Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik meningkat pada 2024, dan sebagian besar pasar saham acuan mengakhiri di wilayah positif. Hal ini seiring bank sentral di kawasan Asia Pasifik melonggarkan kebijakan moneter, sedangkan ledakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan mengangkat saham teknologi.
Mengutip CNBC, Senin, 23 Desember 2024, indeks saham acuan Taiwan yakni indeks Taiex memimpin kenaikan di bursa saham Asia Pasifik. Indeks Taiex melambung 28,85 persen per 23 Desember 2024.
Kemudian disusul indeks Hang Seng di Hong Kong berada di posisi kedua. Indeks Hang Seng melompat 16,63 persen. Selanjutnya indeks saham Strait Times meroket 15,84 persen, indeks Nikkei 225 bertambah 15,65 persen dan indeks CSI 300 mendaki 14,64 persen.
“Asia berhasil mengurangi inflasi lebih cepat daripada negara-negara lain di dunia,” ujar Chief Investment Officer for Asia ex-Japan di Invesco, Mike Shiao.
Ia menuturkan, sentimen itu membuat jalan bagi pelonggaran moneter. "Dengan Federal Reserve yang sekarang telah memulai siklus pelonggarannya, negara-negara Asia akan memiliki lebih banyak ruang untuk menurunkan suku bunga pada 2025,” ujar dia.
Adapun kebijakan moneter yang lebih longgar cenderung meningkatkan saham.
Fokus pasar pada saham teknologi dan yang terkait dengan teknologi membantu mengangkat indeks Taiex. Perusahaan manufaktur semikonduktor Taiwan yang terkemuka melonjak 82,12 persen pada 2024, dan pemasok utama Apple Foxcoon melompat 77,51 persen.
Sementara itu, berdasarkan catatan DBS Bank, permintaan untuk pusat data dan server AI mungkin menurun setelah lonjakan kuat pada 2024, permintaan untuk ponsel, PC dan barang elektronik konsumen lainnya yang mendukung AI dapat meningkat pada 2025.
Saham Teknologi Belum Angkat Indeks Kospi
DBS mencatat sektor semikonduktor global biasanya mengalami siklus ekspansi yang berlangsung sekitar 30 bulan. Siklus saat ini yang dimulai pada September 2023, berpotensi berlanjut hingga akhir 2025.
Mengutip CNBC, saham teknologi membantu mengangkat indeks saham acuan di Taiwan, tetapi tidak dapat menyelamatkan Korea Selatan yang merupakan satu-satunya pasar utama Asia yang mengakhiri tahun di wilayah negatif.
Program peningkatan nilai korporasi di Korea Selatan tampaknya gagal mendongkrak saham, dengan kekhawatiran tarif dan kekacauan politik yang menambah ketidakpastian.
Indeks Kospi di Korea Selatan merosot 8,03 persen per 23 Desember 2024, dan menjadikannya bursa saham Asia dengan kinerja terburuk. Disusul Indonesia yang susut 2,82 persen.
DBS mencatat sektor semikonduktor global biasanya mengalami siklus ekspansi yang berlangsung sekitar 30 bulan. Siklus saat ini yang dimulai pada September 2023, berpotensi berlanjut hingga akhir 2025.
Mengutip CNBC, saham teknologi membantu mengangkat indeks saham acuan di Taiwan, tetapi tidak dapat menyelamatkan Korea Selatan yang merupakan satu-satunya pasar utama Asia yang mengakhiri tahun di wilayah negatif.
Program peningkatan nilai korporasi di Korea Selatan tampaknya gagal mendongkrak saham, dengan kekhawatiran tarif dan kekacauan politik yang menambah ketidakpastian.
Indeks Kospi di Korea Selatan merosot 8,03 persen per 23 Desember 2024, dan menjadikannya bursa saham Asia dengan kinerja terburuk. Disusul Indonesia yang susut 2,82 persen.
Bursa Saham Global Merosot Usai The Fed Pangkas Suku Bunga, Ada Apa?
Sebelumnya, bursa saham global melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kali berturut-turut. Namun, the Fed isyaratkan pemangkasan suku bunga lebih lambat pada 2025.
Mengutip BBC, Kamis (19/12/2024), langkah the Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) yang sudah diprediksi pasar dalam kisaran target 4,25 persen-4,5 persen. Suku bunga turun 1 persen sejak September, saat bank mulai menurunkan biaya pinjaman dengan alasan kemajuan dalam menstabilkan harga dan keinginan untuk mencegah ekonomi merosot.
Laporan sejak saat itu menunjukkan jumlah lapangan kerja yang diciptakan lebih tangguh dari yang diharapkan, sementara kenaikan harga terus melambung.
Wall street turun tajam seiring ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan situasi tersebut akan akibatkan lebih sedikit pemangkasan suku bunga dari yang diharapkan pada 2025.
"Kita berada dalam fase baru dari proses ini,” ujar dia.
"Sejak saat ini, sudah tepat untuk bergerak hati-hati dan mencari kemajuan dalam inflasi,” ia menambahkan.
Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, indeks Dow Jones ditutup melemah 2,58 persen, dan alami penurunan dalam 10 sesi berturut-turut. Indeks Dow Jones alami penurunan harian terpanjang sejak 1974. Indeks S&P 500 susut hampir 3 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 3,6 persen.
Demikian juga bursa saham dan mata uang di Asia Pasifik jatuh pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024 di tengah aksi jual pasar. Hal ini setelah the Fed memangkas suku bunga dan isyaratkan lebih sedikit pemangkasan suku bunga ke depan.
Bursa Saham Asia Melemah
Selain itu, investor menilai keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan suku bunga 0,25 persen.
Yen Jepang merosot 0,74 persen menjadi 155,94 terhadap dolar AS, mencapai level terendah dalam satu bulan. Hal ini seiring Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan, bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika ekonomi bergerak sesuai dengan prediksi.
Menanggapi langkah bank sentral itu, indeks Nikkei 225 merosot 0,69 persen ke posisi 38.813,58. Indeks Topix terpangkas 0,22 persen menjadi 2.713,83.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 1,95 persen ke posisi 2.435,93. Indeks Kosdaq anjlok 1,89 persen ke posisi 684,36. Won Korea Selatan mendekati level terlemah sejak Maret 2009 dan terakhir diperdagangkan pada 1.452,33 terhadap dolar AS.
Indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 0,36 persen pada jam terakhir perdagangan. Sedangkan indeks CSI 300 di China naik tipis hingga ditutup ke posisi 3.945,46.
Selain itu, otoritas moneter Hong Kong pada Kamis, 19 Desember 2024 juga mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin sejalan dengan the Fed.
Di sisi lain, ekonomi Selandia Baru alami resesi turun 1 persen hingga September dari kuartal sebelumnya, menurut badan statistic Stats NZ.