Sisa Luka dan Duka Warga Palembayan Sumbar Usai Dihantam Banjir Bandang

Liputan6.com, Agam - Luka warga Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) masih basah. Ingatan soal kejadian banjir bandang masih lekat di kepala. Warga yang bermukim di daerah itu tidak hanya kehilangan tempat tinggal, namun juga orang-orang tersayang.

Hingga Selasa 2 Desember 2025, setidaknya 115 orang meninggal dunia akibat banjir bandang di Kecamatan Palembayan, 76 orang lainnya masih hilang dan dalam proses pencarian, serta 1.511 orang harus mengungsi.

Salah seorang warga, Leli Mariana (31). Dia mengatakan kehilangan salah satu buah hatinya dalam bencana itu. Anak keempatnya, satu-satunya anak lelakinya, hanyut terbawa galodo yang hingga hari ini belum ditemukan.

Ia menceritakan ketika kejadian, ia mendengar suara bergemuruh dari atas perbukitan. Ia tidak menduga bahwa itu Adalah galodon namun suara itu semakin kuat dan ia melihat ke belakang rumahnya, ternyata air yang bercampur dengan batu-batu besar dan pepohonan besar sedang meluncur dengan deras.

"Airnya besar sekali mungkin dua kali tinggi rumah kami," kata Leli menceritakan.

Melihat itu, ia langsung berteriak memanggil ibunya dan adik laki-lakinya, kemudian ia meraih anak bungsunya dan anak sulungnya. Lalu berlari sekuat tenaga menjauhi rumah.

"Ketika saya, adik dan ibu saya menyelamatkan diri, saya menggendong anak saya yang lainnya. Sementara anak laki-laki saya digendong di punggung adik saya, kemudian galodo lebih cepat datang dan menerjang mereka bertiga. Saya melihat anak saya terlepas dari pamannya dan hanyut," ucap Leli bergetar.

Presiden Prabowo Subianto memerintahkan mengirim empat pesawat menuju Aceh, Padang Sumatera Barat dan Tapanuli Tengah. Menko PMK Pratikno mengatakan, Presiden Prabowo telah memerintahkan mengirim bantuan ke titik bencana, sejak hari pertama bencana tersebut melanda. Seskab Teddy mengatakan, empat...

Hingga hari keenam, Leli terus berharap anaknya yang berusia 3,5 tahun bisa ditemukan dan dikuburkan dengan layak. Kemudian rumah Leli juga hilang diterjang banjir bandang hingga tak bersisa.

"Habis, sampai ke lantai-lantainya," katanya, Selasa 2 Desember 2025.

Kini, ia bersama ibunya dan anak-anaknya mengungsi di rumah adiknya sekitar 5 kilo meter dari lokasi kejadian. Rumah tiga petak milik adiknya itu, kini dihuni oleh tiga KK.

Warga lainnya Ratmiati (53) mengatakan selama ia hidup di kampungnya itu, belum pernah ada kejadian seperti ini. “Banjir pernah tapi paling hanya sampai teras tidak pernah masuk ke rumah, kali ini luar biasa sekali, kami hingga kini trauma,” ujarnya.

Dalam kejadian ini, katanya, ia masih bersyukur karena suami, anak serta cucunya selamat. Meski suaminya sempat hanyut terbawa air.

"Iya suami saya ketika kami menyelamatkan diri terbawa air, tapi untung materialnya terhalang kayu besar dan ia bisa berenang ke atas atap rumah. Ia dievakuasi warga lainnya keesokan harinya," kata Ratmiati.

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang, Sumatera Barat (Sumbar) masih terus bergerak untuk membersihkan sampah yang berapa di sejumlah titik sebanyak 3.327 ton sampah yang harus segera dievakuasi demi keamanan pantai dalam waktu sembilam hari.

"Meski volumenya sangat besar, tidak semua material perlu diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Fadelan Fitra Masta dikutip dari Antara, Rabu (3/12/2025).

Fadelan menegaskan, total dari tumpukan sampah yang fantastis mencapai 3.327 ton itu mencakup backlog lima hari, sampah spesifik bencana yang diakibatkan dari pemukiman yang terdampak.

"Serta kayu gelondong dalam jumlah besar yang terbawa dari hulu sungai, mengakibatkan beberapa titik di pantai ini menjadi lautan kayu, beban sampah yang terbesar adalah kayu gelondongan yang diperkirakan mencapai 1.100 ton," kata Fadelan.

Namun, DLH menyatakan bahwa angka sampah yang harus diangkut tidak sampai separuhnya, karena ada beberapa manfaat bagi kawasan pesisir dari hasil pascabencana tersebut.

Masyarakat di kawasan pesisir juga membantu mengevakuasi sampah-sampah kayu yang berserakan di pesisir panti, namun ada maksud lain dari masyrakat pesisir untuk memungut sampah-sampah tersebut.

Kayu-kayu yang diangkut oleh pesisir pantai itu memanfaatkan kayu tersebut sebagai pelaku usaha kecil yang menggunakan sebagai bahan bakar untuk produksi

"Kami berupaya agar tidak semua sampah kayu masuk ke TPA. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat, sebagian besar akan kami salurkan ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif," ucap Fadelan.