelolaan sampah di Pusat Inovasi Agroteknologi atau PIAT yang berlokasi di Berbah. Bahkan sudah ada kajian-kajian bagaimana jika teknologi di sana di scale-up, khususnya untuk sampah residu ya, untuk dimonetisasi dan berhubungan dengan industri,” ujarnya.

Ova mengatakan dalam tata kelola sampah tidak dapat diselesaikan oleh UGM sendiri karena sampah merupakan masalah universal. Oleh karena itu kolaborasi yang terjalin akan menjadi inisiasi yang baik dalam pengelolaan sampah di kota Yogyakarta agar menjadi lebih efektif dan berdampak pada lingkungan.

“Kolaborasi penuntasan masalah sampah ini bisa diaplikasikan ke skala yang lebih luas antar lintas kabupaten dan kota di Provinsi Yogyakarta,” paparnya.

Pakar pengelolaan sampah UGM, Wiratni, berbagi best practice terkait teknologi maupun manajemen pengelolaan sampah yang sudah dilakukan oleh UGM. Menurutnya, saat ini teknologi pengelolaan sampah banyak sekali mulai dari yang sederhana hingga tingkat tinggi.

“Jadi sebetulnya kita itu hanya butuh orkestrasi dari semua alat itu, tidak sepotong-potong. Nah yang membuat pengolahan sampah Pak Hasto itu tidak berhasil karena konektivitas antara semuanya belum jalan,” tuturnya.

Wiratni menjelaskan masalah sampah di kota Yogyakarta dari hulu ke hilir yang sebetulnya separuh dari 300 ton sampah per hari yang dihasilkan oleh masyarakat adalah sampah organik yang berasal dari rumah tangga. Jika sampah organik itu terangkut ke gerobak sampah yang telah disediakan oleh Pemkot maka akan membedakan proses selanjutnya.

“Nah pasti nanti pada protes kalau tidak ada lahan untuk mengolahnya. Biopori juga tidak menjadi solusi, karena warga biasanya malas ngeduk. Alternatifnya bisa pakai ember tumpuk, sudah saya buktikan di sekitaran Kali Code, satu rumah tangga cukup satu ember. Hasilnya nanti berupa cairan yang bisa digunakan sebagai pupuk,” jelas Dosen Departemen Teknik Kimia, UGM ini.

Ia mengatakan kalau separuh persoalan sampah dapat selesai di dalam rumah, maka tentu akan mengurangi beban depo sampah yang ada di kota Jogja. Teknik composting seperti yang dilakukan di Fakultas Teknik dan PIAT juga bisa dilakukan untuk sampah sapuan daun yang diolah menjadi pupuk kompos.

Wiratni pun menyarankan agar KKN tematik di kota Jogja pada tahun ini dapat fokus pada permasalahan sampah. Ia dan timnya bahkan telah menyiapkan katalog berbagai teknik membuat kompos yang akan dibagikan ke masyarakat.

“Karena terkadang orang-orang itu cuma belum tahu bagaimana caranya, bukan tidak mau. Sehingga mudah-mudahan bisa mengurangi separuh dari permasalahan,” harapnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Ratusan Perantau Curi Start Mudik ke Kebumen, Begini Jadinya

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |