Sosok Pangeran Mangkubumi, Pribadi Saleh dan Arsitek Berjuluk 'A Great Builder'

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Yogyakarta masih menjadi salah satu destinasi favorit liburan keluarga. Selain punya deretan pantai yang menawan, pegunungan yang indah, dan kuliner yang tak ada duanya, Yogyakarta juga dilengkapi wisata budaya dengan keberadaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang masih eksis sampai sekarang. 

Banyak peninggalan budaya berupa bangunan dan benda-benda keraton, sampai peninggalan budaya tak benda yang masih tersimpan dan lestari sampai sekarang. Meski banyak wisatawan Nusantara yang sudah mengenal Keraton Yogyakarta, namun tidak banyak yang tahu siapa orang di balik pendiri dan pembangun keraton tersebut. 

Bendara Raden Mas Sujono atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi, adalah pendiri sekaligus pembangun Keraton Yogyakarta. Lahir pada Agustus 1717, Pangeran Mangkubumi merupakan putra Sunan Amangkurat IV melalui garwa selir yang bernama Mas Ayu Tejawati.

Sejak kecil, BRM Sujono dikenal sangat cakap dalam olah keprajuritan. Hal itu terlihat dari mahirnya dia berkuda dan bermain senjata. Tak hanya itu, BRM Sujono juga merupakan orang yang taat beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya Jawa.

Dalam Serat Cebolek dikisahkan, BRM Sujono punya kebiasaan puasa Senin-Kamis, salat lima waktu dan mengaji Al-Qur'an. Dia juga sosok yang sering 'turba' turun ke bawah melakukan pendekatan kepada masyaarakat dan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang lemah.

Berkat kecakapan itulah, ketika pamannya yang bernama Mangkubumi meninggal pada 27 November 1730, BRM Sujono diangkat menjadi Pangeran Lurah, yaitu pangeran yang dituakan di antara para putera raja. Dari situ kemudian BRM Sujono menyandang nama Pangeran Mangkubumi.

Melihat sifat BRM Sujono yang seperti tanpa cela, dirinya punya pengikut yang sangat setia. Pada 1746, ketika mengangkat senjata melawan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Pangeran Mangkubumi memiliki pengikut sebanyak 3.000 prajurit. Pada tahun 1747 jumlahnya meningkat pesat menjadi 13.000 prajurit, di antaranya terdapat 2.500 prajurit berkuda. Pengikutnya pun kemudian meluas hingga ke masyarakat umum pada tahun 1750.

Seperti dikutip dari laman KratonJogja, era tahun 1740 adalah masa-masa berat bagi bumi Mataram. Pemberontakan merajalela, dimulai dengan Geger Pacina yang dipimpin oleh Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa, hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyawa sendiri pada hari-hari selanjutnya. Akibatnya keraton harus berpindah dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Februari 1745.

Untuk memadamkan pemberontakan Sambernyawa, Raja Mataram saat itu, Susuhunan Paku Buwono II, mengadakan sayembara yang disambut dan dimenangkan oleh Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi kemudian bermaksud untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai langkah strategis mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram. Akan tetapi, akibat pengkhianatan dan kecurangan yang dilakukan oleh Patih Pringgoloyo yang didukung VOC, langkah Pangeran Mangkubumi menemui jalan buntu.

Atas dasar peristiwa tersebut, Pangeran Mangkubumi kemudian memutuskan untuk keluar dari lingkup istana dan memulai serangan terbuka terhadap VOC. Keputusan tersebut menuai dukungan dari Pangeran Sambernyawa. Bersama Sambernyawa, Pangeran Mangkubumi berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkeraman VOC.

Di sisi lain, pada akhir tahun 1749, kondisi kesehatan Paku Buwono II semakin menurun. Belanda memanfaatkan kondisi ini sehingga muncul traktat yang berisi penyerahan Kerajaan Mataram seluruhnya kepada VOC pada tanggal 16 Desember 1749. Hanya berselang hari, Paku Buwono II wafat dan kemudian digantikan oleh puteranya Paku Buwono III. Mengetahui adanya kesepakatan tersebut, maka Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa semakin sengit bertempur. Akibatnya, garis depan VOC terdesak dan pasukannya banyak yang tewas. Hanya dalam hitungan bulan, hampir seluruh wilayah Kerajaan Mataram sudah berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |