VinFast Digugat Konsumen karena Pengisian Daya yang Tak Sesuai Klaim

4 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Pabrikan otomotif asal Vietnam, kembali menghadapi tekanan hukum setelah sekelompok pengguna VinFast VF 8 Plus AWD mengajukan gugatan kolektif di Amerika Serikat. Para pemilik mobil tersebut mengklaim bahwa pengisian daya kendaraan mereka jauh lebih lambat dari yang sudah dijanjikan, alih-alih mendekati 6,6 kW dengan standar Level-2 tetapi mobil ini disebut hanya menghasilkan di bawah 2 kW.

Akibatnya, pada proses pengisian daya menjadi sangat lama, bisa sampai mendekati 24 jam untuk pengisian penuh, membuat EV ini hampir tidak praktis untuk penggunaan harian atau perjalanan mendadak.

Gugatan ini menuduh bahwa VinFast telah “menyesatkan” para konsumen lewat iklan dan penjualan yang menjanjikan kecepatan charging jauh lebih cepat.

Dilansir carscoops, pengisian sering berhenti sendiri saat pemilik mencoba memakai arus 32 amp, seperti klaim awal pabrikan.

Karena itu, pemilik dengan terpaksa untuk menurunkan arus ke 19 amp atau lebih kecil agar proses charging tetap berjalan, meskipun kecepatan turun hampir 40 persen.

Setelah beberapa kali perbaikan oleh pihak VinFast, keluhan tetap muncul; banyak pengguna mengaku harus membeli charger tambahan dengan spesifikasi khusus agar pengisian mendekati kecepatan yang dijanjikan.

Gugatan ini menyebut bahwa kegagalan tersebut menurunkan fungsi utama kendaraan dan kualitas hidup para pengguna, membuat mereka tidak mendapatkan manfaat yang sudah dijanjikan ketika membeli atau menyewa VF 8.

Saat ini kasus tersebut sudah berada di meja arbitrase, hakim menangguhkan gugatan kelas dan mengharuskan antara pemilik dengan VinFast menyelesaikan masalah ini melalui jalur tersebut.

Namun bagi banyak pemilik, proses legal adalah satu dari sedikit cara untuk mendapat kejelasan, kompensasi, atau perbaikan secara menyeluruh atas masalah mendasar yang dialami selama ini.

Aduan dari Pemilik: Charging di Bawah Spesifikasi dan Efeknya

Para penggugat (pemilik VF 8 Plus AWD) menyatakan bahwa sejak awal mereka sudah dijanjikan dengan pengisian daya cepat setara Level-2 dengan daya minimal 6,6 kW.

Sebaliknya, dalam praktiknya mobil ini hanya mampu mengisi daya pada kisaran di bawah 2 kW, jauh dari klaim resmi dari VinFast.

Akibatnya, waktu yang dibutuhkan para pemilik untuk mengisi baterai secara penuh membengkak hingga mendekati 24 jam, membuat mobil hampir tidak bisa dipakai sehari-hari tanpa perencanaan jauh hari.

Lebih lanjut, klaim menyebutkan bahwa sistem listrik mobil sering “mati” saat charging pada arus 32 ampere, sehingga para pemilik terpaksa untuk menurunkan arus agar proses tidak berhenti, sebuah kompromi yang memang membuat charging tetap berjalan, tapi menambah durasi lebih lama.

Beberapa pemilik bahkan mengaku harus berjaga malam untuk memantau proses charging, atau terpaksa menunda aktivitas karena mobil belum terisi penuh di pagi hari. Kondisi ini jelas jauh dari harapan konsumen terhadap sebuah EV modern.

Tuntutan Hukum dan Status Gugatan Saat Ini

Gugatan sudah dikirim ke pengadilan federal di California, mewakili konsumen yang membeli atau menyewa VF 8 Plus AWD dalam empat tahun terakhir. Intinya: para pemilik menuntut bahwa VinFast memberi informasi menyesatkan tentang kemampuan charging kendaraan.

Gugatan menyatakan bahwa praktik ini melanggar garansi tertulis dan hak konsumen atas produk sesuai janji pabrikan.

Namun, pada tahap awal, pengadilan menangguhkan gugatan kolektif dan mengarahkan para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, berdasarkan perjanjian sewa/beli yang ditandatangani pembeli.

Artinya, penyelesaian bisa berlangsung secara privat, dan implikasi hukum maupun kompensasi tergantung hasil arbitrase.

Meski demikian, fakta bahwa kasus ini muncul, serta banyak keluhan yang serupa dari pengguna lain hal ini menambah tekanan terhadap reputasi VinFast di pasar EV global.

Implikasi untuk Industri EV: Harapan vs Realita Pengisian Daya

Kasus ini menjadi peringatan bagi konsumen EV dan juga produsen bahwa klaim performa baterai dan charging harus secara realistis dan transparan.

Banyak pengguna beralih ke EV dengan harapan kemudahan mobilitas dan efisiensi, tetapi masalah charging secepat ini bisa merusak kepercayaan terhadap teknologi dan menghambat adopsi massal.

Bagi industri, insiden VF 8 ini menegaskan bahwa menyediakan infrastruktur charging semata tidak cukup: konsistensi dalam performa pengisian di rumah pun penting.

Produsen EV diharapkan tidak hanya fokus pada teknologi baterai atau jarak tempuh, tetapi juga memastikan software, hardware, dan pengalaman pengguna sudah matang sebelum menjual produk ke publik.

Gugatan terhadap VinFast atas lambatnya kecepatan pengisian VF 8 mencerminkan sebuah tantangan nyata yang masih dihadapi ekosistem kendaraan listrik saat ini bukan hanya soal jarak jangkau atau performa, tetapi juga keandalan dan kejelasan teknis.

Bagi calon pembeli EV, peristiwa ini menjadi pengingat penting bahwa sebelum membeli, perlu mengecek ulasan pengguna, reputasi pabrikan, dan kesiapan infrastruktur charging.

Sementara bagi produsen, kasus ini menjadi pelajaran bahwa transparansi dan kualitas layanan pasca-jual sama pentingnya dengan inovasi teknologi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |