Liputan6.com, Manado - Perayaan Cap Go Meh Imlek 2576 Kongzili pada, Rabu (12/2/2025), tidak hanya menjadi perayaan warga Tionghoa, melainkan menjadi sebuah potret keberagamaman dan kerukunan antar etnis serta budaya di Manado.
Hal ini tampak dari beragam seni budaya di Sulut yang ikut ambil bagian dalam prosesi Cap Go Meh di kawasan Pecinan Kota Manado, Sulut. Ada Tarian Kabasaran, nyanyian grup Masamper, Tarian Cakalele Bantik, dan Musik Bambu Klarinet yang mewarnai perayaan itu.
Ketua Persatuan Tempat Ibadah Tri Dharma di Manado, Ridwan Sanyoto mengatakan Tarian Kabasaran serta musik Bambu Klarinet ikut berpartisipasi dalam prosesi Cap Go Meh, yang merupakan akhir dari perayaan tahun Imlek bagi etnis Tionghoa.
“Musik bambu yang ikut dalam prosesi tersebut, berasal dari Kabupaten Minahasa Tenggara, sedangkan tarian kabasaran berasal dari Desa Kema Satu Kabupaten Minahasa Utara,” ujarnya.
Pimpinan kelompok Musik Bambu Klarinet Harapan Nusantara Jaya dari Desa Molompar Utara, Kabupaten Minahasa Tenggara Jemmy Sanggelorang, mengatakan sangat terhormat diundang ikut dalam proses Cap Go Meh, karena meramaikan prosesi yang selalu dinanti-nanti masyarakat dari berbagai wilayah itu.
Dia mengatakan, ini adalah kali ketiganya mereka ikut dalam prosesi Cap Go Meh, dua kali ikut di Kota Bitung dan tahun ini mendapatkan undangan dari panitia Cap Go Meh Kota Manado.
"Kami senang karena bisa ikut meramaikan prosesi ini, karena ini adalah salah satu prosesi yang sangat ditunggu masyarakat Manado, bahkan menjadi salah satu acara wisata yang paling ditunggu di Manado," katanya.
Demikian juga dengan kelompok Kabasaran Masenaan Wanua Kema Satu, Desa, Kema Satu, Kecamatan Kauditan, yang sudah dua kali ikut dalam prosesi Cap Go Meh seperti ini.
“Sebagai kelompok adat, sebelum ikut dalam prosesi tersebut, mereka sudah sembahyang mohon perlindungan Yang Maha Kuasa, agar prosesi yang akan diikuti itu berjalan lancar,” ujar Christian Pratasik, salah satu anggota kelompok.
Christian Pratasik mengatakan, ada 13 personel, termasuk di dalamnya tiga orang perempuan untuk ikut dalam prosesi Cap Go Meh itu.
Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey berharap perayaan Cap Go Meh semakin mempererat tali persaudaraan di daerah itu. Pemprov Sulut sangat mengapresiasi dan mendukung penuh perayaan Cap Go Meh.
“Kami berharap melalui perayaan ini tali persaudaraan dan kebersamaan di antara kita semakin erat," kata Gubernur Sulut dalam sambutan tertulis dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan Sulut Jani Niklas Lucas.
Dia mengatakan di Sulut khususnya di Kota Manado tradisi perayaan ini sudah menjadi bagian dari agenda tahunan yang tidak hanya dinantikan oleh masyarakat Tionghoa tetapi juga seluruh warga masyarakat Sulut.
"Seperti pengalaman yang kita lalui setiap tahunnya, perayaan Cap Go Meh di Manado selalu berlangsung meriah dan dihadiri masyarakat," ujarnya.
Wali Kota Manado Andre Angouw berharap perayaan Cap Go Meh ini lebih mempererat persaudaraan masyarakat Kota Manado.
"Harapannya dengan mengikuti perayaan seperti ini antarumat beragama saling mengenal sehingga semakin mempererat toleransi antarumat beragama," tuturnya.
Rangkaian perayaan ini mengambil start di depan Klenteng Ban Hin Kiong, di mana panggung utama berada. Ribuan warga memadati rute yang dilewati 12 Tang Sin yang turun dengan 14 Kio, yang berasal dari 9 Klenteng di Manado.
Drum band STPDN membuka di barisan depan, kemudian ada Paskibraka, Tarian Kabasaran, barisan Badan Kerjasama Antarmat Beragama (BKSUA) kota Manado dan nyanyian grup Masamper bersama grup Orkes.
Selanjutnya kostum parade dari Tomohon, marching band serta Tarian Cakalele Bantik dan berbagai atraksi lainnya.
Pada barisan berikutnya, yang merupakan inti ritual, ada kuda Locia disusul panji kebesaran 36 panglima kerajaan langit, barisan petugas sembahyang yang sepanjang pelaksanaan diiringi oleh lantunan musik bambu. Barongsai dan naga juga melakukan aksi mereka.