Manis Harum Putri Noong, Kue Tradisional Jawa Barat Lezat Menggugah Selera

3 days ago 17

Liputan6.com, Jakarta Putri Noong adalah salah satu kekayaan kuliner tradisional khas Jawa Barat yang kian langka ditemukan di tengah maraknya makanan modern.

Dirangkum dari berbagai sumber, nama Putri sendiri memiliki makna unik dalam bahasa Sunda, yakni Putri yang Mengintip. Kue basah ini terbuat dari bahan-bahan sederhana namun sarat cita rasa dan makna budaya.

Tepung beras sebagai bahan dasar memberikan tekstur lembut dan kenyal yang khas, sedangkan gula merah di bagian tengah menciptakan ledakan rasa manis saat Putri Noong digigit.

Tak ketinggalan, daun pandan yang digunakan untuk memberikan aroma harum yang alami, menambah keistimewaan kue ini. Dalam setiap gigitannya, tersimpan memori kolektif masyarakat Sunda akan warisan kuliner nenek moyang yang dibuat dengan penuh cinta dan kesederhanaan.

Kue ini biasa disajikan sebagai camilan atau kudapan dalam acara keluarga, hajatan, atau bahkan sekadar teman minum teh di sore hari. Pembuatan Putri Noong tidak memerlukan teknik rumit, namun menuntut ketelatenan dan kehati-hatian dalam setiap tahapnya.

Tepung beras biasanya dicampur dengan air dan sedikit garam, lalu dikukus hingga setengah matang. Setelah itu, adonan dibagi dan dibentuk pipih, di tengahnya diberi potongan kecil gula merah yang legit.

Proses penggulungan dan pembungkusan menggunakan daun pisang adalah ciri khas penting yang menjadikan kue ini terasa sangat tradisional. Dalam proses pembungkusannya, ujung daun pisang dibiarkan terbuka sebagian agar gula merahnya terlihat, seperti seorang putri yang mengintip dari balik tirai—itulah asal mula namanya.

Daun pisang bukan hanya berfungsi sebagai pembungkus, tetapi juga memberi aroma alami yang memperkaya rasa kue. Kue ini kemudian dikukus kembali hingga matang sempurna, mengeluarkan aroma pandan yang memikat dan rasa manis gula merah yang meleleh dalam adonan kenyal tepung beras.

Makanan Tradisional

Meski sederhana, rasa dari Putri Noong mampu menghadirkan sensasi nostalgia yang dalam, seakan membawa penikmatnya kembali ke masa kecil atau kampung halaman.

Di era modern seperti sekarang, ketika makanan cepat saji dan jajanan kekinian mendominasi pasar, eksistensi Putri Noong mulai tergerus. Generasi muda mulai melupakan keberadaan kue-kue tradisional seperti ini karena keterbatasan akses dan kurangnya promosi di media sosial atau toko-toko modern.

Padahal, dari segi gizi dan nilai budayanya, Putri Noong tak kalah dibandingkan dengan makanan populer masa kini. Tidak hanya menyehatkan karena tidak mengandung bahan pengawet atau pewarna buatan, kue ini juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Sunda yang menjunjung kesederhanaan, kearifan lokal, dan kebersamaan.

Dalam setiap proses pembuatannya, biasanya ada interaksi sosial yang erat, seperti gotong royong antar keluarga atau tetangga, yang menjadikan momen membuat Putri Noong bukan hanya tentang memasak, tetapi juga mempererat silaturahmi.

Oleh karena itu, pelestarian kue tradisional ini sangat penting agar generasi mendatang tidak kehilangan jejak budaya leluhurnya. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mengadakan pelatihan kuliner tradisional di sekolah-sekolah, mempromosikan lewat media digital, serta menyajikannya dalam acara-acara resmi atau festival budaya yang dapat menarik minat masyarakat luas.

Putri Noong lebih dari sekadar makanan manis ia menjadi salah satu bagian dari identitas dan warisan budaya Sunda yang mencerminkan cara hidup, nilai-nilai kekeluargaan, dan kecintaan pada alam. Kue ini mengajarkan kita untuk menghargai proses, kesabaran, dan detail kecil yang memberi makna besar.

Dalam setiap bungkusannya yang sederhana, tersimpan cerita panjang tentang kehidupan masyarakat pedesaan yang harmonis dengan alam dan sesama. Menghidangkan Putri Noong di meja makan bukan hanya menyajikan makanan, tetapi juga mengenalkan sejarah dan nilai budaya kepada anak-anak kita.

Karena itu, selayaknya kita menjaga dan melestarikan eksistensi kue ini agar tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga tetap hidup di tengah-tengah masyarakat modern. Sebab dengan menjaga makanan tradisional seperti Putri Noong, kita sebenarnya sedang menjaga jati diri bangsa.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |