Nestapa Ratusan Pengungsi Banjir di Sukabumi: Lampu Padam dan Kekurangan Logistik

1 day ago 9

Liputan6.com, Sukabumi- Kondisi memprihatinkan menyelimuti ratusan warga korban bencana banjir dan longsor yang mengungsi di SD Negeri Kawungluwuk, Kedusunan Kawungluwuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Hingga hari ini, jumlah total pengungsi dilaporkan mencapai lebih dari 400 orang.

Di lokasi pengungsian, warga harus bertahan dengan fasilitas yang sangat minim. Koordinator pengelola pengungsian, Sumardiana mengungkapkan, kebutuhan dasar para pengungsi masih jauh dari kata tercukupi.

Sumardiana menjelaskan, kendala utama saat ini adalah kurangnya sarana tidur serta bahan makanan dan minuman. Di tengah kondisi listrik yang mati, operasional dapur umum pun dilakukan dengan alat yang sangat terbatas.

"Listrik mati, dapur umum alat bakar hanya 3; dua tungku, satu gas dengan 2 kompor," ujar Sumardiana, Sabtu (20/12/2025).

Dia mengatakan, pada awal berdirinya posko, warga terpaksa bergerak secara mandiri karena belum ada bantuan dari pemerintah daerah. Baik dari sarana untuk kebutuhan tidur para pengungsi maupun dari kebutuhan logistik, belum mencukupi.

"Makanan dan minuman kami pertama-tama mendirikan posko ini mendirikan secara swadaya karena tidak ada respons dari pemerintah setempat," ungkapnya.

Ketersediaan konsumsi saat ini pun hanya mengandalkan bantuan dari jaringan pribadi.

"Kendalanya dari makanan dan minuman kami minim sekali, kami hanya mendapat kiriman-kiriman dari rekan kami kenalan donatur, ya seadanya saja makan secukupnya," tambahnya.

Terisolir di Pelosok

Sumardiana tak kuasa menahan tangis saat menceritakan bagaimana warga harus berjuang secara swadaya di hari-hari pertama bencana. Lokasi mereka yang berada di pelosok membuat bantuan sempat terhambat.

"Ini mungkin karena bencana alam ini serentak atau terjadi di beberapa titik di Kabupaten Sukabumi, sehingga mungkin kami sedikit terabaikan. Jadi tempat kami terisolir, tempat kami di pelosok,” ungkapnya.

Dia menceritakan betapa berartinya bantuan yang ada meskipun sangat minim bagi warga dari Kampung Sawab Tengah, Babakan, Cisarua, dan sekitarnya.

"Di dalam ini justru seminim ini kami rasa sangat membantu. Tetangga kami walaupun sedikit kekurangan dari logistik apapun tapi kami sangat bersyukur masih bisa membantu tetangga-tetangga kami di sini, sangat kekurangan," ucapnya sambil terisak.

Meskipun kejadian bencana berlangsung sejak Senin (15/12/2025) malam, bantuan dari Pemerintah, Basarnas, BPBD, Forkopimcam, dan kepolisian baru tiba pada Selasa (16/12/2025) sore, dan proses evakuasi baru bisa diselesaikan siang ini.

Para pemuda dan tokoh masyarakat pun bahu-membahu menolong warga yang rumahnya hanyut diterjang banjir atau terisolir longsor.

Di sisi lain, bantuan tenaga datang dari sekitar 30 relawan Hilmi FPI (Front Persaudaraan Islam). Abdillah, perwakilan relawan, menyebutkan bahwa jumlah pengungsi bersifat fluktuatif.

"Untuk makan di dapur umum yang pengungsian kurang lebih 200 orang, tapi ini kadang-kadang ada nambah lagi karena ada yang terisolasi, ada yang ke rumah saudaranya mengungsi, ngontrak, turun naik jumlahnya," kata Abdillah.

Relawan memastikan kebutuhan makan tiga kali sehari tetap terpenuhi meski dengan fasilitas darurat.

"Makan tiga kali sehari sekitar 600 porsi sehari. Diperlukan banget dapur umum karena kasihan ada anak-anak, ibu-ibu juga masaknya mereka kayaknya gotong royong, kan kasian juga ya, belum mengurus dirinya. Ya kita harus handle, harus bantu kita sebagai relawan utamakan kesehatannya, makannya, kebutuhan sehari-harinya, alhamdulillah," tambahnya.

Warga Bangun Sendiri Dapur Umum

Dapur umum tersebut baru efektif beroperasi hari ini setelah warga dan relawan membangun sendiri bangunannya menggunakan bambu dari lingkungan sekitar.

"Dapur umumnya efektif baru hari ini karena kita kan membangun dulu, nyari dulu ke ustaz setempat alhamdulillah dikasih bambu kita ngambil dari belakang kita bangun gotong royong alhamdulillah berdiri," terang Abdillah.

Mengingat bencana ini sudah terjadi sebanyak tiga kali di tahun ini, warga di lokasi pengungsian menyampaikan aspirasi kuat agar pemerintah memberikan solusi jangka panjang.

Pihak relawan juga menekankan bahwa bahan makanan sangat dibutuhkan untuk setidaknya dua minggu masa tanggap bencana ke depan.

Menanggapi bencana ini, Wakil Bupati Sukabumi, Andreas, yang meninjau langsung lokasi memastikan bahwa kebutuhan logistik dan kesehatan pengungsi menjadi prioritas utama.

Terkait desakan relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai, Andreas menyatakan pemerintah tengah menghimpun data valid.

"Saya datang memastikan logistik, kesehatan, dan tempat tidur pengungsi tertangani. Soal relokasi, data sedang kami himpun. Intinya kita tangani dulu keadaan darurat saat ini, setelah itu baru kita pikirkan langkah pascabencana," tegas Andreas.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |