Keseruan Demo Memasak Zero Waste ala BLDF Bersama Ratusan Kader PKK di Kudus

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Suasana Pendopo Kabupaten Kudus yang biasanya diwarnai aktivitas formal, mendadak berubah layaknya sebuah dapur besar yang mengolah beragam kuliner.

Di tengah riuhnya suara peralatan masak saling beradu di tangan para ibu-ibu yang cekatan, juga menebarkan aroma lezat masakan menggoda dan membuat perut untuk segera menyantap makanan.

Kehadiran ibu-ibu perwakilan kader PKK dari sembilan kecamatan di Kudus pada pada Rabu (17/12/2025), bukanlah untuk mengikuti lomba memasak.

Namun sebanyak 150 peserta yang kesemuanya kaum perempuan ini, mengikuti pelatihan memasak berkelompok yang mengkombinasikan demo memasak zero-waste.

Yang membuat ratusan kader PKK antuasias dengan demo memasak yang diinisiasi Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Kudus ini, dengan kehadiran Isman Ridhwansah yang juga Influencer Kudus ASIK.

Pria yang pernah menjadi peserta MasterChef Indonesia musim ketujuh ini, dengan sabar mengajarkan keterampilan mengolah bahan pangan yang unik dan kreatif.

Isman mengajarkan proses memasak dengan meminimalkan limbah. Tak hanya itu, chef muda ini juga berbagi keterampilan membuat konten edukatif sebagai bagian kampanye pengelolaan sampah organik di ruang digital.

Pesan pengelolaan sampah perlu dikemas secara relevan, kreatif dan inspiratif. Tentunya agar mampu mendorong masyarakat mulai bergerak dari ruang terdekat, yaitu dapur dan rumah tangga.

Ketua TP PKK Kabupaten Kudus periode 2025–2030, Endhah Endhayani Sam'ani Intakoris mengatakan, perempuan memegang peran strategis dalam pengelolaan lingkungan di lingkup keluarga.

Keberadaan PKK Kabupaten Kudus yang menaungi puluhan ribu kader tersebar di seluruh desa dan kelurahan, kata Endah, memiliki potensi besar mendorong perilaku masyarakat.

“Perempuan khususnya para ibu memiliki peran sentral dalam mengatur pola konsumsi, sekaligus mengelola limbah rumah tangga," ujar Endhah.

Endhah menyebut, jika setiap keluarga yang didampingi kader PKK mulai memilah dan mengolah sampah organik dari dapur, dampaknya akan sangat signifikan menekan volume sampah yang berakhir di TPA.

"Ketika ibu-ibu bergerak, keluarga pun ikut berubah, dan ketika ribuan keluarga bergerak bersama, dampak itu akan terasa di tingkat kabupaten,” terang istri Bupati Kudus ini.

Karena itu, Endhah pun memberikan support penuh terhadap rangkaian kegiatan 'Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga” di pendopo setempat.

Agenda tersebut melibatkan sekitar 150 kader PKK dari Kecamatan Jati, Undaan, Kota Kudus, Jekulo, Bae, Kaliwungu, Dawe, Mejobo dan Gebog.

Kegiatan ini difokuskan pada upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Selain itu, memperkuat peran ibu sebagai penggerak utama.

BLDF Kelola Sampah Organik

Bak gayung bersambut, peran penting para ibu-ibu ini dilirik oleh BLDF untuk mendukung Program Pokok PKK ke-9 tentang Kelestarian Lingkungan Hidup.

Director Communication Djarum Foundation, Mutiara Diah Asmara memaparkan, pihak BLDF bersama Pemkab Kudus konsisten memperkuat pengelolaan sampah organik sejak tahun 2018.

Menurut Mutiara Diah, langkah itu sebagai komitmen mewujudkan lingkungan Kudus yang bersih dan nyaman.

"Upaya ini dilakukan melalui penguatan sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir, sekaligus mendorong keterlibatan aktif masyarakat sebagai fondasi keberlanjutan jangka panjang," terang Mutiara Diah.

Dalam kerangka tersebut, BLDF berkolaborasi bersama Pemkab Kudus dan Tim Penggerak PKK Kudus menggelar 'Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga' di pendopo kabupaten setempat.

Sebagai salah satu kabupaten dengan aktivitas industri dan kepadatan penduduk yang tinggi di Jawa Tengah, lanjut Mutiara Diah, Kudus menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah.

Berdasarkan data sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), imbuh Mutiara Diah, timbulan sampah di Kudus pada tahun 2024 tercatat lebih dari 150 ribu ton per tahun atau sekitiar 437 ton per hari.

Angka tersebut menyumbang sekitar 4,5 persen terhadap total timbulan sampah nasional. Atas kondisi itu, perlunya urgensi penanganan sampah yang lebih sistematis, adaptif dan berkelanjutan.

Mutiara Diah menyebut bahwa kondisi itu membuka ruang bagi penguatan kolaborasi lintas pemangku kepentingan. Serta pengembangan inovasi pengelolaan sampah yang lebih efektif di Kudus.

“Pengelolaan sampah tidak hanya persoalan teknis, tetapi juga erat kaitannya dengan perubahan perilaku. Karena itu, rumah tangga menjadi titik awal yang sangat krusial," tukasnya.

Bertepatan dengan momentum Hari Ibu, sosialisasi ini menjadi ruang komunikasi bagi BLDF memperkuat kapasitas ibu dan keluarganya.

"Tentunya agar mereka mampu mengelola sampah secara lebih terencana dan berkelanjutan, sehingga dampaknya dapat dirasakan langsung oleh lingkungan sekitar,” tambahnya.

Bangun Rantai Kelola Sampah

Dalam sesi diskusi, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus, Sulistiyowati menambahkan, persoalan sampah merupakan isu lintas sektor yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, komunitas dan masyarakat.

Menurut Sulis, praktik pemilahan sampah di tingkat rumah tangga menjadi faktor kunci. Harapannya agar berbagai kebijakan dan program pengelolaan sampah berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama, Redi Joko Prasetyo selaku Deputy Program Manager BLDF memaparkan program Kudus ASIK.

"Program ini mendorong masyarakat memilah sampah dari rumah, serta menghadirkan konsep penjemputan sampah organik secara berkala, " tuturnya.

Melalui program ini, lanjut Redi, BLDF membangun rantai pengelolaan sampah organik yang berkesinambungan. Yakni mulai dari rumah tangga hingga fasilitas pengolahan dapat dikelola secara optimal.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |