Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan kajian teknis terjadinya bencana alam tanah longsor di Jalur Pacet-Cangar Mojokerto, Jawa Timur pada Kamis (3/4/2025)pukul 11.15 WIB.
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, faktor penyebab terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor ini diperkirakan karena kemiringan lereng yang curam di sekitar lokasi gerakan tanah dengan curah hujan tinggi sebagai pemicu.
"Kondisi daerah bencana di Jalur Pacet-Cangar secara umum berada di daerah lembah di antara bukit tepatnya Pegunungan Anjasmoro di barat dan Gunung Arjuno-Welirang di timurnya, dengan kemiringan lereng curam hingga sangat curam terutama di lereng jalan," ujar Wafid dalam keterangannya ditulis Bandung, Minggu (13/4/2025).
Wafid mengatakan daerah bencana berada pada elevasi antara 1.480–1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Wafid menuturkan berdasarkan Peta Geologi Lembar Malang, Jawa (Santosa dan Suwarti, 1992), lokasi bencana tersusun oleh Batuan Gunungapi Kuarter Gunung Anjasmoro (Qpva).
"Produk gunungapi ini terdiri dari breksi gunungapi, tuf, lava, aglomerat, dan lahar. Tidak terdapat struktur geologi berupa sesar, lipatan, maupun kelurusan di sekitar lokasi gerakan tanah," jelas Wafid.
Wafid menambahkan kerentanan gerakan tanah atau tanah longsor berdasarkan peta dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, prakiraan wilayah terjadinya gerakan tanah pada Bulan April 2025 di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur kategori lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah menengah-tinggi.
Artinya sebut Wafid, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi atau di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
"Gerakan tanah lama dapat aktif kembali," ungkap Wafid.
Badan Geologi menyebutkan gerakan tanah atau tanah longsor yang terjadi di Jalur Pacet-Cangar, Kawasan Wisata Watu Lumpang, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, secara geografis berada pada koordinat 112,529139° BT dan 7,724908° LS.
Bencana yang terjadi berupa gerakan tanah tipe cepat yaitu longsoran bahan rombakan dengan material tanah bercampur batu pada lereng tepi jalan setinggi 50 meter dan tebal sekitar 1,2 meter.
"Dampak gerakan tanah 10 orang meninggal dan ruas jalan tertimbun sepanjang 50 meter dan tidak dapat dilalui kendaraan," sebut Wafid.
Simak Video Pilihan Ini:
Banjir Tangisan dalam Evakuasi Korban ke-5 Longsor Banjarpanepen Banyumas
Rekomendasi Badan Geologi
Pasca kejadian tersebut, Badan Geologi Kementerian ESDM telah menerbitkan delapan rekomendasi penanganan bencana tersebut.
Pada waktu itu Wafid menyarankan proses evakuasi agar memperhatikan kondisi cuaca, hentikan sementara jika terjadi hujan deras untuk mengantisipasi longsor susulan.
"Pengalihan lalu lintas agar dilakukan hingga material longsoran benar-benar sudah dibersihkan dari jalan," sebut Wafid.
Wafid menyarankan pemerintah setempat agar membuat dinding penahan lereng atau pelandaian di sekitar lokasi longsor untuk mencegah longsor susulan.
Sedangkan untuk jalan dapat diperbaiki dan digunakan kembali setelah lereng diberi rekayasa perkuatan lereng.
"Pengguna jalan agar meningkatkan kewaspadaan dan tidak berhenti saat berada di daerah berlereng curam terutama saat curah hujan tinggi," saran Wafid.
Pengaturan aliran air permukaan melalui saluran drainase yang kedap dan dialirkan harus dilakukan menjauh dari area longsoran.
Sosialisasi terkait gerakan tanah dan gejala yang mengawalinya serta memasang rambu peringatan rawan longsor di sekitar badan jalan harus segera dilakukan.
"Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dalam penanganan banjir atau tanah longsor," tukas Wafid.
Wisata Tahura Raden Soerjo Ditutup
Dilansir kanal Regional, Liputan6, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, pasca-kejadian bencana alam tanah longsor di Cangar Mojokerto, pihaknya melalui UPT Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, telah melakukan penutupan sementara Objek Wisata Pemandian Air Panas Cangar, Coban Watu Ondo, Coban Watu Lumpang, dan Wisata Panorama Petung Sewu.
"Obyek wisata ini ditutup mulai tanggal 3 April 2025 sampai batas waktu yang belum ditentukan," ujarnya, Jumat (4/4/2025).
“Penutupan ini dilakukan sebagai langkah mitigasi bencana dengan mempertimbangkan adanya cuaca ekstrim, hujan deras dan potensi longsor di sepanjang Jalan Raya Pacet Cangar,” imbuh Khofifah.
Khofifah juga menyampaikan bela sungkawa kepada korban meninggal dunia akibat bencana tanah longsor yang terjadi di Jalur Pacet-Cangar Mojokerto pada Kamis, 3 April kemarin, sekitar pukul 11.15 WIB.
"Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Saya atas nama pribadi dan mewakili Pemerintah Provinsi Jatim turut ber bela sungkawa kepada para korban meninggal akibat bencana longsor di jalur Pacet-Cangar," ucapnya.
Khofifah turut mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan, selalu diberi kesabaran dan kekuatan dengan adanya ujian bencana ini.
"Semoga keluarga diberi ketabahan, dan almarhum/almarhumah diberi tempat yang layak di sisi Allah SWT," ucapnya sembari membaca Al-Fatihah.
Khofifah mengatakan, Tim SAR gabungan polisi, TNI, Basarnas, BPBD dan para relawan mengevakuasi para korban dan melakukan pencarian korban yang masih belum ditemukan.
Hingga saat ini, berdasarkan data BPBD Jatim dan Basarnas Surabaya, Tim SAR telah berhasil mengevakuasi 10 jasad korban. Diantaranya adalah tujuh penumpang mobil inova dan tiga penumpang mobil pick up.
"Semua korban telah berhasil dievakuasi. Operasi pencarian korban longsor telah ditutup. Terima kasih kepada tim gabungan SAR yang telah melakukan proses pencarian dan evakuasi,” ujarnya.
Antisipasi Longsor
Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.
Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.
Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :
1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.
2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.
3. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.
4. Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.
Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.
Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.