Waspada Adanya Retakan Tanah, Wali Kota Bandung Minta Warga Segera Mengungsi

7 hours ago 3

Liputan6.com, Bandung - Wali Kota Bandung Muhammad Farhan memerintahkan kepada seluruh warganya agar segera mengungsi ke lokasi aman jika menemui retakan tanah. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi bencana alam merusak berakibat korban jiwa.

Menurut Farhan, imbauan tersebut bertujuan meningkatkan kewaspadaan menghadapi cuaca ekstrem yang saat ini masih melanda wilayah Kota Bandung.

"Cuaca ekstrem kali ini jangan dianggap remeh sama sekali karena kita tidak pernah tahu besaran curah hujan yang terjadi. Jadi apabila sudah melihat ada retakan di bangunan, segera mengungsi. Kita tidak mau sampai terjadi apa-apa," ujar Farhan dalam Siskamling Siaga Bencana ke-46 di Kelurahan Pasir Kaliki ditulis Bandung, Rabu (3/12/2025).

Dia mengatakan keselamatan jadi prioritas utama, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan dengan kontur rawan longsor dan tanda-tanda struktural pada bangunan tidak boleh diabaikan.

Farhan menyebutkan perintah ini diterbitkan usai Pemerintah Kota Bandung memindahkan dua keluarga dari Kelurahan Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap yang rumahnya telah menunjukkan retakan akibat pergerakan tanah.

"Kami berprinsip, dalam menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana, kami memastikan tidak boleh ada jatuh korban," kata Farhan.

Farhan juga meninjau sejumlah lokasi rawan di Kelurahan Pasirkaliki yang sebelumnya pernah mengalami insiden gedung KONI runtuh yang menimpa rumah warga.

Selain itu, Pemerintah Kota Bandung juga mengecek kondisi warga lanjut usia yang hidup sendirian, yang jumlahnya semakin meningkat di kawasan perkotaan.

"Kita mau memastikan kesejahteraannya baik-baik saja," sebut Farhan.

Fokus edisi (02/12) mengangkat berita-berita pilihan sebagai berikut, Air Sungai Meluap, Kendaraan Terseret Arus, Pilu Korban Banjir Bandang, Data Identitas Berbeda, Warga Gagal Dapat BLT.

Longsor di Kelurahan Cidadap

Sebelumnya, Pemerintah Kota Bandung lainnya mengevakuasi dua keluarga di RW 5 Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap setelah bangunan rumah mereka teridentifikasi berada dalam kondisi sangat rawan longsor.

Langkah evakuasi dilakukan sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi korban di tengah meningkatnya curah hujan ekstrem di Kawasan Bandung Utara.

"Dalam kondisi seperti ini, tidak ada pilihan lain. Kalau harus diungsikan, ya diungsikan. Bangunan bisa diperbaiki nanti, tapi nyawa tidak bisa digantikan," tegas Farhan.

Dua rumah milik warga yaitu keluarga Yayat beserta istri, serta keluarga Tia dengan tiga anaknya dipastikan tidak lagi aman untuk dihuni.

Pondasi bangunan dilaporkan mulai bergeser dan posisi rumah kini berada tepat di atas lereng labil. Farhan menyebut kondisi kedua bangunan tersebut sudah memasuki fase darurat.

"Struktur tanahnya tidak stabil. Bahkan rumah ini hanya tertahan rumpun bambu. Risiko terlalu besar jika tetap ditinggali," ujar Farhan.

Kedua keluarga segera dipindahkan ke hunian aman di wilayah Ciumbuleuit. Seluruh kebutuhan dasar mereka ditanggung pemerintah melalui Dinas Sosial dengan koordinasi langsung dari kecamatan, kelurahan, dan unsur RW.

Sementara itu, Ketua RW 5, Tata Rusandi menyatakan kesiapan bersama warga dalam mendukung langkah pemerintah.

"Kami akan menyiapkan tempat sementara dan memastikan warga yang terdampak tetap mendapatkan kenyamanan, seperti yang telah Pak Wali arahkan. Kami bersyukur pemerintah bertindak cepat," ucap Tata.

Selain hunian sementara yang sudah disiapkan, pihak RW bersama kelurahan juga membuka opsi pemanfaatan rumah kosong milik warga sebagai tempat tinggal sementara.

Kawasan Rawan Bencana Bandung Utara dan Timur

Farhan menyatakan, bencana serupa dapat terjadi di sejumlah titik rawan lainnya yang tersebar di Bandung Utara dan Bandung Timur.

Menurutnya, kawasan seperti Isola, Ledeng, Tamansari, Cipaganti, hingga Ciumbuleuit rentan longsor akibat kepadatan bangunan di lereng curam. Sedangkan kawasan Ujungberung, Cibiru, dan Mandalajati juga berpotensi terdampak longsoran besar dari kawasan hutan Gunung Manglayang.

"Kita sedang menghadapi musim ekstrem. Semua warga di zona rawan harus waspada dan segera melapor jika melihat retakan tanah, pergeseran pondasi, atau tanda-tanda awal longsor," kata Farhan.

Pemerintah Kota Bandung kini mengintensifkan patroli kewilayahan serta pemetaan ulang titik berisiko, termasuk kemungkinan peninjauan ulang terhadap tata ruang di kawasan padat pemukiman lereng.

"Terpenting saat ini adalah pencegahan. Lebih baik bertindak sebelum terjadi, daripada menyesal ketika bencana sudah terjadi," ujar Farhan.

Evakuasi dua rumah ini menjadi alarm penting bagi seluruh warga Bandung, khususnya yang tinggal di daerah ketinggian dan lereng.

Pemerintah memastikan proses penanganan tidak berhenti pada pengungsian, namun akan dilanjutkan dengan asesmen teknis, stabilisasi kawasan, dan mitigasi jangka panjang.

"Kami ingin memastikan warga merasa aman. Kita bergerak bersama, kita antisipasi bersama," tukas Farhan.

Waspada Ancaman DBD

Selain bencana hidrometeorologi, Farhan juga mengingatkan ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang biasanya meningkat pada awal tahun.

"Kalau Anda merasakan demam selama 24 jam, walaupun sudah dikasih obat, turun sebentar naik lagi, segera bawa ke Puskesmas," sebut Farhan.

Farhan memastikan, pemeriksaan darah di Puskesmas gratis, apabila dinilai perlu oleh dokter.

"Jika dokter mengatakan memang perlu dites, maka tes ini gratis," kata Farhan.

Dalam forum Siskamling, warga juga menanyakan persoalan sampah. Menurut Farhan, masalah di kawasan Pasir Kaliki bukan pada pemilahan, melainkan pengangkutan.

"Pengangkutannya memang harus diatur lebih cepat karena rumahnya padat penduduk dan berada di jalan protokol yang tidak boleh dibiarkan lama-lama," ujar Farhan.

Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, Pemkot Bandung akan menempatkan petugas khusus pemilah dan pengolah organik di setiap RW.

"Ada petugas pemilah dan pengolah setiap hari khusus untuk sampah organik," kata Farhan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |